A. Biografi Singkat
Pitirim Sorokin
adalah ilmuwan Rusia yang mengungsi ke Amerika Serikat sejak Revolusi Komunis
1917. Ia lahir di Rusia pada tahun 1889 dan memperoleh pendidikan di
Universitas St Petersburg. Kemudian Sorokin mengajar disana yang kemudian Ia
mendirikan Departemen Sosiologi. Pitirim menempuh pendidikan di Universitas St
Petersburg setelah itu ia mengajar pada bidang sosiologi dan hukum. Sorokin
dipenjarakan tiga kali oleh rezim tsar Rusia Kekaisaran; selama Revolusi Rusia
ia adalah seorang anggota dari Alexander Kerensky 's Pemerintahan Sementara
Rusia.
Setelah Revolusi Oktober dia terlibat dalam kegiatan anti-Komunis, yang
kemudian ia dijatuhi hukuman mati oleh pemerintah Komunis yang menang pada saat
itu. Namun ia berhasil lari ke pengasingan dan bebas dari hukuman. Pada 1923 ia
beremigrasi ke Amerika Serikat dan menetap secara tetap pada tahun 1930.
Sorokin adalah profesor sosiologi di University of Minnesota (1924-30) dan di
Universitas Harvard (1930-55), di mana ia mendirikan Departemen Sosiologi.
.
KARYA DAN TEORINYA
Karya-
karyanya antara lain sebagai berikut :
1. Social Cultural and Dynamics (1941),
2. The Crisis of Our Age (1941),
3. Society, Culture and Personality (1947).
Teori
Siklus Perubahan Sosial
Dalam Dinamika
Sosial Budaya masyarakat ia mengklasifikasikan
sesuai dengan ‘mentalitas budaya’, yang dapat ideasional (realitas adalah
rohani), dapat merasa (kenyataannya bahan), atau idealis. Masing-masing fase
perkembangan budaya tidak hanya berusaha untuk menggambarkan sifat realitas,
tetapi juga menetapkan sifat kebutuhan dan tujuan manusia untuk menjadi puas,
sejauh mana mereka harus puas, dan metode kepuasan.
Teori siklus adalah sebutan yang diberikan oleh Sorokin
terhadap pola perubahan sejarah dengan gaya, corak, dan beragam cara. Ia menyatakan bahwa gerak sejarah menunjukkan fluctuation
of age to age, yaitu naik turun, pasang surut, timbul tenggelam. Sorokin mengidentifikasi adanya 3 supersistem (mentalitas budaya) yang
ada di dunia, yaitu:
a. Kebudayaan Ideational, mempunyai dasar pemikiran bahwa kenyataan itu
bersifat nonmaterial, transenden dan tidak dapat ditangkap oleh panca indera.
Dunia dianggap sebagai suatu ilusi, sementara, dan tergantung pada dunia
transenden atau sebagai aspek kenyataan yang tidak nyata , tidak sempurna,
tidak lengkap. Kenyataan adalah sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan atau
nirwana. Kata kunci adalah kerohanian, ketuhanan, keagamaan, kepercayaan. Sistem ini terbagi
antara lain menjadi :
·
Ideasional asketik, mengurangi kebutuhan
duniawi supaya mudah diserap ke dalam dunia transenden.
·
Ideasional aktif, mengurangi kebutuhan
duniawi sekaligus mengubahnya agar selaras dengan dunia transenden.
b. Kebudayaan Sensate, dasar
pemikirannya adalah dunia materil yang ada disekitar kita
adalah satu-satunya kenyataan yang ada. Keberadaan kenyataan yang adi inderawi atau yang trasenden disangkal. Kata kunci adalah
serba jasmaniah, mengenai keduniawian, berpusat pada panca indera. Mentalitas ini dapat
dibagi menjadi :
·
Inderawi aktif, usaha aktif untuk mengubah dunia fisik guna memenuhi kepuasan dan kesenangan
manusia. Contoh : adanya kemajuan -
kemajuan ilmiah serta kedokteran.
·
Inderawi pasif, menikmati kesenangan
duniawi tanpa memperhatikan tujuan jangka panjang.
·
Inderawi sinis, pengejaran tujuan duniawi
dibenarkan oleh rasionalisasi idealistik.
c. Kebudayaan
Campuran perpaduan antara ideational-sensate,
dasar pemikirannya adalah perpaduan antara kedua hal diatas (Ideational dan
Sensate). Kata kunci adalah suatu kompromis. Terbagi menjadi :
·
Kebudayaan Idealistis, dasar pemikiran
antara ideational dan sensate secara sistematis dan logis saling berhubungan.
·
Kebudayaan Ideasional Tiruan(Pseudo- Ideational Culture),
kedua dasar pemikiran antara ideasional dan sensate saling berlawanan tidak
teritegrasi secara sistematis namun hidup berdampingan.
Sejarah
sosiokultural merupakan lingkaran yang bervariasi antara ketiga supersistem
yang mencerminkan kultur yang agak homogen. Tiga jenis kebudayaan adalah suatu
cara untuk menghargai atau menentukan nilai suatu kebudayaan. Menurut Sorokin
tidak terdapat hari akhir ataupun kehancuran, ia hanya melukiskan
perubahan-perubahan dalam tubuh kebudayaan yang menentukan sifatnya untuk
sementara waktu.
Apabila sifat ideational dipandang lebih tinggi dari sensate
dan sifat idealistic ditempatkan diantaranya, maka terdapat gambaran
naik-turun, timbul-tenggelam dan pasang-surut dalam gerak sejarah tidak
menunjukkan irama dan gaya yang tetap dan tertentu. Sorokin dalam menafsirkan
gerak sejarah tidak mencari pangkal gerak sejarah atau muara gerak sejarah, ia
hanya melukiskan prosesnya atau jalannya gerak sejarah.
Sorokin berpendapat bahwa ketiga tipe mentalitas budaya yang asasi itu
dapat berulang dalam satu bentuk siklus. Dengan kata lain, periode ideasional
dikuti oleh suatu bentuk campuran (biasanya tidak idealistis) yang diikuti oleh
satu periode ideasional baru dan seterusnya. Sorokin secara profetis meramalkan
suatu akhir dari periode inderawi yang pada akhirnya merupakan kelahiran
kembali suatu tahap baru mentalitas ideasional.
Sehingga bukan pada
positivistik yang mendasarkan pada data empiris (kebudayaan inderawi) tetapi
pada integralistik budaya yang mendasarkan diri pada pandangan dunia (world
view) terhadap keseluruhan yang saling melengkapi antara kebudayaan inderawi (materiil) dan ideasional (non materiil,
transenden tidak dapat ditangkap oleh inderawi).
DAFTAR
PUSTAKA
Johnson, Doyle Paul. (1986).Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Jilid
1. Jakarta: Penerbit Gramedia
Ritzer, George. (2007).Teori Sosiologi Modern, Edisi keenam. Jakarta:
Kencana Predana Media Group.
0 komentar:
Posting Komentar