Blogger templates

Pages

Labels

Jumat, 13 Juni 2014

Media dan Doktrinasi



Sepulang kuliah, seperti biasa aku selalu bercenngkrama dengan teman teman kosku. Ya, itu adalah salah satu ara untuk menghidari penatku setelah setengah hari mengikuti perkuliahan yang membossankan, dan juga menjemukan. Pembicaraan siang ini aku awali dengan pertanyaan seputar kondisi kosku yang semakin parah. Parah. Ya…….tapi, tunggu dulu, ini bukan kondisi kamar atau bangunan yang buruk, tapi ini soal birokrasi. Pintu depan kosku sudah beberapa hari ini rusak dan belum ada ‘campur tangan’ dari pemilik kos itu sendiri. Ketika di tanya, mereka selalu mengelak dan mengatakaan bahwa mereka belum menemukan pengganti yang sama persis dengan model tersebut. 


what…….hmmmmmmmm ya menurut prediksiku sampai kiamatpun mereka tidak dapat menemukan yang sama persis dengan yang seperti itu. kesal, memang tapi ya itulah resiko mejadi anak kos. Para pemilik kos tersebut bertindak dengan seenaknya tanap mendengar keluhan dari client mereka. Sebenarnya, persoalan seperti ini tidak hanya sekali saya jumpai, baik di sekolahku yang dulu, di kampus yang sekarang atau bahkan di lingkungan sosial lainnya kerap kali aku menemui orang yang seperti itu. pengalamanku ini merupakan contoh kecil dari kondisi masyarkat kita yang bisa di bilang tidak jauh berbeda, apalagi ketika kita berbicara soal pemerintah, pemimpin, politik dan birokrasi. 

Wahhhhhhh sebuah perpaduan yang pas, untuk mencetak genarasi generasi yang busuk, bajingan dan korup. Pepatah memang benat “seorang pemimpin merupakan cerminan dari rakyatya. Jadi, ketika kita melihat pemimpin yang bajingan dan juga korup kita tidak dianjurkan untuk langsung menyalahkan mereka, tapi lohat dulu kondisi rakyatnya. Masyarakatknya, apakah sudah baik atau tidak ada bedanya. Apalagi, jika kita membaicarakan tentang pemerintah tentu tidak lepas dari peran media media yang dengan suka rela ‘mengharumkan’ nama mereka di balik layar. Akhir akhir ini, saya sempat bingung ingin memilih tontonan apa yang seseuai denganku, karena menurutku sekarang sangat sulit membedakan antara yang benar dan salah.

Berbagai media, baik Koran, majalah, telivisi, dan media media eletronik lainnya ramai ramai membuat ‘Nabi’ mereka menjadi terkenal. Nabi, ya siapa lagi…..nabi di sini adalah orangyang terus menerus di puja puja terus menerus di citrakan tanpa henti meskipun mereka punya segudang kebusukan yang tampaknya tidak nampak di masyarakat. Di Indonesia, sebagai negara berkembang tentu sangatlah membutuhkan sumber informasi yang mudah, cepat, dan murah. Namun, di sisi lain keberadaan dari media media tersebut membuat masyarakt tidak semakin cerdas, namun semakin bodoh dan membodohkan. Bagaimana tidak, media yang satu rajin mencitrakan tokoh A, yang lain mencitrakan tokon B dst. Masyarakat sekin bingung, dan mereka di buat seperti layaknya penggemar dari seorang fans. Hahahaha, konyol memang tapi itulah faktanya. Masyarakat di ajarkan nilai nilai yang amburadul, merusak. 

Masyarakat sedikit demi sedikit mulai terpengaruh dengan cara berpikir yang hanya menilai tampilan fisik semata tanpa memandang kualitas dan kapasitas dari pemimpin tersebut. Dari media, masyarakat mula belajar bagaimana hidup hedonis,konsumtif, dan seakan akan menuhankan dunia. Hal hal semcam ini tentu jika semakin berlanjut akan semakin menghancurkan nilai nilai masyarakat yang positif. Lihat masyarakat saat ini, mereka seperti mnusia tanpa identitas, tanpa jati diri, dan tanpa prinsip serta pandangan hidup. Mereka dapat dengan mudah di provokasi, di intimidasi, dan di giring seperti binatang ternak saja mereka. Kondisi kondisi yang semacam ini berakibat pada hilangnya kebenaran yang hakiki, kebenaran menjadi kabur dan opinilah yang saat ini menjadi kebenaran itu sendiri. 

Di samping itu, kondisi sosial kita juga semakin memburuk karena kita terlalu cepat mencerna segala macam informasi yang di suguhkan oleh media media yang setiap hari terus menerus mendoktrin kita agar seperti yang mereka harapkan. Jika kita mau mengerti, sebenanrnya kita sedang berada dalam sebuah ruangan yang sangat besar, dan di situ kita disuguhi oleh pertujukkan kehidupan yang seakan akan memang seperti itu kejadiannya. Kita semakin terhanyut, ketika sebagian media media memberikan apa yang kita inginkan, seperti hiburan, gossip, infotaiment, dan acara acara yang sebenarnya tidak bermanfaat bagi kita. lantas, apa pengaruhnya bagi kehidupan kita. ya, seperti yang telah saya singgun tadi, kebenaran, kejujuran, menjadi sebuah hal yang langka. Masyarakat semakin sibuk mengurus diri mereka sendiri, masyarakat semakin individualis, dan tidak peka terhadap lingkungan mereka. 

Tak perlu jauh jauh, lihat mereka mereka yang masih remaja setiap hari mereka sibuk dengan gadget mereka, sibuk dengan game mereka, sampai sampai orang tua mereka acuhkan. Ya, media yang baik tentu akan memberikan gambaran kepada kita bagaimana memahami hidup ini, bagaimana kita membedakan antara yang realita dan juga fiksi. Media yang baik tentu harus bersikap jujur, independent dan juga transparan. Tapi apa yang terjadi pada negeri ini sangat bertolak belakang dengan kondisi yang diharapkan. Lalu, bagaimana kita agar tidak semakin di bodohi oleh media media busuk itu. hmmmm,tentu tidak lain dan tidak bukan, kita harus cerdas dan selektif mungkin dalam memilih media sebagai sumber informasi kita. kita sebagai masyarakat juga harus tahu, siapa yang ada di balik media tersebut dan apa saja kepentingan yang menyertai mereka. Kita harus paham bagaimana tontonan dan siaran yang sesuai dengan usia dan kondisi psikis kita. banyaknya kasus kriminal yang menjerat negeri ini tidak lain dan tidak bukan adalah ulah dari para orang tua dan orang dewasa yang tidak membatasi tayangan telivisi kepada anak anak mereka. Mereka dengan mudah menganggap hal itu sepele, tapi percayalah bahwa apa yang kita lihat sekarang, sangat berpengaruh pada apa yang kita lakukan kemudian. Jangan pernah langsung percaya pada isu isu sosial yang berhembus, karena siapa tahu itu hanya pengalihan isu yang sebenarnya lebih serius.

0 komentar:

Posting Komentar