Blogger templates

Pages

Labels

Jumat, 18 Oktober 2013

Sebuah Formalitas Dalam Dunia Pendidikan di Indonesia


Sebuah Formalitas Dalam Dunia Pendidikan di Indonesia

Tak sedikit dari kita pasti menyadari betapa pentingnya sebuah pendidikan di negeri yang menjunjung tinggi formalitas, yang tidak lain yaitu Indonesia. di Indonesia pendidikan masih menjadi hal yang mewah dan mahal, karena hanya beberapa kalangan yang dapat menjangkau. Selain itu, pendidikan di Indonesia, di ibaratkan sebagai pondasi yang dapat memperkokoh kehidupan seserang di masa depan. Oleh sebab itu, beribu ribu orang di Indonesia melakukan segala cara untuk mendapatkan pendidikan, walaupun pendidikan tersebut terkesan kurang sesuai dengan apa yang telah diperjuangkan demi mendapatkan pendidikan tersebut, di samping itu, lebih parahnya lagi, pendidikan di negeri ini bukan lagi menjadi sarana untuk mengembangkan kualitas dan kapasitas diri seseorang, akan tetapi menjadi sebuah lahan bisnis yang menggiurkan bagi beberapa orang. 

Remajaku yang Terlalu Tua

Remajaku yang Terlalu Tua

Masa masa remaja merupakan suatu masa di mana seseorang menjumpai hal hal yang baru dan belum pernah mereka temuai saat mereka masih anak anak. Masa remaja merupakan fase transisi di mana seorang anak mulai sedikit demi sedikit mengenal dunia yang lebih luas dan kompleks. Di masa tersebut kita akan di hadapkan dengan kondisi yang jauh berbeda dnegan anak anak walaupun masih mengandung unsure tersebut. kebanyakan orang menganggap bahwa masa masa remaja merupakan masa masa yang sangat indah dengan dihiasi oleh romantisme kenangan kenangan yang sebenarnya tidak terlalu indah seperti pemberitaannya. Masa remaja kita alami ketika kita mulai menginjak bangku SMP. Ya, proses menuju dewasa ternyata juga syarat akan beberapa perilaku yang sebenarnya tidak patut untuk di banggakan apalagi di anggap sesuatu yang wajar dan perlu untuk dikembangkan. Masa masa tersebut kita mulai dengan kondisi di mana kita mulai menyukai lawan jenis kita, mulai suka akan hal hal “baru”, mulai suka akan trend segala pernak perniknya sertayang tak kalah penting kita mulai berkenalan dengan sosialisasi yang sangat di minati oleh orang orang saat ini yaitu eksistensi. 

Stigma yang terbengkalai

Stigma yang terbengkalai

Kerap kali ketika kita menjumpai anak anak punk yang kummel dan bau kita sering berprasangka buruk terhadap mereka, atau ketika kita menjumpai anak anak metal kita lebih sering mengaggap mereka sebagai bibit bibit satanis yang akan menghancurkan negara yang mayoritas beragama ini. Anggapan anggapn ini ternyata tidak hanya melekat di mata anak punk, metal maupun anak anak berjiwa underground lainnya. Ketika orang lain tahu ketika kita mendengarkan lagu lagu dengan nada nada serupa kita secara tidak langsung di cap layaknya mereka, padahal itu hanya sebatas mendengarkan karya karya mereka. Membaca tanpa mata, itulah yang sebenarya terjadi pada masyarakat kita. 

Pancasila, Jiwaku yang Mulai Terusik



Pancasila,
Jiwaku yang Mulai Terusik 
Sumpah pemuda, mendengar kata itu kita teringat beberapa tahun lalu ketika para pemuda pemuda di Indonesia secara resmi mengikrarkan tentang adanya semangat persatuan yang pada akhirnya berhilir pada terciptanya kemerdekaan Indonesia. Ya, lewat peristiwa itulah, para pemuda pemuda di Indonesia dapat disatukan oleh satu rasa, satu tujuan dan satu cita cita yang tidak lain yaitu mewujudkan Indonesia sebagai negara yang merdeka. Memang, mewujudkan sebuah kemerdekaan tersebut tidaklah mudah, mengingat bangsa Indonesia pada waktu itu merupakan bangsa yang masih dalam belenggu penjajahan belanda. Pada masa itu, perjuangan para pemuda pemuda di wilayah Indonesia masih sangatlah sederhana, dan bersifat kedaerahan. Aktivitas mereka hanyalah membentk organisasi organisasi yang memiliki latar belakang yang tentunya berbeda beda, seperti agama, nasionalisme, politik, dan sekulerisme lainnya, akan tetapi tujuan mereka sebenarnya sama, yaitu merdeka.

Pahlawanku, namamu tak seharum bunga di pekaranganku

Pahlawanku, namamu tak seharum bunga di pekaranganku

10 November menjadi ajang bagi bangsa Indonesia untuk merayakan suatu hari, yang bangsa Indonesia menyebutnya sebagai hari pahlawan. Ia betul hari pahlawan. Perayaan hari pahlawan tersebut tidak lain dan tidak bukan untuk mengenang jasa para pahlawan yang dulu rela berkorban demi bangsa ini. Perayaan hari pahlawan tidak sebatas hanya perayaan hari hari nasional lainnya, akan tetapi perayaan hari pahlawan tersebut di nilai merupakan sebagai alat untuk membangkitkan lagi jiwa nasinalisme dan patriotism bangsa Indonesia yang sudah lama “hilang”. Pada waktu kita masih duduk di bangku SD samapi SMA, kita masih akrab dengan nama nama pahlawan kita seperti Ahmad yani, R.A Kartini, dll namun selepas itu apakah kita masih mengingatnya atau sekedar “mengingatnya”. 

