Biografi:
Lewis Coser, atau yang memiliki nama lengkap Lewis
Alfred Coser dilahirkan
dalam sebuah keluarga borjuis Yahudi pada 27 November 1913, di Berlin, Jerman. Coser memberontak melawan atas kehidupan
kelas menengah yang diberikan kepadanya oleh orang tuanya, Martin (seorang
bankir) dan Margarete (Fehlow) Coser. Pada masa remajanya ia sudah bergabung
dengan gerakan sosialis dan meskipun bukan murid yang luar biasa dan tidak
rajin sekolah tetapi ia tetap membaca voluminously sendiri. Ketika Hitler
berkuasa di Jerman, Coser melarikan diri ke Paris, tempat ia bekerja serabutan
untuk mempertahankan eksistensi dirinya. Ia menjadi aktif dalam gerakan
sosialis, bergabung dengan beberapa kelompok-kelompok radikal, termasuk
organisasi Trotskyis yang disebut "The Spark." Pada tahun 1936, ia
akhirnya mampu mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, menjadi seorang ahli
statistik untuk perusahaan broker Amerika. Dia juga terdaftar di Sorbonne
sebagai mahasiswa sastra komparatif tetapi kemudian mengubah fokus untuk sosiologi. Pada tahun 1942 ia menikah dengan Rose Laub dan dikaruniai dua orang anak, Ellen dan Steven. Pada tahun 1948, setelah periode singkat sebagai
mahasiswa pascasarjana di Columbia University, Coser menerima posisi sebagai
tenaga pengajar ilmu sosial di Universitas Chicago.
Pada tahun yang sama, ia
menjadi warga negara AS naturalisasi. Pada tahun 1950, ia kembali ke
Universitas Columbia sekali lagi untuk melanjutkan studinya, menerima gelar
doktor pada tahun 1954. Ia diminta oleh Brandeis University di Waltham, Massachusetts
pada tahun 1951 sebagai seorang dosen dan kemudian sebagai profesor sosiologi. Dia tetap
di Brandeis, yang dianggap sebagai surga bagi kaum liberal, sampai 1968. Buku
Coser tentang Fungsi Konflik Sosial adalah hasil dari disertasi doktoralnya.
Karya-karya lainnya antara lain adalah; Partai Komunis Amerika: A Critical
History (1957), Men of Ideas (1965), Continues in the Study of Sosial Conflict
(1967), Master of Sosiological Thought (1971) dan beberapa buku lainnya disamping
sebagai editor maupun distributor publikasi. Coser meninggal pada tanggal 8
Juli 2003, di Cambridge, Massachusetts dalam usia 89 tahun.
Pendapat Coser tentang teori konflik
Pada
umumnya, istilah konflik sosial mengadung suatu rangkaian fonomena pertentangan
dan pertikaian antar pribadi melalui dari konflik kelas sampai pada
pertentangan dan peperangan internasional. Coser, mulai mendefinisikan konflik
sosial sebagai suatu perjuangan terhadap nilai nilai dan pengakuan terhadap
status yang langka, kemudian kekuasaan dan sumber sumber pertentangan di
netralissir atau dilangsungkan. Teori
konflik adalah teori yang memandang bahwa perubahan sosial tidak terjadi
melalui proses penyesuaian nilai-nilai yang membawa perubahan, tetapi terjadi
akibat adanya konflik yang menghasilkan kompromi-kompromi yang berbeda dengan
kondisi semula. Teori ini didasarkan pada pemilikan sarana-sarana produksi
sebagai unsur pokok pemisahan kelas dalam masyarakat. Konflik juga memiliki
kaitan yang erat dengan struktur dan juga konsensus. Selama dua puluh tahun
Lewis. A. Coser tetap terikat pada model sosiologi dengan tekanan pada
struktrul sosial. Pada saat yang sama dia menunjukkan bahwa model tersebut
selalu mengabaikan studi tentang konflik sosial. Coser mengungkapkan
komitmennya pada kemungkinan menyatukan pendekatan teori fungsional struktural
dan teori konflik. Coser mengakui beberapa susunan struktural merupakan hasil
persetujuan dan konsensus, suatu proses yang ditonjolkan oleh kaum fungsional
struktural, tetapi dia juga menunjukkan pada proses lain yaitu konflik sosial.
Teori konflik yang dikemukakan oleh Lewis Coser sering kali disebut teori
fungsionalisme konflik karena ia menekankan fungsi konflik bagi sistem sosial
atau masyarakat. Lewis Coser juga
memusatkan perhatiannya pada fungsi-fungsi dari konflik. Bahwa uraian Coser
terhadap konflik bersifat fungsional dan terarah kepada pengintegrasian teori
konflik dan teori fungsionalisme struktural.
Gagasan gagasan Lewis
Alfred Coser
Semasa hidupnya Coser, telah banyak menyumbang gagasan
gagasan tentang konflik sosial, antara lain yaitu:
1.
