Membaca
Tanpa Mata ( persepsi salah terhadap kondisi sosial masyarakat papua)
Membaca
tanpa mata, mungkin kalimat tersebut lebih tepat menggambarkan sebagian orang
khususnya masyarakat Indonesia terhadap kondisi yang dialami oleh saudara
paling timur kita, papua. Banyaknya berita berita miring yang beredar di media
massa dalam bentuk apapun, kian menambah buruknya persepsi seseorang terhadap
papua tersebut. Kurangnya pemahaman dalam menganalisis persoalan papua, membuat
negeri tersebut menjadi terintimidasi oleh berita serta opini pini yang di buat
oleh masyarakat Indonesia.
media massa yang buruk serta mudahnya paradigma masyarakat untuk di buat membuat masyarakat cenderung terlalu cepat mempercayai berita berita yang ada di media massa khususnya TV yang menjadi kegemaran masyarakat Indonesia. Problem yang sedang dialami oleh papua sebenarnya jauh lebih luas dan kompleks, . daripada yang di beritakan di media massa. Bahkan lebih buruknya, media kita, mengekspose segala hal yang berbau negative yang ada di papua, walaupun sebenarnya masyarakat papua bukanlah masyarakat seperti yang diberitakan oleh media. Sebelum melihat lebih jauh mengenai seberapa besar konflik yang ada di papua, terlebih dulu kita memahami bagaimana sebenarnya kondisi masyarakat papua sebelum munculnya konflik konflik yang berujung pada disintergrasi bangsa.
Papua merupakan pulau terbesar yang dimiliki oleh Indonesia, memiliki luas 421.981 km² atau setara dengan luas 3,5 kali pulau jawa. Seperti pulau pulau atau wilayah indonesia lainnya, papua juga merupakan pulau yang kaya akan tradisi dan kebudayaannya. Antropologi menetapkan bahwa terdapat tujuh zona kebudayaan, yaitu saerai, doberai, bomberai, haAnim, tabi, lano pago, dan me pago. Dari total jumlah penduduk papua terdapat 66% penduduk papua yang kental dengan tradisi dan adat istiadat serta kesenian tradisionalnya. Ada sekitas 250 etnis papua dengan kebiasaan, adat, tradisi, dan kepercayaan asli yang berbeda di Papua. Hal tersebut menandakan bahwa ada ratusan norma norma adat yang tersebar di berbagai wilayah di Papua. Kondisi yang sedemikian rupa juga merupakan tantangan bagi pemerintah yang ingin memajukan wilayah papua tersebut. Akan tetapi, langkah langkah yang dilakukan oleh pemerintah maupun pihak swasta hanya dapat mengubah kondisi kondisi papua menjadi buruk dan lebih buruk seperti saat ini.
Masyarakat papua sebenarnya merupakan masyarakat yang suka dengan aroma ketentraman, kedamaian, serta di kenal juga sebagia masyarakat yang bersahaja. Masyarakat papua dapat dikatakan sebagai masyarakat yang masih sangat sederhana, tapi bukan berarti masyarakat primitf. Mayoritas masyarakat papua bermata pencaharian sebagai petani dan berburu, mengingat masyarakat papua merupakan masyarakat suku. Akan tetapi, kondisi masyarakat papua berubah drastic ketika tangan tangan orde baru mulai menjamah kesucian dari tanah papua tersebut. Pada masa pemerintahan orde baru, pemerintah gencar gencarnya untuk membujuk papua untuk menjadi wilayah kesatuan NKRI. Akan tetapi, dalam prakteknya, orde baru yang syarat akan nuansa militernya bertindak represif terhadap masyarakt papua agar mau bergabung dengan NKRI.
