Vilfredo Pareto dilahirkan di Paris
dan dikenal sebagai pendukung paradigma fungsionalisme, karir sosiologinya
menanjak setelah dia menawarkan model masyarakat berkeseimbangan yang sangat
mempengaruhi tokoh fungsionalisme modern Talcot Parsons. Pareto mewarisi
tradisi positivisme, dimana sosiologi harus masuk dalam disiplin empirisme
lewat metode logika eksperimental dengan penyelidikan yang didasarkan pada
pengalaman dan pengamatan. Pareto percaya bahwa masyarakat alami adalah masayarakat
yang berkeseimbangan dan dinamis. Berbeda dengan Comte dan Spencer yang melihat
masyarakat berevolusi secara linear, menurut Pareto evolusi masyarakat lebih
unilinear.
Pareto dianggap sebagai seorang
liberal klasik yang menyumbangkan banyak hal kepada teori pilihan rasional yang
mendasari pembelaan terhadap analisa mekanisme pasar oleh para ahli ekonomi.
Ini berhubungan dengan ketika ia sebagai insinyur dan kemudian pengelola
industry kemudian Pareto terjun ke dalam gerakan perdagangan bebas. Sedangkan hubungannya
dengan kekecewaannya terhadap harapan – harapan awalnya,para ahli sosiologi dan
politik lebih menganggap gagasan Pareto kasar dan tidak liberal karena
menyerang peranan akal dan demokrasi dalam politik atau memuji penggunaan
kekerasan oleh elite untuk memaksakan kehendaknya kepada rakyat.
Sosiologinya didasarkan pada
observasi terhadap tindakan-tindakan, eksperimen terhadap fakta-fakta dan
rumus-rumus matemis. Dalil-dalil yang umum menurut Pareto, hendaknya dibentuk
atas dasar metode induksi. Spekulasi dan pertanyaan yang aprioristis tidak
bernilai bagi ilmu pengetahuan. Menurut dia, masyarakat merupakan sistem
kekuatan yang seimbang dan keseimbangan tersebut tergantung pada ciri-ciri
tingkah laku dan tindakan-tindakan manusia dan tindakan-tindakan manusia
tergantung dari keinginan-keinginan serta dorongan-dorongan dalam dirinya.
Pareto beranggapan bahwa politik terdiri dari tanggapan – tanggapan emosional
yang pasti subyektif, dikondisikan oleh sifat dan pengalaman sosial kita. Ia
mengemukakan bahwa yang bisa dilakukan ilmu pengetahuan hanyalah penggambaran
keadaan-keadaan psikologis yang berkesesuaian dengan nilai-nilai tertentu, dan
menunjukkan bagaimana manusia mencapi tujuan-tujuannya. Tetapi, kebaikan
aspirasi dan tujuan tak bisa dinilai.
Pareto membagi tindakan menjadi dua
yaitu, logis dan non-logis. Yang pertama, Ia mendifinisikannya sebagai
tindakan-tindakan yang secara logis berkaitan dengan sebuah tujuan, bukan saja
dari orang yang melakukannya, tetapi juga mereka yang mempunyai pengetahuan
yang lebih luas. Yang kedua terdiri dari tindakan selebihnya, yang gagal
mengambil cara-cara penalaran. Tindakan-tindakan selebihnya ini bukannya
non-logis yang tidak berarti sama dengan tak logis.
Pareto menekankan bahwa hidup
bermasyarakat terdiri dari apa yang dilakukan oleh individual. Mereka adalah
titik materi dari system yang disebut masyarakat. Suatu sistem dibentuk dari
bagian-bagian yang tergantung satu dari yang lain karena dikonstruksi demikian.
Untuk sebagian besar kelakuan manusia bersifat mekanis atau otomatis.
Sehubungan dengan itu, ia membedakan antara perbuatan logis dan nonlogis.
Perilaku disebut logis, kalau direncanakan oleh akal budi dengan pedoman pada
tujuan yang mau dicapai, dan menurut kenyataan mencapai tujuan. Maka, perilaku
lain yang tidak berpedoman secara rasional pada tujuan, atau tidak mencapai
tujuan, disebut nonlogis. Menurut Pareto, hampir seluruh kehidupan masyarakat
terdiri dari perbuatan-perbuatan nonlogis.