Nenek Moyangku Seorang Koruptor

Nenek Moyangku Seorang Koruptor

 Korupsi, kolusi nepotisme, siapa yang tidak kenal dengan istilah tersebut, bahkan istilah itu sepertinya sudah akrab sekali di telinga kita. Korupsi sepertinya sudah menjadi kewajiban bagi warga negara di samping menghormati bendera pusaka merah putih. Jika kita berbicara mengenai korupsi, apa sih yang ada dalam benak kita mengenai istilah itu, dan mengapa hal tersebut terus menerus diperdebatkan di berbagai forum baik itu di kampus maupun di forum forum public lainnya. Dan yang lebih mengagetkannya lagi, mungkin setiap orang yang ada di indonesia ini adalah koruptor dan bayi bayi yang akan lahir di indnesia adalah calon koruptor. Sebelum kita menjelajah lebih jauh mengenai korupsi, kita tengok sebentar bagaimana korupsi di indonesia ini tumbuh subur melebihi jumlah penduduknya. Mengenal sejarah korupsi di indonesia, ada beberapa tahap perkembangan korupsi di indonesia. Tahap pertama yaitu sebelum kolonialisme.

Nasionalisme

Nasionalisme
Tidak ada manusia di dunia ini yang tidak memiliki masalah, begitu juga dengan sebuah bangsa atau lebih tepatnya sebuah negara. Ya, negara baik itu kecil, sedang, besar, maju ataupun masih berkembang tentunya memiliki masalah masalah yang sampi saat ini masih belum bisa di pecahkan dan diselesaiakan oleh pemerintah. Permasalahan yang muncul kerap kali kita identikan sebagai buah dari kegagalan pemerintah dalam mewujudkan program programnya yang mayoritas tidak dapat mereka lakukan. Aneh memang, ketika beberapa elit politik negeri ini mencoba membuat sistem sendiri, akan tetapi mereka malah tidak dapat menjalankannya dnegan baik. 

Nasionalisme
Tidak ada manusia di dunia ini yang tidak memiliki masalah, begitu juga dengan sebuah bangsa atau lebih tepatnya sebuah negara. Ya, negara baik itu kecil, sedang, besar, maju ataupun masih berkembang tentunya memiliki masalah masalah yang sampi saat ini masih belum bisa di pecahkan dan diselesaiakan oleh pemerintah. Permasalahan yang muncul kerap kali kita identikan sebagai buah dari kegagalan pemerintah dalam mewujudkan program programnya yang mayoritas tidak dapat mereka lakukan. Aneh memang, ketika beberapa elit politik negeri ini mencoba membuat sistem sendiri, akan tetapi mereka malah tidak dapat menjalankannya dnegan baik. Akan tetapi, di tulisan saya kali ini tidak akan membahas tumpukan program program pemerintah, namun kita hanya membahas sebuah hal dasar, hal dasar yang melatar belakangi mengapa kita harus tetap tinggal di negara ini. NASIONALISME, sebuah kata yang mungkin beberapa orang sudah jenuh untuk mendengar bahkan mengucapkannya. Nasionalisme yang kita kenal adalah paham atau ideology yang menuntut kita untuk cinta tanah air, baik itu berupa cinta kebudayaanya maupun cinta cinta yang lainnya……hahahaha. Berbeda dengan negara Amerika yang penduduknya dengan suka rela untuk mencintai tanah air mereka, Indonesia negara kepulauan terbesar yang ada di asia bahkan di dunia rela mati matian untuk memperjuangkan ideology konyol tersebut. bagaimana tidak, negara ini bagaikan seperti negara yang isinya bukanlah manusia, melainkan robot robot yang tiap hari terus dijejali dengan moral dan formalitas tanpa esensi apapun. Dan parahnya lagi, ketika kita melihat anak anak SD dengan semangatnya mengikuti upacara upacara yang dilakukan setiap hari senin tanpa tahu apa makna di balik ritual itu. di sisi lainnya, remaja remaja kita lebih suka “mencintai” budaya budaya asing yang mereka pahami dari berbagai media. Lantas, bagaimanakah masa depan romantika nasionalisme bangsa kita….apakah masih tetap kita jaga atau akan hanya menjadi sejarah pula. Nasionalisme, nasionalisme, dan nasionalisme itu kata kata yang digembar gemborkan oleh orang orang yang kita kenal sebagai PAHLAWAN. Tak cuma itu, orang orang yang ngaku pahlawan juga turut andil untuk mendoktrin kita agar mau berNASIONALISME. Mereke mengaggap jika nasionalisme merupakan trobosan besar agar bangsa ini mampu menjadi sebuah bangsa yang mandiri, dan berwibawa di mata internasional. Benarkah demikian?. . . . . . beberapa ribu anak indonesia yang setiap harinya di jejali dengan ajaran nasionalisme, pertanyaanya, berapa anak yang menghayati hal tersebut? berapa anak yang dengan kesadaran pikiran dan nurani mereka mau untuk menganut itu semua? Masihkah mereka memiliki keinginan untuk terus memperjuangkan nasioanlisme mereka?. Mari kita jawab satu persatu. Sebelum kemerdekaan penuh berada di tangan bangsa indonesia, negara kepualuan ini sudah di kenal memiliki beragam budaya, beragam suku, agama, dan yang terpenting sumber daya lamnya yang melimpah, sampai sampai karena terlalu melimpah pemerintahnya menyetujui adanya post kolonialisme yang dilakukan oleh negara negara maju macam Amerika. Keanekaragaman itulah yang menjadi cirri unik yang tidak dimiliki oleh negara manapun di dunia ini, sehingga menyebabkan indonesia menjadi incaran negara negara maju tersebut unutk dijadikan “lumbung kemakmuran” mereka sampai detik ini. Dengan berbagai cara, negara negara itu kemudian menciptakan “hiburan hiburan baru” untuk mengelabui bangsa ini agar tunduk kepada mereka. Ya, tidak lain dengan menyebarkan isu isu golbalisasi, demokrasi, HAM, dan berbagai pernak perniknya termasuk nasionalisme. Sampai saat ini, masih banyak orang orang dengan tanpa dosanya meyuarakan nasionalisme tanap sadar bahwa merekapun tidak tahu sama sekali apa esensi dari nasionalisme tersebut. sebagai negara yang memiliki beragam suku dan kepercayaan serta agama, tidaklah mudah untuk hidup dan beradaptasi di negara ini. Hampir setiap hari kita disuguhi dengan informasi informasi yang sepertinya memberitahukan kepada kita akan adanya disintergrasi bangsa. Mulai konflik antar suku, antar agama dan antar pelajar yang akhir akhir ini sangat ngetrend. Di tambah lagi dengan kebijakan kebijakan “orang pintar” (pemerintah) negeri ini yang dari dulu sampai sekarang masih terkesan berat sebelah. Mereka menyuarakan adanya keadilan, kesejahteraan, dan bahkan kemakmuran namun alhasil di sana sini masih kita temui adanya konflik, kesenjangan semakin melebar, kemiskinan semakin menjamur, dan sepertinya bangsa ini telah menjadi bangsa yang tergantung, konsumtif tak terkecuali soal ideology. Pancasila, dengan embel embel pluralisme menjadi suguhan utama ketika kita mulai mendalami nasioanlisme tersebut. aneh memang, ketika bebeberapa suku, kepercayaan dan agama yang berbeda di paksa untuk akur dan tenteram serta hidup berdampingan di negara ini. Cukup banyak tempat memang untuk menampung mereka semua tapi tidak cukup tempat untuk menampung aspirasi serta ideology mereka. Tak heran, ketika kita diminta untuk membuat konesnsus skala nasional kita tidak akan pernah berhasil untuk membuatnya. Di sisi lain, masyarakat kita sepertinya tidak bosan bosannya di bodohi oleh pemerintah mereka sendiri. Mereka di paksa menuruti akan program program pemerintah, padahal itu semua hanya bertujuan memperbaiki citra pemerintah yang sudah sekian lama suram. Masalah lain yang perlu kita sadari adalah budaya korupsi yang semakin lama semakin tidak terbendung. Beragam orang, beragam jabatan serta kedududkan hampir semua pernah melakukannya. Lantas jika seperti ini siapa yang perlu disalahkan, siapa yang perlu untuk menghentikannya. Masalah masalah inilah yang sebenarnya menjadi penyebab mengapa kita tidak menasionalismekan diri kita secara sadar. Nasionalisme atau apalah itu kini hanya menjadi omong kosong di otak rakyat indonesia. Pemerintah dan bawahannya setiap hari menyuarakan hal tersebut tanpa tahu apa yang sebenarnya yang dihadapai oleh rakyatnya sendiri. Oleh sebab itu sebuah pertanyaan besar, apakah kita masih mau berjuang dengan embel embel nasionalisme? Apakah kita masih mau berjuang dengan pemerintah yang sampai detik ini hanya mengbodohi dan menghianati kita……….