Tindakan tindakan yang represif tersebut justru membuat masyarakat papua menjadi geram dan memberontak terhadap penguasa orde baru, khususnya dengan mendirikan Organisasi Papua Merdeka (OPM). Penguasa orde baru, menganggap hal tersebut merupakan tindakan yang menentang pemerintahan dan harus ditumpas. Tak pelak, kemudian timbul berbagai kasus pembunuhan, penganiayaan, yang intinya di papua mulai saat itu terjadi kasus pelanggaran HAM yang dilakukan oleh pemerintah sendiri. Bentuk bentuk pelanggaran lainnya juga dapat didtemui ketika orde baru berkuasa. Salah satunya yaitu hadirnya perusahaan perusahaan yang bergerak di bidang eksploitasi sumber daya alam. Misalnya saja Freeport. Pemerintah orde baru telah mengijinkan beroperasinya PT freeport, sebelum papua resmi bergabung dengan NKRI dengan alasan kontrak karya dengan NKRI. Padahal wilayah yang menjadi tempat tambang Freeport tersebut merupakan tempat berburu dan tempat yang sacral bagi suku suku yang ada di sekitar tempat tersebut.
Setelah menjadi tempat pertambangan, tempat tersebut berubah menjadi kota tambang, yang dikenal dengan tembagapura. Berubahnya tempat tersebut menjadi lokasi tambang membuta tujuh suku, khusunya suku amungme dan suku amoro menjadi korban. Kondisi serupa juga dilalami oleh hutan hutan di papua yang di rambah habis oleh perusahaan perusahaan eksploitasi tersebut. Dengan adanya kondisi tersebut, masyarakat papua menjadi marah, akibatnya merekapun melakukan aksi protes terhadap para perusahaah perusahaan tersebut. Namun ironisnya, para aparat militer dikerahkan untuk pengamanan perusahaan tersebut, sedangkan tindakan tindakan masyarakat papua tersebut dianggap sebagai gerakan separatis yang harus diberantas keberadaanya. Sehingga, intimidasi, penculikan, pembunuhan, serta bentuk pelanggaran hak asasi manusia kerap dirasakan oleh masyarakat papua yang menginginkan adanya kemerdekaan.
Runtuhnya orde baru, diklaim masyarakat papua sebagai harapan baru demi terciptanya kondisi papua yang aman dan damai. Aksi aksi yang menuntut keadilan terus digencarkan terutama dari kalangan mahasiswa. Masyarakat papua mencoba beraspirasi dengan mengbarkan bendera bintang kejora sebagai symbol kemerdekaan. Namun, hal tersebut lagi lagi dipandang oleh sebagina orang sebagai salah satu tindakan yang berujung pada gerakan gerakan separatisme. Akibanya, masyarakatpun kembali menjadi korban dari peristiwa tersebut. Padahalm masyarakat papua, mengibarkan bendera tersebut bukan berarti mereka ingin merdeka dan lepas dari kesatuan NKRI, akan tetapi kemerdekaan yang mereka maskud adalah kemerdekaan dari runtuhnya orde baru yang menciptakan ketidakadilan di tengah tengah masyarakat papua tersebut. Masyrakat yang semula tidak memiliki pandangan bahwa akan lepas dari kesatuan NKRI, kini mereka malah akan mewujudkan keinginan tersebut.
Di samping itu, masuknya campur tangan poltik oleh beberpa pihak, mengakibatkan maslaah masalah intergrasi tersebut semakin menjadi jadi dan kompleks. Meilhat potensi yang dimiliki oleh papua, siapa saja pasti akan tergiur untuk menguasainya. Langkah langkah kotorpun kerap dilakukan demi merubah kondisi masyarakat papua. Masuknya modernisasi akibat bermunculan tambang tambang dan industri di papua mengakibatkan kondisi masyarakat papua menjadi berubah drastic. Masyarakat papua yang dikenal sebagai masyarakat yang sangat memegang teguh adat tradisiny, kini berubah menjadi masyarakat yang tidak beretika dan bermoral. Munculnya tambang tambang di beberapa wilayah di papua mengakibatkan munculnya juga tempat tempat hiburan malam, club, perjudian dan tempat prostitusi. Hal tersebut kian merusak moral masyarakat papua.
