Blogger templates

Pages

Labels

Sabtu, 12 April 2014

PITIRIM SOROKIN



A. Biografi Singkat

Pitirim Sorokin adalah ilmuwan Rusia yang mengungsi ke Amerika Serikat sejak Revolusi Komunis 1917. Ia lahir di Rusia pada tahun 1889 dan memperoleh pendidikan di Universitas St Petersburg. Kemudian Sorokin mengajar disana yang kemudian Ia mendirikan Departemen Sosiologi. Pitirim menempuh pendidikan di Universitas St Petersburg setelah itu ia mengajar pada bidang sosiologi dan hukum. Sorokin dipenjarakan tiga kali oleh rezim tsar Rusia Kekaisaran; selama Revolusi Rusia ia adalah seorang anggota dari Alexander Kerensky 's Pemerintahan Sementara Rusia. 


Setelah Revolusi Oktober dia terlibat dalam kegiatan anti-Komunis, yang kemudian ia dijatuhi hukuman mati oleh pemerintah Komunis yang menang pada saat itu. Namun ia berhasil lari ke pengasingan dan bebas dari hukuman. Pada 1923 ia beremigrasi ke Amerika Serikat dan menetap secara tetap pada tahun 1930. Sorokin adalah profesor sosiologi di University of Minnesota (1924-30) dan di Universitas Harvard (1930-55), di mana ia mendirikan Departemen Sosiologi.

. KARYA DAN TEORINYA

Karya- karyanya antara lain sebagai berikut :
1.      Social Cultural and Dynamics (1941),
2.      The Crisis of Our Age (1941),
3.      Society, Culture and Personality (1947).


Teori Siklus Perubahan Sosial

Dalam Dinamika Sosial Budaya masyarakat ia mengklasifikasikan sesuai dengan ‘mentalitas budaya’, yang dapat ideasional (realitas adalah rohani), dapat merasa (kenyataannya bahan), atau idealis. Masing-masing fase perkembangan budaya tidak hanya berusaha untuk menggambarkan sifat realitas, tetapi juga menetapkan sifat kebutuhan dan tujuan manusia untuk menjadi puas, sejauh mana mereka harus puas, dan metode kepuasan.

Teori siklus adalah sebutan yang diberikan oleh Sorokin terhadap pola perubahan sejarah dengan gaya, corak, dan beragam cara. Ia menyatakan bahwa gerak sejarah menunjukkan fluctuation of age to age, yaitu naik turun, pasang surut, timbul tenggelam. Sorokin mengidentifikasi adanya 3 supersistem (mentalitas budaya) yang ada di dunia, yaitu:
 
a. Kebudayaan Ideational, mempunyai dasar pemikiran bahwa kenyataan itu bersifat nonmaterial, transenden dan tidak dapat ditangkap oleh panca indera. Dunia dianggap sebagai suatu ilusi, sementara, dan tergantung pada dunia transenden atau sebagai aspek kenyataan yang tidak nyata , tidak sempurna, tidak lengkap. Kenyataan adalah sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan atau nirwana. Kata kunci adalah kerohanian, ketuhanan, keagamaan, kepercayaan. Sistem ini terbagi antara lain menjadi :
·         Ideasional asketik, mengurangi kebutuhan duniawi supaya mudah diserap ke dalam dunia transenden.
·         Ideasional aktif, mengurangi kebutuhan duniawi sekaligus mengubahnya agar selaras dengan dunia transenden.

b. Kebudayaan Sensate, dasar pemikirannya adalah dunia materil yang ada disekitar kita adalah satu-satunya kenyataan yang ada. Keberadaan kenyataan yang adi inderawi atau yang trasenden disangkal. Kata kunci adalah serba jasmaniah, mengenai keduniawian, berpusat pada panca indera. Mentalitas ini dapat dibagi menjadi :
·         Inderawi aktif, usaha aktif untuk mengubah dunia fisik guna memenuhi kepuasan dan kesenangan manusia. Contoh : adanya kemajuan - kemajuan ilmiah serta kedokteran.

·         Inderawi pasif, menikmati kesenangan duniawi tanpa memperhatikan tujuan jangka panjang.

·         Inderawi sinis, pengejaran tujuan duniawi dibenarkan oleh rasionalisasi idealistik.

c. Kebudayaan Campuran perpaduan antara ideational-sensate, dasar pemikirannya adalah perpaduan antara kedua hal diatas (Ideational dan Sensate). Kata kunci adalah suatu kompromis. Terbagi menjadi :

·         Kebudayaan Idealistis, dasar pemikiran antara ideational dan sensate secara sistematis dan logis saling berhubungan.

·         Kebudayaan Ideasional Tiruan(Pseudo- Ideational Culture), kedua dasar pemikiran antara ideasional dan sensate saling berlawanan tidak teritegrasi secara sistematis namun hidup berdampingan.

Sejarah sosiokultural merupakan lingkaran yang bervariasi antara ketiga supersistem yang mencerminkan kultur yang agak homogen. Tiga jenis kebudayaan adalah suatu cara untuk menghargai atau menentukan nilai suatu kebudayaan. Menurut Sorokin tidak terdapat hari akhir ataupun kehancuran, ia hanya melukiskan perubahan-perubahan dalam tubuh kebudayaan yang menentukan sifatnya untuk sementara waktu. 

Apabila sifat ideational dipandang lebih tinggi dari sensate dan sifat idealistic ditempatkan diantaranya, maka terdapat gambaran naik-turun, timbul-tenggelam dan pasang-surut dalam gerak sejarah tidak menunjukkan irama dan gaya yang tetap dan tertentu. Sorokin dalam menafsirkan gerak sejarah tidak mencari pangkal gerak sejarah atau muara gerak sejarah, ia hanya melukiskan prosesnya atau jalannya gerak sejarah.  

Sorokin berpendapat bahwa ketiga tipe mentalitas budaya yang asasi itu dapat berulang dalam satu bentuk siklus. Dengan kata lain, periode ideasional dikuti oleh suatu bentuk campuran (biasanya tidak idealistis) yang diikuti oleh satu periode ideasional baru dan seterusnya. Sorokin secara profetis meramalkan suatu akhir dari periode inderawi yang pada akhirnya merupakan kelahiran kembali suatu tahap baru mentalitas ideasional.

Sehingga bukan pada positivistik yang mendasarkan pada data empiris (kebudayaan inderawi) tetapi pada integralistik budaya yang mendasarkan diri pada pandangan dunia (world view) terhadap keseluruhan yang saling melengkapi antara kebudayaan inderawi (materiil) dan ideasional (non materiil, transenden tidak dapat ditangkap oleh inderawi).


DAFTAR PUSTAKA
Johnson, Doyle Paul. (1986).Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Jilid 1. Jakarta: Penerbit Gramedia
Ritzer, George. (2007).Teori Sosiologi Modern, Edisi keenam. Jakarta: Kencana Predana Media Group.

















0 komentar:

Posting Komentar