Menurut Preto sosiologi harus
bersifat logis dan eksperimental. Dia mencita-citakan sosiologi yang didasarkan
atas kriteria matematika rasional, yang selalu sah dan tak berubah sehingga
harus dibenarkan oleh setiap orang yang berakal-budi sehat dan yang berlandasan
pada realitas yang merupakan obyek observasi inderawi. Tiap-tiap konsep,
proposisi, dan teori harus berpangkal pada fakta yang ditinjau atau mungkin
dapat ditinjau. Vilfredo Pareto juga menawarkan model masyarakat keseimbangan.
Dimana masyarakat yang ditegakkan oleh individu-individu senantiasa mengarah kepada
keseimbangan, yaitu pemeliharaan keseimbangan atau pemulihan keseimbangan
setelah terjadi pergolakan.
Dalam memperoleh keseimbangan yang mereka harapkan
yang dilihat melaui konteks perilaku indvidu, bahwa setiap individu mempunyai
perasaan-perasaan otomatis yang aktif menentang setiap hal yang mengancam atau
mengganggu kestabilan. Jadi, keseimbangan adalah akibat proses mekanis. Jika
perasaan otomatis tersebut tidak ada, tiap usaha merombak atau mengubah sistem
sosial, tidak menghadapi perlawanan yang berarti.
Pareto mengemukakan bahwa dalam tiap masyarakat
terdapat dua lapisan, lapisan bawah atau nonelite dan lapisan atas, elite, yang
terdiri atas kaum aristokrat dan terbagi lagi dalam dua kelas yaitu elite yang
berkuasa dan elite yang tidak berkuasa. Menurut Pareto aristokrasi senantiasa
akan mengalami transformasi sejarah menunjukkan bahwa aristokrasi hanya dapat
bertahan untuk jangka waktu tertentu saja dan akhirnya akan pudar untuk
selanjutnya diganti oleh suatu aristokrasi baru yang berasal dari lapisan
bawah. Sejarah, menurut Pareto, merupakan tempat pemakaman bagi aristokrasi.
Aristokrasi yang menempuh segala upaya untuk mempertahankan kekuasaan akhirnya
akan digulingkan melalui gerakan dengan disertai kekerasan atau revolusi.
Sebagaimana halnya dengan Spengler, maka di sini Pareto pun mengacu pada
pengalaman kaum aristokrat di Yunani, Romawi dan sebagainya.
Membahas masalah
elite tampaknya sulit tanpa menyebutkan para pakarnya, yaitu Vilfredo Pareto
(1848-1923), yang telah diakui kepakarannya sebagai pemula teori elite. Menurut
Pareto, setiap masyarakat diperintah oleh sebuah elite yang komposisinya selalu
berubah. Selanjutnya Pareto membagi elite itu dalam dua kelompok, yaitu
kelompok elite yang memerintah dan kelompok elite yang tidak memerintah. Kedua
kelompok elite itu senantiasa berebut kesempatan untuk mendapatkan porsi
kekuasaan sehingga terjadilah sirkulasi elite. Setiap elite yang memerintah,
menurut Pareto, hanya dapat bertahan apabila secara kontinuitas memperoleh
dukungan dari masyarakat bawah.
Akan tetapi sirkulasi elite akan tetap berjalan
karena secara individual baik elite keturunan maupun elite yang diangkat atau
ditunjuk akan mengalami kemunduran sesuai dengan waktu dan sebab-sebab
biologis. dengan kata lain konflik tidak terlepas dari kondisi kemanusiaan.
Sistem demokrasi, Pada awal 1900 , Vilfredo Pareto menciptakan sebuah
rumus matematika yang menggambarkan ketimpangan distribusi kekayaan yang
diamati dan diukur dalam negaranya Pareto mengamati bahwa kira-kira dua puluh
persen orang yang dikuasai atau dimilikinya delapan puluh persen dari kekayaan.
Sementara beberapa orang mungkin
mengklaim bahwa atribusi luas dari
pengamatan ilmiah untuk Pareto tidak akurat, Prinsip Pareto atau "Hukum
Pareto" seperti yang kadang-kadang disebut, dapat menjadi alat bisnis yang
sangat efektif yang dapat membantu kita mengelola lebih efektif. Setelah Pareto membuat
observasi tentang distribusi kekayaan tidak merata dan menerbitkan temuan dan
rumus, banyak orang lain (baik sains dan bisnis) mengamati fenomena yang sama
di daerah keahlian mereka sendiri. Bekerja di Amerika Serikat pada tahun
1930-an 1940-an, Dr Juran mengakui prinsip universal yang ia sebut "banyak
sedikit dan sepele penting."