Masyarakat papua yang umumnya masih berpengetahuan rendah mudah saja terhanyut dalam kondisi seperti itu, ibarat rokok yang tidak ada filternya, masyarakat papua mudah saja menyerap budaya budaya baru yang sebenarnya asing dan tidak sesuai dengan norma norma adat dan tradisi mereka. Perubahan perubahan kondisi soial seperti itu juga, menimbulkan kesenjangan sosial diantara warga asli papua dengan para pendatang. Masyarakat papua yang seharusnya menjadi subyek dalam pengelolaan wilayahnya, kini hanya menjadi pihak yang dirugikan. Tak heran kita dapat melihat bahwa sekarang kerap kita jumpai konflik konflik yang terjadi antara suku suku di papua.
Konflik tersebut sebenarnya dipicu bukan karena masalah intern antara kedua suku tersebut, melainkan mereka berperang atas dasar kepentingan kepentingan pihak yang mencari keuntungan sendiri, tanpa memperdulikan kondisi sosial masyarakat sehingga timbulah konflik seperti itu. Konflik, pelanggaran HAM, dan persoalan persoalan lainnya yang ada di papua, semakin menjauhkan papua dari arus medernisasi. Masyarakat papua pada saat sekarang hanya berfokus pada perlindungan terhadap wilayah kekuasaannya, akan tetapi di sisi lain pihak pihak penguasa juga sedang gencar gencarnya mengeksploitasi tanah papua tersebut. Masyarakat papua juga akan semakin tenggelam, karena dipimpin oleh pejabat pejabat yang korup.
Dari ulasan di atas dapat diketahui bagaimana sebenarnya yang sedang dialami oleh masyrakat papua tersebut, jika seperti itu, masyarakat lain yang bukan masyarakat papua asli adalah pnyumbang terbesar dari hancurnya kondisi sosial masyarakat papua. Ketika mereka ingin merdeka dan brubah menjadi masyarakat beradab, mereka malah dihancurkna oleh pihak pihak yang sangat merugikan masyarakat papua itu sendiri. Saat menuntut ketidak adilan mereka di sangka sebagai gerakan separatis oleh beberpa pihak, terutama pemerintah sendiri. Lantas bagaimana dapat membenahi papua jika antara masyarakat papua dengan pemerintah masih sering salah paham dalam melihat kondisi papua.
media massa yang buruk serta mudahnya paradigma masyarakat untuk di buat membuat masyarakat cenderung terlalu cepat mempercayai berita berita yang ada di media massa khususnya TV yang menjadi kegemaran masyarakat Indonesia. Problem yang sedang dialami oleh papua sebenarnya jauh lebih luas dan kompleks, . daripada yang di beritakan di media massa. Bahkan lebih buruknya, media kita, mengekspose segala hal yang berbau negative yang ada di papua, walaupun sebenarnya masyarakat papua bukanlah masyarakat seperti yang diberitakan oleh media. Sebelum melihat lebih jauh mengenai seberapa besar konflik yang ada di papua, terlebih dulu kita memahami bagaimana sebenarnya kondisi masyarakat papua sebelum munculnya konflik konflik yang berujung pada disintergrasi bangsa.
Papua merupakan pulau terbesar yang dimiliki oleh Indonesia, memiliki luas 421.981 km² atau setara dengan luas 3,5 kali pulau jawa. Seperti pulau pulau atau wilayah indonesia lainnya, papua juga merupakan pulau yang kaya akan tradisi dan kebudayaannya. Antropologi menetapkan bahwa terdapat tujuh zona kebudayaan, yaitu saerai, doberai, bomberai, haAnim, tabi, lano pago, dan me pago. Dari total jumlah penduduk papua terdapat 66% penduduk papua yang kental dengan tradisi dan adat istiadat serta kesenian tradisionalnya. Ada sekitas 250 etnis papua dengan kebiasaan, adat, tradisi, dan kepercayaan asli yang berbeda di Papua. Hal tersebut menandakan bahwa ada ratusan norma norma adat yang tersebar di berbagai wilayah di Papua. Kondisi yang sedemikian rupa juga merupakan tantangan bagi pemerintah yang ingin memajukan wilayah papua tersebut. Akan tetapi, langkah langkah yang dilakukan oleh pemerintah maupun pihak swasta hanya dapat mengubah kondisi kondisi papua menjadi buruk dan lebih buruk seperti saat ini.