Mengais Harapan Dari Pohon Apel

Mengais Harapan Dari Pohon Apel

Apel, siapa yang tak kenal dengan buah ini, rasanya yang manis dan sedikit asam membuat bnayak orang ketagihan untuk terus mengkosumsi buah yang satu ini. Di samping harganya terjangkau, buah ini juga memiliki banyak sekali manfaat bagi tubuh kita. Namun di sini kita tidak akan membahas megenai hal yang berhubungan dengan manfaat apel bagi tubuh kita, melainkan kita akan membahas bagaimana kondisi apel pada saat ini khususnya di desa giripurno kecamatan bumiaji kota batu jawa timur. Iya benar, ketika kita mendengar apel maka kota yang pertama di sebut adalah kota malang. Padahal jika kita pergi ke malang, kita tidak akan pernah menemui satupun pohon apel di daerah tersebut. Sedangkan yang lebih tepat menyandang kota apel adalah kota tetangga yaitu kota batu. Kota batu sendiri dulunya merupakan kota yang masih satu wilayah dengan pemerintah kota malang, namun pada tahun 2001 wilayah batu lepas dari malang dan menjadi kota sendiri yaitu kota batu.  

Membaca Tanpa Mata ( persepsi salah terhadap kondisi sosial masyarakat papua)

Membaca Tanpa Mata ( persepsi salah terhadap kondisi sosial masyarakat papua)
Membaca tanpa mata, mungkin kalimat tersebut lebih tepat menggambarkan sebagian orang khususnya masyarakat Indonesia terhadap kondisi yang dialami oleh saudara paling timur kita, papua. Banyaknya berita berita miring yang beredar di media massa dalam bentuk apapun, kian menambah buruknya persepsi seseorang terhadap papua tersebut. Kurangnya pemahaman dalam menganalisis persoalan papua, membuat negeri tersebut menjadi terintimidasi oleh berita serta opini pini yang di buat oleh masyarakat Indonesia. 

Keluargaku Bukan Lagi Rumahku

Keluargaku Bukan Lagi Rumahku

Keluarga, siapa yang tidak kenal dengan istilah itu, keluarga merupakan sebuah lembaga sosial pertama yang menjadi tempat seseorang untuk bersosialisasi dan memperoleh nilai nilai baru yang berguna bagi dirinya ketika ia sudah terjun ke masyarakat. Keluarga sendiri dapat kita artikan sebaagai sebuah kelompok yang terikat oleh kekerabatan, tempat tinggal, serta ikatan emosional yang dekat. Di dalam keluarga, terdapat elemen dasar yang menjadi penyusun dari lembaga sosial tersebut yaitu individu. Individu merupakan elemen terkecil yang ada dalam masyarakat. Individu individu yang terikat oleh ikatan darah itulah yang kemudian di kenal dengan sebutan keluarga. Kumpulan kumpulan keluarga membentuk masyarakat. Demikian sebaliknya, masyarakat terdiri keluarga keluarga yang di dalamnya terdiri individu individu.     