Dalam salah satu makalah awal, kurangnya
presisi pada bagian Juran membuatnya tampak seolah-olah ia menerapkan Pareto sebagai
pengamatan tentang ekonomi ke area
lain dari studi. Sejak saat itu, nama "Pokok Pareto" terjebak,
mungkin karena itu mungkin terdengar lebih baik daripada "Prinsip Juran
itu". American Society untuk Kualitas telah mengusulkan penggantian nama
Prinsip Pareto "Prinsip Juran" karena aplikasi universal
menjadikannya salah satu konsep yang paling berguna dan alat-alat modern
Kritik
Kajian Sosiologi, menurut Vilfredo Pareto (1848-1923),
ideologi merupakan cita-cita luhur sebagai alat perjuangan politik dan sosial,
yang dalam kenyataan tidak lebih daripada rasionalisasi klaim kekuasaan,
kepentingan-kepentingan dan emosi-emosi.
Sosiologi pengetahuan Karl Mannheim
(1893-1947) merelatifkan kritik Pareto yang radikal. Baginya sudah wajarlah
kalau seluruh pemikiran mengenai realitas sosial bergantung dari konteks sosial
dan ditentukan oleh harapan-harapan, kepentingan-kepentingan dan cita-cita
masing-masing golongan sosial. Ideologi disebutnya berwawasan ke belakang,
tetapi merupakan pedoman untuk ke depannya.
Kompleks pengetahuan dan nilai yang secara keseluruhan menjadi landasan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami dunianya serta menentukan sikap dasar untuk mengolahnya. Hal ini berhubungan dengan ideologi sebagai penggerak dari sebuah perbuatan yang akan diperjuangkan, tentu berkaitan dengan suatu sikap dasar yakni keyakinan.
Sejumlah ideologi ditempatkan dalam beberapa sistem yang
potensial dalam garis besar praksis bahasa yang menjadi bentuk berupa kode,
struktur, sistem atau informasi. Lokasi alternatif untuk ideologi akan menjadi
bagian dari diskursif itu sendiri. Hal ini memiliki penempatan dari
representasi ideologi sebagai proses dimana menuju bagian dalam kejadian, dan
menjadi bentuk transformasi dan aliran untuk menjadi lebih tinggi. Tapi ini
dapat peranan menuju pandangan wacana sebagai proses yang bebas.
Ideologi ada
dalam bagian dalam teks. Sementara bentuk teks dan konten dalam teks sebenarnya
memikul beban berupa penjelmaan dari proses dan struktur ideologi, tidak
mungkin bisa “membaca” semua ideologi dari teks. Dapat dikatakan bahwa Pareto
mewarisi tradisi positivisme, dimana sosiologi harus masuk dalam disiplin
empirisme lewat metode logika eksperimental dengan penyelidikan yang didasarkan
pada pengalaman dan pengamatan.
Karena Pareto ingin sosiologi yang didasarkan
atas kriteria matematika rasional, yang selalu sah dan tak berubah sehingga
harus dibenarkan oleh setiap orang yang berakal-budi sehat dan yang berlandasan
pada realitas yang merupakan obyek observasi inderawi. Tiap-tiap konsep,
proposisi, dan teori harus berpangkal pada fakta yang ditinjau atau mungkin
dapat ditinjau.
Tapi itu akan sangat
sulit untuk direalisasikan. karena sosiologi juga berkembang seiring dengan
berjalannya waktu. Dan terus mengalami perubahan di berbagai aspek.
Relevansi
Menurut kelompok kami ada relevansi
pandangan Pareto dengan apa yang terjadi di masyarakat saat ini. Keseimbangan
dan keharmonisan bermasyarakat bermula dari individu masing-masing. Jika
individu mengetahui apa yang harus ia lakukan dan apa yang semestinya dia
dapatkan maka semuanya akan berjalan dengan lancar. Jika itu bukan hak mereka
tidaklah pantas mereka ambil hak tersebut. Di dalam bermasyrakat ada pemerintah
yang menjadi pusat kekuasaan dalam suatu Negara. Untuk memilih wakil-wakil
negara kita memiliki hak untuk memilihnya sesuai dengan hati nurani kita. Dan
bila calon yang terpilih janganlah lupa terhadap rakyat yang telah memilihnya.
Wakil tersebut harus memperjuangkan hak-hak rakyatnya sampai hak tersebut
tercapai.
0 komentar:
Posting Komentar