Fungsi
fungsi konflik sosial.
2.
Katup
penyelamat ( savety valve).
3.
Konflik
realistis dan non realistis.
4.
Isu
Fungsional konflik.
5.
Kondisi
kondisi yang mempengaruhi konflik kelompok dalam( in group) dengan kelompok
luar (out group).
1.
Fungsi fungsi konflik
sosial
Konflik pada
hakekatnya merupakan suatu pertentangan yang diakibatkan oleh kondisi sosial
yng tidak sesuai dalam suatu kelompok maupun antar kelompok yang berujung pada
pertikaian. Akn tetapi, konflik juga dapat diartikan sebagai proses yang
bersifat instrumental dalam pembentukan, penyatuan, dan pemeliharaaan struktur
sosial. Konflik dapat menetapkan dan menjaga garis batas antara dua atau lebih
kelompok, selain itu konflik antar kelompok dapat memperkuat kembali identitas
kelompok dan melindunginya agar tidak lebur ke dalam dunia sosial di
sekelilingnya. Coser menjelaskan beberapa manfaat konflik antara lain:
a) Konflik dapat memperkuat solidaritas suatu
kelompok yang agak longgar. Dalam masyarakat yang terancam perpecahan, konflik
dengan masyarakat lain bisa menjadi kekuatan yang mempersatukan.
b) Konflik dengan kelompok lain dapat
menghasilkan solidaritas didalam kelompok tersebut dan solidaritas itu bisa
menghantarnya kepada aliansi-aliansi dengan kelompok-kelompok lain.
c) Konflik juga bisa menyebabkan anggota-anggota
masyarakat yang terisolir menjadi berperan secara aktif.
d) Konflik juga bisa berfungsi untuk
berkomunikasi.
2. Katup penyelamat( savety velve).
Kelompok kelompok
yang bertikai karena suatu sebab, pasti akan saling berusaha untuk meluapkan
rasa permusuhannya kepada kelompok yang bersangkutan. Untuk mencegah hal
tersebut, Coser kemudian menjelaskan suatu mekanisme yang dapat dipakai untuk
mempertahankan kelompok dari kemungkinan konflik sosial tersebut, yaitu dengan
menggunakan katup penyelamat. Katup penyelamat ( savety valve) dapat diartikan
sebagai “jalan keluar yang meredakan permusuhan”, atau singkatnya dapat kita
sebut dengan mediator. Dengan adanya katup penyelamat (mediator) tersebut,
kelompok kelompok yang bertikai dapat mengungkapkan penyebab dari munculnya
konflik tersebut. Sebagai contoh badan perwakilan mahasiswa atau perwakilan
dosen dapat berfungsi sebagai katup penyelamat, ketika sekelompok mahasiswa
sosiologi mengungkapkan keluhannya mengenai kinerja dari beberapa dosen yang
mengisi beberapa mata kuliah di jurusan sosiologi tersebut. Lewat katup
penyelamat itu juga permusuhan dapat dihambat agar tidak berpaling melawan
obyek aslinya.
3. Konflik Realistis dan Non Realistis.
Dalam membahas
berbagai situasi konflik, Coser membedakan konflik menjadi dua macam yaitu:
a.
Konflik realistis
Konflik realistis yaitu konflik yang berasal
dari kekecewaan terhadap tuntutan runtutan khusus yang terjadi dalam hubungan
dan dari perkiraan kemungkinan keuntungan para partisipan, yang di tujukan pada
obyek yang dianggap mengecewakan. Konflik realistis memiliki beberapa ciri
antara lain:
·
Konflik muncul dari frustasi atas tuntutan khusus dalam hubungan dan
dari perkiraan keuntungan anggota dan yang diarahkan pada objek frustasi. Di
samping itu, konflik merupakan keinginan untuk mandapatkan sesuatu
(expectations of gains).
·
Konflik merupakan alat-alat untuk mendapatkan hasil-hasil tertentu.
Langkah-langkah untuk mencapai hasil ini jelas disetujui oleh kebudayaan
mereka. Dengan kata lain, konflik realistis sebenarnya mengejar: power, status
yang langka, resources (sumber daya), dan nilai-nilai.
·
Konflik akan berhenti jika aktor dapat menemukan pengganti yang sejajar
dan memuaskan untuk mendapatkan hasil akhir.
·
Pada konflik realistis terdapat pilihan-pilihan fungsional sebagai alat
untuk mencapai tujuan. Pilihan-pilihan amat bergantung pada penilaian
partisipan atas solusi yang selalu tersedia.
Contoh dari konflik
ini yaitu para karyawan yang mengadakan pemogokan kerja melawan manajemen
perusahaan sebagai aksi menuntut kenaikan gaji.
b. Konflik non realistis.