Jeratan Feodalisme Pada Era Modernisasi di Indonesia

Jeratan Feodalisme Pada Era Modernisasi di Indonesia

Negara Indonesia sejak lama memang dikenal memiliki banyak sekali ragam budaya dan adat istiadat serta memiliki banyak sekali etnis atau suku bangsa. Hal tersebut tentunya tidak dapat dipungkiri mengingat letak Indonesia yang berada pada posisi silang dunia antara dua benua dan samudra, selain itu Indonesia memiliki banyak sekali pulau pulau yang tersebar dari ujung barat hingga ujung timur kepulauan Indonesia. oleh karena itu, proses akulturasi dan asimilasi antara dua budaya yang berbeda dapat berlangsung secara mudah dan cepat. Bangsa Indonesia juga dikenal memiliki banyak sekali tradisi tradisi adat yang masih berkembang sampai saat ini. Dapat dikatakan berkembang, karena hal tersebut sudah berjalan sejak lama sekali yang diturunkan dari leluhur leluhur bangsa Indonesia sendiri. Akan tetapi, apakah berbagai jenis tradisi yang masih berkembang saat ini masih memberikan efek atau pengaruh positif bagi bangsa Indonesia itu sendiri, atau hanyalah sebagai sebuah simbol yang digunakan untuk menandakan bangsa yang multikultural ini. 

Indonesia Sebuah Negara multikultural atau Negara yang Krisis Budaya

Indonesia Sebuah Negara multikultural atau Negara yang Krisis Budaya

Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar yang terletak di benua asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya diantara dua samudra, yaitu samudra hindia dan samudra pasifik, serta terletak diantara dua benua, yaitu benua asia dan benua Australia, Indonesia memiliki berbagai banyak unsur unsur kebudayaan, seperti berbagai macam bahasa, suku bangsa, agama atau kepercayaan, adat istiadat, kesenian tradisional serta berbaga jenis mata pencaharian yang membentang dari sabang himgga merauke, oleh karena itu Negara Indonesia sering disebut sebagai Negara multikiltural atau Negara yang memiliki berbagai macam budaya.

Indonesia Dalam Cengkraman Kapitalisme Dunia

Indonesia Dalam  Cengkraman Kapitalisme Dunia

Tidak terasa bahwa negara Indonesia kini menjadi negara yang modern, yang mengarah pada bangsa yang maju. Bangsa yang yang memiliki banyak pulau ini sekarang menjadi salah satu tujuan pasar bebas dunia. Penduduk yang banyak serta meningkatnya kebutuhan akan kesejahteraan dan ketenagakerjaan membuat Indonesia menjadi sasaran para investor dalam mengembangkan sector perekonomian serta sktor lain yang mendatangkan keuntungan besar. 