Masyarakat papua sebenarnya merupakan masyarakat yang suka dengan aroma ketentraman, kedamaian, serta di kenal juga sebagia masyarakat yang bersahaja. Masyarakat papua dapat dikatakan sebagai masyarakat yang masih sangat sederhana, tapi bukan berarti masyarakat primitf. Mayoritas masyarakat papua bermata pencaharian sebagai petani dan berburu, mengingat masyarakat papua merupakan masyarakat suku. Akan tetapi, kondisi masyarakat papua berubah drastic ketika tangan tangan orde baru mulai menjamah kesucian dari tanah papua tersebut. Pada masa pemerintahan orde baru, pemerintah gencar gencarnya untuk membujuk papua untuk menjadi wilayah kesatuan NKRI. Akan tetapi, dalam prakteknya, orde baru yang syarat akan nuansa militernya bertindak represif terhadap masyarakt papua agar mau bergabung dengan NKRI.
Tindakan tindakan yang represif tersebut justru membuat masyarakat papua menjadi geram dan memberontak terhadap penguasa orde baru, khususnya dengan mendirikan Organisasi Papua Merdeka (OPM). Penguasa orde baru, menganggap hal tersebut merupakan tindakan yang menentang pemerintahan dan harus ditumpas. Tak pelak, kemudian timbul berbagai kasus pembunuhan, penganiayaan, yang intinya di papua mulai saat itu terjadi kasus pelanggaran HAM yang dilakukan oleh pemerintah sendiri. Bentuk bentuk pelanggaran lainnya juga dapat didtemui ketika orde baru berkuasa. Salah satunya yaitu hadirnya perusahaan perusahaan yang bergerak di bidang eksploitasi sumber daya alam. Misalnya saja Freeport. Pemerintah orde baru telah mengijinkan beroperasinya PT freeport, sebelum papua resmi bergabung dengan NKRI dengan alasan kontrak karya dengan NKRI. Padahal wilayah yang menjadi tempat tambang Freeport tersebut merupakan tempat berburu dan tempat yang sacral bagi suku suku yang ada di sekitar tempat tersebut.
Setelah menjadi tempat pertambangan, tempat tersebut berubah menjadi kota tambang, yang dikenal dengan tembagapura. Berubahnya tempat tersebut menjadi lokasi tambang membuta tujuh suku, khusunya suku amungme dan suku amoro menjadi korban. Kondisi serupa juga dilalami oleh hutan hutan di papua yang di rambah habis oleh perusahaan perusahaan eksploitasi tersebut. Dengan adanya kondisi tersebut, masyarakat papua menjadi marah, akibatnya merekapun melakukan aksi protes terhadap para perusahaah perusahaan tersebut. Namun ironisnya, para aparat militer dikerahkan untuk pengamanan perusahaan tersebut, sedangkan tindakan tindakan masyarakat papua tersebut dianggap sebagai gerakan separatis yang harus diberantas keberadaanya. Sehingga, intimidasi, penculikan, pembunuhan, serta bentuk pelanggaran hak asasi manusia kerap dirasakan oleh masyarakat papua yang menginginkan adanya kemerdekaan.