Konflik non realistis yaitu konflik yang bukan
berasal dari tujuan tujuan saingan yang antagonistis, melainkan dari kebutuhan
untuk meredakan ketegangan, paling tidak dari salah pihak. Contoh dari konflik
ini yaitu: dalam masyarakat buta huruf, pembalasan dendam lewat ilmu gaib
sering merupakan bentuk konflik non realisitis, sebagaimana halnya dengan
pengkambinghitaman yang sering terjadi dalam masyarakat yang telah maju. Dalam
hubungan antar kelompok, pengkambinghitaman digunakan untuk menggambarkan
keadaan dimana seseorang tidak melepaskan prasangka mereka melawan kelompok
yang benar benar merupakan lawan, melainkan menggunakan kelompok pengganti
sebagai obyek prasangka.
4.
Isu Fungsionalitas
Konflik
Seperti yang kita
ketahui, konflik dapat secara positif fungsional sejauh ia memperkuat kelompok
da nsecara negatif fungsional sejauh ia bergerak melawan struktur. Coser
mengutip hasil pengamatan simmel yang menunjukkan bahwa konflik mungkin positif
dapat meredakan ketegangan yang terjadi dalam suatu kelompok dengan memantapkan
keutuhan dan keseimbangan. Di samping itu, coser menyatakan bahwa yang penting
dalam menentukan apakh suatu konflik fungsional atau tidak ialah tipe isu yang
merupakan subyek konflik itu. Selanjutnya, coser juga mengatakan bahwa
masyarakat yang terbuka dan berstruktur longgar membangun benteng untuk
membendung tipe konflik yang akan membahayakan consensus dasar kelompok itu
dari serangan terhadap nilai intinya dengan membiarkan konflik tersebut
berkembang di sekitar masalah masalah yang tidak mendasar. Konflik antara dua kelompok dan antara
berbagai kelompok antagonistis yang demikian itu saling menetralisir dan sesungguhnya
berfungsi untuk mempersatukan sistem sosial. Di dalam mempertentangkan
nilai-nilai yang berada di daerah pinggiran, kelompok-kelompok yang bermusuhan
tidak pernah sampai pada situasi yang akan menyebabkan permusuhan. Masyarakat
atau kelompok yang memperbolehkan konflik sebenarnya adalah masyarakat atau
kelompok yang memiliki kemungkinan yang rendah dari ancaman yang akan
menghancurkan struktur sosial.
5.
Kondisi kondisi yang
mempengaruhi konflik dengan kelompok luar dan struktur kelompok
Coser menjelaskan bahwa konflik dengan kelompok luar akan membantu pemantapan batas-batas
struktural. Sebaliknya konflik dengan kelompok luar juga dapat mempertinggi
integrasi di dalam kelompok. Coser (1956:92-93) berpendapat bahwa “tingkat
konsensus kelompok sebelum konflik terjadi” merupakan hubungan timbal balik
paling penting dalam konteks apakah konflik dapat mempertinggi kohesi kelompok. Coser menegaskan bahwa kohesi sosial dalam
kelompok mirip sekte itu tergantung pada penerimaan secara total seluruh aspek-aspek kehidupan kelompok. Untuk
kelangsungan hidupnya kelompok “mirip-sekte” dengan ikatan tangguh itu bisa
tergantung pada musuh-musuh luar. Konflik dengan kelompok-kelompok lain bisa
saja mempunyai dasar yang realistis, tetapi konflik ini sering (sebagaimana
yang telah kita lihat dengan berbagai hubungan emosional yang intim) berdasar atas
isu yang non-realistis.
6.
Simpulan
Coser merupakan
sosiolog yang mengembangkan teori konflik dari George simmel. Oleh karena
banyaknya analisa kaum fungsionalis yang melihat bahwa konflik adalah
disfungsional bagi suatu kelompok, coser mencoba untuk menjelaskan kondisi
kondisi di mana secara positif, konflik membantu memperrtahankan struktur
sosial. Konflik sebagai proses sosial dapat merupakan mekanisme di mana kelompok
kelompok dan batas batasnya dapat terbentuk dan dipertahankan. Coser membedakan
antara konflik in group dengan out group, antara nilai inti dengan masalah yang
bersifat pinggiran, antara konflik yang menghasilkan perubahan structural lawan
konflik yang disalurkan lewat lembaga lembaga katup penyelamat( safety valve).
Di samping itu coser juga menjelaskan mengenai konflik realistis dan konflik
non relaistis. Keseluruhan teori tersebut merupakan faktor factor yang
menetukan fungsi konflik sebagai suatu proses sosial.
Daftar Pustaka
1. Poloma Margaret, M.
2003. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: RajaGrafindo persada.
2. Irving Zeitlin,M.
1995. Memahami Kembali Sosiologi: Kritik Terhadap Teori Sosiologi Kontemporer.
Yogyakarta: GADJAH MADA UNIVERSITY PRESS.
0 komentar:
Posting Komentar