HEDONISME,SEBUAH TUJUAN, PELARIAN ATAU KEHANCURAN BAGI BANGSA INDONESIA


HEDONISME,SEBUAH TUJUAN, PELARIAN ATAU KEHANCURAN BAGI BANGSA INDONESIA
Bangsa Indonesia, di kenal sebagai salah satu bangsa yang memiliki tingkat keragaman budaya yang  sangat tinggi, bangsa yang juga banyak memiliki etnis, suku, dan unsur unsur budaya lain yang banyak sekali jumlahnya dan tersebar dari sabang hingga merauke. Indonesia sejak dulu juga di kenal sebagai bangsa yang memiliki tingkat masalah sosial yang tinggi sampai saat sekarang, seperti pelanggaran HAM, kekerasan antar etnis atau suku, bahkan perseteruan antara atasan dengan bawahan yang kerap kali berujung pada tindakan yang jauh dari kesan adil. Banyaknya kasus serta fenomena fenomena sosial yang terjadi di masyarakat kita tentunya dapat memunculkan masalah atau problema sosial yang lebih serius dampaknya terhadap masyarakat itu sendiri, masalah tersebut salah satunya yaitu HEDONISME, mayoritas orang ketika mendengar kata tersebut kemudian di benak mereka adalah suatu gaya hidup  yang bermewah mewahan atau hanya mengedepankan kehidupan duniawi tanpa memikirkan kehidupan setelahnya (akhirat). Namun, hedonisme memiliki arti lebih dari sekedar hidup bermewah mewahan. Hedonisme sendiri sebenarnya sudah di lakukan dari sejak dulu oleh pendahulu pendahulu bangsa kita, misalnya pada masa pemerintahan orde baru (Soeharto) yang identik dengan pemerintahan otoriternya. Pada masa tersebut, para pejabat pemerintahan dengan leluasa, menggunakan kewenangannya untuk melakukan hal hal yang mereka suka tanpa menghiraukan hak hak rakyat, tentunya hal ini menimbulkan kecaman keras dari rakyat. Dan akhirnya pada tahun 1998, terjadilah revolusi besar dalam sejarah pemerintahan indonesia, dimana para mahasiswa ramai ramai menduduki gedung DPR-MPR untuk menjatuhkan Soeharto, karena jumlah masa yang menuntut banyak, pemerintahpun lengser. Bagi kebanyakan orang, revolusi tersebut adalah batu loncatan bagi bangsa Idonesia untuk menjadi lebih sejahtera, namun kenyataannya hal tersebut adalah awal meningkatnya hedonisme pada masyarakat Indonesia. SDM (Sumber Daya Manusia) yang rendah menjadi salah satu faktor yang paling banyak berpengaruh pada meningkatnya hedonisme di lingkungan masyarakat indonesia. Masyarakat indonesia yang cenderung menginginkan sesuatu dengan cara yang instan membuat masyarakat menjadi tidak kreatif dan inovatif dalam menciptakan sesuatu yang lebih berguna, mereka lebih suka untuk menghambur hamburkan uang mereka untuk tujuan bersenang senang dan membeli barang barang mewah yang tentunya bukan buatan dari negeri sendiri, hedonisme sendiri muncul di kalangan masyarakat hanya dari hal sepele, yaitu mereka ingin hidup lebih modern. Hidup  lebih modern ini di salah artikan sebagai hidup yang dijalani oleh negara negara maju seperti amerika, inggris, dll. Oleh karena itu kemudian mereka dengan susah payahnya menggunakan segala cara untuk meniru kehidupan seperti di negara negara maju tersebut. keputusanpun diambil para pejabat pemerintahan dengan seenaknya menggunakan uang rakyat untuk membeli mobil mewah serta merenovasi ruang kerja mereka, dengan alasan ruang kerja serta sarananya sudah tidak layak lagi untuk dipergunakan. Pola hidup masyarakat yang konsumerisme juga menjadi faktor lain penyebab meningkatnya hedonisme, fenomena lain hedonisme dapat kita jumpai dalam lingkungan mahasiswa. Mahasiswa yang kerap kali dianggap sebagai para intelektual bangsa yang dapat memajukan bangsa, ternyata tak lebih dari sekedar calon calon pencari kerja atau malah menjadi calon calon koruptor di negeri ini. Memang kenyataanya, pada saat masih di kampus mereka ramai ramai menjadi aktivis mengecam kebijakan kebijakan pemerintah  yang banyak merugikan rakyat kecil dengan demo atau orasi orasi yang ujung ujungnya adalah tindakan anarkhisme yang malah mengganggu ketertiban umum. Namun lepas dari kegiatan kampus, kegiatan mereka tak lebih seperti artis artis yang suka menghambur hamburkan uang, dengan teman atau pacar mereka suka ria berbelanja di mall lalu makan di restaurant fast food, tak hanya itu mereka tak jarang pesta pora di club malam, minum minuman keras dan berujung pada penggunaan narkoba serta sex bebas. Di samping itu lingkungan kampus yang harusnya berfungsi sebagai tempat diskusi para intelektual kini berubah menjadi tempat show room bagi pemilik mobil mewah , tak hanya itu, sesampainya di kampus mereka tidak mendiskusikan tugas atau masalah masalah sosial yang sedang terjadi, sebaliknya mereka membicarakan tentang kehidupan borjuis seperti artis, apakah mereka bercerai atau menikah lagi, tentunya pemandangan seperti ini sungguh sangat memprihatinkan khususnya di kalangan mahasiswa sendiri.jika melihat seperti itu tindakan mereka sangatlah jauh dari kesan sebagi penyambung aspirasi masyarakat.yang lebih mengagetkan lagi, mereka yang dulunya menjadi aktivis kini banyak menjadi anggota partai politik dan bahkan menjadi anggota legislatif di lingkungan pemerintahan. Memang  mahasiswa adalah kumpulan orang orang idealis, sebenarnya posisi mereka berada pada posisi kritis, bagaimana tidak di satu sisi mereka memiliki cita cita dan mimpi besar yang kelak akan mereka wujudkan, namun di satu sisi mereka juga dihadapkan dengan keinginan sesaat. Tapi apa daya idealisme mereka tergadaikan dengan kenyaataan yang terus menekan mereka. Dulunya mereka berupaya keras agar masuk ke perguruan tinngi yang mereka cita citakan tapi setelah mereka masuk dan belajar mereka dihadapkan kembali terhadap keinginan orang tua mereka, yaitu cepat kerja. Hal itu kedengarannya memang sepele, namun di balik itu tersimpan makna yaitu bahwa ketika mendengar orang tua berkata seperti itu persepsi mereka, “aku harus cepat lulus dan bisa membanggakan orang tua” karena sudah terdoktrin seperti itu mereka menghalalkan segala cara untuk memperoleh predikat sarjana. Akibatnya mereka tak sungkan sungkan memberikan uang pelicin kepada dosen agar cepat di luluskan. Hal inilah yang sedang menjamur di lingkungan intelektual bangsa kita. Universitas yang semula menjadi wadah dalam menciptakan generasi yang kreatif dan inovatif kini berubah fungsi menjadi lembaga yang berfungsi sebagai pencipta generasi pencari kerja. Melihat fakta seperti ini tentunya tidak tepat lagi jika kita memberikan predikat kepada mereka sebagai agent of change. Hedonisme di negara ini memang sudah menjamur pada semua aspek, tak hanya pada aspek pemerintahan dan pendidikan namun juga pada aspek lain seperti kesehatan, tak cuma arti artis kita yang suka berobat di luar negeri, masyarakat menengah ke atas juga sering melakukan hal tersebut. selain itu banyak juga masyarakat indonesia yang suka menuntut ilmu di indonesia, memang keinginan mereka berlandaskan keinginan untuk meningkatkan pengetahuan tetapi tak jarang mereka sekolah / kuliah di luar negeri hanya sekedar untuk meningkatkan prestise mereka agar dipandang orang berkecukupan. Jika kita memandang dari segi ekonomi memang negara indonesia tergolong negara berkembang, tetapi jika  melihat perilaku masyarakat kita yang hedonis apakah kita masih menyandang sebagai negara yang berkembang. Meningkatnya kehidupan hedonis di indonesia di sebabkan pula oleh adanya konsumerisme dan individualisme pada masyarakat kita.masayarakat yang cenderung lebih suka memakai daripada membuat mengakibatkan para generasi generasi muda kita juga mengikuti gaya hidup masyarakat di sekitarnya dengan dalih agar tidak ketinggalan jaman, padahal tindakan mereka sangat salah dan mematikan industri serta pengrajin lokal di negara ini. Individualisme yang kian merebak juga menjadi faktor munculnya hedonisme di lingkungan masyarakat kita, misalnya saja kita dapat melihat pada tayangan tayangan di telivisi atau pada media massa lainnya yang memberitakan tentang anggota DPR yang sangat suka memfasilitasi diri mereka dengan kemewahan kemewahan memperdulikan nasi rakyat kecil yang seharusnya merka bela. Di satu sisi para mahasiswa juga kurang berminat kembali pada masalah masalah sosial di sekeliling mereka, bagi mereka yang terpenting adalah uang, pacar dan gelar. Melihat seperti ini seharusnya masyarakat sadar bahwa yang mereka lakukan selama ini adalah salah dan dapaat mengakibatkan kehancuran bagi mereka dan juga bangsa mereka sendiri. Selain itu mereka juga harus kembali berpegang teguh pada nilai nilai masyarakat timur yang menjunjung kesederhanaan dan tidak mengikuti naluri mereka yang bertujuan hanya untuk memuasakan keinginan mereka tanpa memperdulikan akibat yang mereka lakukan. Jika hal ini terus dibiarkan, maka tak lama lagi masyarakat indonesia akan berubah menjadi masyarakat yang tak berbudaya, dan tidak menjadi masyarakat yang maju dan malah menjadi masyarakat yang terjajah oleh tindakannya sendiri. Apakaah seperti ini masyarakat yang kita harapkan? Apakah hal ini yang menjadi cita cita bangsa indonesia sejak lama?.