Runtuhnya orde baru, diklaim masyarakat papua sebagai harapan baru demi terciptanya kondisi papua yang aman dan damai. Aksi aksi yang menuntut keadilan terus digencarkan terutama dari kalangan mahasiswa. Masyarakat papua mencoba beraspirasi dengan mengbarkan bendera bintang kejora sebagai symbol kemerdekaan. Namun, hal tersebut lagi lagi dipandang oleh sebagina orang sebagai salah satu tindakan yang berujung pada gerakan gerakan separatisme. Akibanya, masyarakatpun kembali menjadi korban dari peristiwa tersebut. Padahalm masyarakat papua, mengibarkan bendera tersebut bukan berarti mereka ingin merdeka dan lepas dari kesatuan NKRI, akan tetapi kemerdekaan yang mereka maskud adalah kemerdekaan dari runtuhnya orde baru yang menciptakan ketidakadilan di tengah tengah masyarakat papua tersebut. Masyrakat yang semula tidak memiliki pandangan bahwa akan lepas dari kesatuan NKRI, kini mereka malah akan mewujudkan keinginan tersebut.
Di samping itu, masuknya campur tangan poltik oleh beberpa pihak, mengakibatkan maslaah masalah intergrasi tersebut semakin menjadi jadi dan kompleks. Meilhat potensi yang dimiliki oleh papua, siapa saja pasti akan tergiur untuk menguasainya. Langkah langkah kotorpun kerap dilakukan demi merubah kondisi masyarakat papua. Masuknya modernisasi akibat bermunculan tambang tambang dan industri di papua mengakibatkan kondisi masyarakat papua menjadi berubah drastic. Masyarakat papua yang dikenal sebagai masyarakat yang sangat memegang teguh adat tradisiny, kini berubah menjadi masyarakat yang tidak beretika dan bermoral. Munculnya tambang tambang di beberapa wilayah di papua mengakibatkan munculnya juga tempat tempat hiburan malam, club, perjudian dan tempat prostitusi. Hal tersebut kian merusak moral masyarakat papua.
Masyarakat papua yang umumnya masih berpengetahuan rendah mudah saja terhanyut dalam kondisi seperti itu, ibarat rokok yang tidak ada filternya, masyarakat papua mudah saja menyerap budaya budaya baru yang sebenarnya asing dan tidak sesuai dengan norma norma adat dan tradisi mereka. Perubahan perubahan kondisi soial seperti itu juga, menimbulkan kesenjangan sosial diantara warga asli papua dengan para pendatang. Masyarakat papua yang seharusnya menjadi subyek dalam pengelolaan wilayahnya, kini hanya menjadi pihak yang dirugikan. Tak heran kita dapat melihat bahwa sekarang kerap kita jumpai konflik konflik yang terjadi antara suku suku di papua.
Konflik tersebut sebenarnya dipicu bukan karena masalah intern antara kedua suku tersebut, melainkan mereka berperang atas dasar kepentingan kepentingan pihak yang mencari keuntungan sendiri, tanpa memperdulikan kondisi sosial masyarakat sehingga timbulah konflik seperti itu. Konflik, pelanggaran HAM, dan persoalan persoalan lainnya yang ada di papua, semakin menjauhkan papua dari arus medernisasi. Masyarakat papua pada saat sekarang hanya berfokus pada perlindungan terhadap wilayah kekuasaannya, akan tetapi di sisi lain pihak pihak penguasa juga sedang gencar gencarnya mengeksploitasi tanah papua tersebut. Masyarakat papua juga akan semakin tenggelam, karena dipimpin oleh pejabat pejabat yang korup.
Dari ulasan di atas dapat diketahui bagaimana sebenarnya yang sedang dialami oleh masyrakat papua tersebut, jika seperti itu, masyarakat lain yang bukan masyarakat papua asli adalah pnyumbang terbesar dari hancurnya kondisi sosial masyarakat papua. Ketika mereka ingin merdeka dan brubah menjadi masyarakat beradab, mereka malah dihancurkna oleh pihak pihak yang sangat merugikan masyarakat papua itu sendiri. Saat menuntut ketidak adilan mereka di sangka sebagai gerakan separatis oleh beberpa pihak, terutama pemerintah sendiri. Lantas bagaimana dapat membenahi papua jika antara masyarakat papua dengan pemerintah masih sering salah paham dalam melihat kondisi papua.
0 komentar:
Posting Komentar