HAK ASASI MENGHEGEMONI

HAK ASASI MENGHEGEMONI

Setiap orang, setiap manusia dan mahkluk selalu memiliki cara cara berbeda dalam menyikapi hidup mereka. Tak hanya itu, setiap mahkluk, khususnya mahkluk sossial tidak sksn pernah puas dengan keadaan yang ada di sekitarnya. Oleh sebaba itu, setiap saat kita psti akan menjumpai dan menemukan perubahan perubahan yang terjadi dalam lingkungan sekitar kita, baik itu masyarakat, keluarga atau komunitas komunitas sosial yang lain. Perubahan perubahan tersebut bisa saja merupakan perubahan kecil, besar atau perubahan perubahan yang sebetulnya tidak ada satupun yang menghendaki. Tapi itulah dunia, selalu ada dua sisi yang selalu kontradiksi namun saling melengkapi. Dalam hidup, kita sering menjumpai hal hal yang berbeda dari apa yang kita ketahui, kita harapkan sebelumnya. Hidup ini juga dipenuhi dengan adanya peristiwa peristiwa yang tidak satupun pernah kita prediksi sebelumnya. Tak hanya itu, hidup kita terasa asing ketika setiap orang memiliki pandangan berbeda, cara berbeda dalam menentukan masadepan mereka.       

Eksistensi Sebagai Sebuah Agama dan Tradisi

Eksistensi Sebagai Sebuah Agama dan Tradisi

Beberapa hal yang terjadi di sekeliling kita sebenarnya merupakan refleksi dari senuah ketidak sesuaian antara tujuan dan kenyataan. Adanya himpitan aturan aturan yang terlalu memaksa, nilai nilai kolot yang terus d reproduksi membuat sebagian orang jemu dan muak terhadap lingkungan di sekitarnya. Ada yang memulai dengan tindakan yindakan anti sosial seperti corat coret, gravity, mural dsb, sampai dengan tindakan tindakan protes anarkhis seperti demonstrasi, kerusuhan sampai dengan tindakan tindakan yang tidak bermoral seperti kekerasan fisik maupun psikis. Munculnya tindakan tindakan tersebut pada akhirnya justru malah menimbulkan persepsi yang salah kaparah mengenai hak hal seperti itu. Tindakan tindakan yang muncul dianggap menyimpang dari apa yang kita kenal dengan nilai dan moral yang ada di tengah masyarakat kita. Tindakan tindakan tersebut di nilai sebagai sampah masyarakat yang harus di berantas dan di buang jauh jauh. 

Dirgahayu 68 tahun Penjajahan Indonesia

Dirgahayu 68 tahun Penjajahan Indoensia

“Indonesia tanah airku, tanah tumpah darahku
Di sanalah aku berdir, jadi pandu ibuku
Indonesia kebangsaanku, bangsa dan tanah airku……
Marilah kita berseru, Indonesia bersatu………….”

Lagu di atas tentunya tidak asing di telinga kita palagi di kalangan muda sekarang. Lagu indoensia raya di masyarakat indonesia tak ubahnya seperti lantunan doa wajib yang terus dibacakan ketika upacatra setiap hari senin. Jik kita menjadi “warga negara yang baik” selama 12 tahun kita terus menerus di nina bobokan dengan kesakaralan lagu lagu nasional tak terkecuali lagu indonesia raya rersebut. Lagu ciptaan W.R Suparatman tersebut tidak hanya menjadi pelengkap pada upacara upacara penting yang sering kita lakukan saat masih duduk di bangu SD,SMP ataupun SMA namun juga sebagai pembangkit nasionalisme konon katanya. Namun di tulisan saya kali ini kita tidak akan membahas tentang kesakralan lagu lagu nasional tersebut, akan tetapi kita akan membahas refleksi dan esensi dari lagu lagu nasional tersebut pada masyarakat indonesia saat ini. 

Beberapa manfaat dari musik metal dan underground


Beberapa manfaat dari musik metal dan underground           

Musik, yahh siapa sih yang tidak kenal dengan kata itu. Musik sudah sangat akrab di telinga kita sehari hari, di manapun kita berada kita pasti akan menemui hal hal yang berbau musik, seperti konser musik ataupun acara acara yang berhubungan dengan musik. Nah, pada kesempatan kali ini saya akan membahas sedikit mengenai musik metal atau lebih di kenal dengan musik underground. Sebagian dari kita menganggap bahwa musik metal, musik berisik atau apalah itu dianggap musik yang tidak memiliki arti atau makna, musik metal maupun underground tersebut hanya di pandang sebelah mata oleh masyarakat pada umumnya. 

Apakah Arti Sebenarnya Dari Ideologi Pancasila Bagi Kaum Revolusioner Saat Ini


Apakah Arti Sebenarnya Dari Ideologi Pancasila Bagi Kaum Revolusioner Saat Ini

Sebagai warga negara Indonesia yang baik tentunya kita pasti tahu kapan hari kemerdekaan republik tercinta kita, ya tanggal 17 agustus 1945, pada tanggal tersebut bangsa kita yang dikenal sebagai bangsa maritim dan agraris telah memproklamirkan kemerdekaan yang tentunya merupakan pemberian bangsa penjajah negeri kita yaitu jepang. Memang, banyak anggapan mengatakan bahwa kemerdekaan yang kita raih selama ini bukan merupakan jerih payah bangsa Indonesia sendiri melainkan pemberian dari bangsa lain. pada hari tersebut juga bangsa baru telah lahir, yaitu bangsa Indonesia. Lewat secarik teks proklamasi itulah soekarno hatta memproklmirkan kemerdekaan Indonesia di depan rakyat Indonesia. Pada saat yang bersamaan di segala penjuru wiayah Indonesia tersiar kabar yang sama yaitu kemerdekaan. Sekilas kemerdekaan tersebut merupakan gerbang pintu bagi rakyat Indonesia untuk menuai harapan hidup yang lebih baik, akan tetapi di sisi lain kemerdekkan tersebut juga merupakan pembuka dari munculnya berbagai masalah masalah yang akan dihadapi oleh bangsa Indonesia.                 

Berdirinya suatu negara pasti juga akan ditopang pula dengan adanya suatu ideologi  yang kelak menjadi acuan bagi bangsa tersebut untuk menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara, begitupun Indonesia, sebagai sebuah negara yang baru, Indonesia dihadapkan oleh permasalahan yang cukup rumit, yaitu masalah ideologi. Di sini, ideologi bagi bangsa Indonesia tidak hanya berfungsi sebagai acuan dalam menjalankan kehidupan dalam masyarakat maupun dalam pemerintahan, akan tetapi juga berfungsi sebagai pemersatu bangsa Indonesia agar menjadi bangsa yang satu dan utuh, mengingat wilayah Indonesia yang terdiri dari kepulauan yang jumlahnya ribuan. 

Selain itu, ideologi terdebut juga harus mampu menyatukan prinsip dan pandangan bangsa Indonesia mengingat bangsa Indonesia merupakan bangsa yang multikultural meliputi suku, etnis, agama, keprcayaan, bahasa, kesenian dan kondisi sosial yang lain. sebelum kemerdekaan, sebenarnya, rakyat Indonesia telah disatukan oleh adanya sumpah pemuda yang terjadi pada tanggal 28 oktober 1928, berkat para pemuda juga, bangsa Indonesia kini dapat menikmati kemerdekaan. Rumusan demi rumusanpun di susun, akhirnya pada tanggal 18 agustus 1945 ditetapkan pembukaan UUD1945 yang didalamnya termuat dasar dasar ideologi bangsa Indonesia yaitu pancasila. Pada dasarnya, ideologi pancasila tersebut dibuat dengan penuh pertimbangan pertimbangan yang sangat rumit. Oleh karena itu ideologi pancasila harus mampu mewakili ide ide atau nilai nilai luhur budaya bangsa Indonesia. 

Pancasila, sesuai dengan istilahnya pancasila tersebut terdiri dari lima isi yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan permusyawaratan perwakilan dan terakhir keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. 67 tahun kita telah merasakan kemerdekaan indonesia, begitu pula selama 67 tahun itulah kita juga telah menjadikan pncasila tersebut sebagai ideologi kita, akan tetapi, seberapa besarkah dan seberapa seringkah kita memahami dan mengamalkan ideology pancasila tersebut?. Pada saat kita semua masih duduka di bangku SD, SMP, atau SMA kita pasti sering menghafal dan menyebutkan apa isi dari Pancasila tersebut, di samping itu pada beberapa pelajaran juga dijelaskan mengenai apa itu Pancasila. 67 tahun memang bukan waktu yang sebentar bagi bangsa indonesia untuk menikmati kemerdekaan ini, akan tetapi di sisi lain apakah selama itu jugalah kita sudah memahami pancasila.                                                                                     

 Tentunya secara normatif kita semua juga tahu apa itu pancasila, akan tetapi hanya sedikit orang Indonesia yang memahami apa sebenarnya yang terkandung dalam pancasila tersebut. Sebagai bangsa yang besar, kita tentunya harus taat pada ideology kita yaitu pancasila. Menurut pandangan beberapa ahli, ideologi pancasila merupakan ideologi yang sempurna di banding dengan ideologi lainnya. karena itulah, seharusnya dengan ideology yang sempurna tersebut bangsa indonesia juga dapat mampu membangun bangsa Indonesia menjadi lebih baik. Akan tetapi pada kenyataannya pancasila tidak lebih hanya menjadi sebuah simbol bagi bangsa Indonesia sendiri. Tragis memang mendengar hal tersebut, tetapi ya itulah yang memang terjadi. Bangsa Indonesia yang seharusnya mampu bersatu di bawah ideologi tersebut, kini hanya menjadi bansa yang hanya mampu untuk saling menjatuhkan sesamanya demi kepentingan kepentingan beberapa pihak. Kita me lihat dari segi sila pertama yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa. 

Kalimat tersebut tentunya menjadi ciri bahwa setiap warga negara Indonesia adalah warga yang beragama, di samping itu klimat tersebut juga menandakan bahwa setipa warga Indonesia juga harus mau dan mampu untuk menghargai da menghormati agama dan pemeluk agama yang lain sebagaimana mereka menghargai diri dan kebudayaan mereka sendiri dan kebudayaan orang lain. namun, pada kenyataannya, tidak sedikit kelompok kelompok yang berlatarbelkang agama sering melakukan intimidasi terhadap pemeluk agamalain yang mereka anggap sesat, tak jarang mereka juga melakukan aksi aksi pengrusakan dan aniaya terhadap pemeluk agama dan keprcayaan lain. seharusnya jika mereka mengerti, mereka tidak akan bertindak anarkhis seperti itu, karena walau bagaimanapun hak mereka untuk memeluk agama atau kepercayaan telah di lindungi oleh hukum dan negara. 

Kasus kasus seperti ini masih saja terjadi sampai saat ini, entah apa yang mnjadi pemicunya, akan tetapi pada intinya tindakan tindakan kelompok tersebut telah menyimpang dari ideology negara yaitu pancasila. Penimpangan selanjutnya yaitu dari sila kemanusiaan yang adil dan beradab. Telah kita katahui jika bangsa indonesia merupakan bangsa memiliki kepribadian tinggi yang berbeda dari bangsa barat. Hal ini tercermin dari pakaian bangsa indonesia yang mayoritas sangat sopan dan tertutup. Akan tetapi pada saat sekarang tidak sedikit para remaja maupun pemuda kita “rajin” memakai pakaian yang minim.            Ternyata, memang tidak ita sadari jika Ideologi panacsila kita telah ternodai oleh globalisasi dan kapitalisme. 

Pada era runtuhnya soeharto, kalangan pemuda atau mahasisiwa dikenal sebagai sosok yang revolusioner yang meneriakkan semangat revolusi bagi bangsa Indoensia di tengah cengkaraman rezim orde baru pada saat itu, akan tetapi malah sebaliknya, pada saat sekarang para pemuda pemuda saat ini tak lebih hanya menjadi penambah penyakit masyarakat yang justru merugikan mereka sendiri dan orang disekitarnya. Mereka yang sebenarnya diharapkan data menyelesaikan masalah masalah di negeri ini, justru menjadi maslah baru bangi bangsa ini. 

Memang, masyarakat Indonesia telah merangkak menuju masyarakat yang lebih modern, akan tetapi, pada kenyataanya masyarakat Indoensia pada masa sekarang justru mengalami degaradai nilai dan moral pada diri mereka sendiri. Mereka(para pemuda) tidak lagi berpegang teguh pada jiwa jiwa dan nilai nilai yang ada dalam pancasia. Tragisnya lagi, mayoritas dari mereka menganggap bahwa ideology pancasila kini hanyalah menjadi sebuah symbol dari negara yang semakin lama terbawa pada kehancuran ini. Selain itu, para pemuda pemuda bangsa saat ini sebenarnya di desain oleh oran tua mereka untuk menjadi claon calon koruptor bangsa mereka senajutnya, bagaimana tidak, sederhana saja, saat mereka ingin masuk pada sebuah sekolah atau lembaga pendididkan yang mereka inginkan, mereka di paksa untuk “menyogok” agar dapat diterima di sekolah tersebut, hal tersebut tentunya mengajarkan kepada anak itu dalam meperoleh sesuatu hal tetapi dengan cara yang instan. 

Tak heran jika pada masa sekarang banyak pemuda pemuda yang gemar berfoya foya, hedonis. Karena dalam kamus hidup mereka yang terbayang adalah lahir, hidup senang, mati dan masuk surga. Mereka tidak lagi peduli terhadap hal hal yang terjadi di sekeliling mereka. Mereka hanya sibuk dengan urusan pribadi mereka, yang menurut mereka lebih penting daripada mengurusi maslah lainnya. oleh karena itu juga, jiwa jiwa nasionalisme pada diri mereka sebenarnya juag sudah luntur, bahkan hilang. Melihat fakta seperti itu, seharusnya kita sadar, bahwa tindakan yang kita lakukan selama ini sudah menimpang dari nilai nilai ideology pancasila, kita lebih menghargai ideology bangsa lain daripada menguatkan ideology kita sendiri. 

Bangsa yang kuat tentunya adalah bangsa yang di mana para pemuda pemudanya sangat menjunjung tinggi ideology bangsanya, bukan melupakan atau menggantikannya dengan ideology lain. jika mereka sadar, mereka tentunya dapat memperbaiki masalah masalah negeri ini yang sebenarnya bersumber dari mereka sendiri. Selain itu, mereka juga harus mengerti bahwa, mereka hidup bukan berlandasakan nafsu saja akan tetapi mereka hidup harus berpedoman pada agama dan keyakinan mereka terhadap tuhan Yang Maha Esa. Karena agama apapun pasti akan menuntun umatnya untuk berbuat kebaikan bagi mereka, maupun orang lain. yang tidak kalah lebih penting lagi, para pemuda pemuda juga harus memiliki pndangan hidup, dalam hal ini ideaalisme, mengingat, mayoritas pemuda pad saat sekarang lebih suka “ikut ikutan” daripada mengikuti prinsip mereka sendiri. Selain itu, kurangnya kepedulian terhadap makna pancasila di kalangan pemuda kita juga diakibatkan oleh adanya perkembangan arus globalisasi yang sangatlah pesat. 

Dapat kita lihat, pada saat sekarang, banyak diantara kita yang suka memakai pakaian pakaian yang minim dan tentu saja tidak sesuai dengan kepribadian bangsa kita, mereka cenderung lebih suka memperlihatkan budaya dari negara lain daripada memperlihatkan budaya dari negara mereka sendiri yang cenderung mereka anggap sebagai budaya kolot, atau sudah ketinggalan zaman. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, kaum muda juga telah kehilangan rasa sosialnya terhadap lingkungan di sekitarnya, mereka lebih asyik bermain dengan handphone mereka, yang lebih memprihatinkan lagi, moral dan etika mereka juga ikut rusak oleh adanya teknologi tersebut. Internet misalnya, jika kita dapat memanfaatkan internet tersebut secara benar, kita tentunya dapat memperoleh manfaat yang sangat banyak dari internet tersebut, akan tetapi bagaimana jika internet tersebut kita gunakan hanya untuk membuka dan mengakses situs situs yang berbau porno. 
Tentu dampaknya sudah dapat kita lihat di depan mata kita sendiri. Banyak para remaja kita yang sudah tidak perawan lagi, atau bahkan dari mereka tidak sedikit yang sudah memiliki bayi, sehingga mereka tidak dapat meneruskan pendidikan mereka. Selain itu juga, globalisasi yang syarat akan kapitalisme juga menyebabkan para pemuda pemuda kita banyak yang bersikap acuh atau cuek terhadap masyarakat, karena pada initinya, globalisasi tersebut mendrong mereka untuk berperilaku bebas tanpa di dasari adanya rasa tanggung jawab, oleh karena itu, mereka lebih suka bersikap semau mereka sendiri. 

Tentunya jika hal tersebut dibiarkan terus, maka tidak akan lama para penerus bangsa ini hanayalah menjadi kumpulan dari orang orang yang tidak memiliki kerpibadian dan jati diri. Untuk meyikapi hal hal tersebut, tentunya pemerintah harus selektif terhadap unsure unsure budaya asing yang masuk ke Indonesia, karena di khawatirkan, jika budaya budaya asing tersebut tidak mengalami filtrasi, maka dapat berakibat munculnya maslah masalah seperti yang idjelaskan di atas tadi, di samping itu, globalisasi juga dapat mengakibatkan berubahnya ideologi bangsa. Yang tak kalah penting, menanamkan jiwa nasionalisme kepada para pemuda sejak awal adalah salah satu jalan yang dapat mencegah munculnya dampak negative dari globalisasi tersebut.