Blogger templates

Pages

Labels

Sabtu, 12 April 2014

Ada sebuah kata yang sampai saat ini menghantui pikiran saya. Ada yang mengatakan buat apa kalian banyak baca buku, namun bungkam. Tulisan itu di buat oleh teman saya, lebih tepatnya teman sekelas. Yang saya tahu ia adalah seorang aktivis, atau sok aktivis, sangat aktif dan juga hiper aktif. Entah mengapa saya langsung emosi membaca kata demi kata dari kalimat yang ia tulis itu. saya tahau bahwa ada banyak orang di negeri ini yang menganggap bahwa aktivis adalah orang orang yang aktif dalam kegiatan kegiatan di luar kampus dan tentuya berorientasi pada gerakan gerakan perubahan khas idealism mahasiswa. Hahahahaha, memang mahasiswa adalah mahkluk atau mungkin robot yang telah di desain untuk menerima doktrin sesat untuk menjadi seorag aktivis walaupun ia tidak mungkin menginginkannya walaupun sampai mati. Tidak masalah, menjadi mahasiswa sekaligus aktivis atau hanya menjadi mahasiswa kupu kupu (kuliah pulang) bukanlah sesuatu yang menurut saya aneh. Sebab, menurut saya setiap orang termasuk mahasiswa memiliki idelaisme dan pandangan hidup tersendiri yang tentunya berbeda dan tidak dapat disamakan oleh siapapun di dunia ini. bicara idealism kita ingat ketika tragedy ’98 mengisyaratkan kepada kita bahwa mahasiswa adalah ujung tombak dari keberasilan itu dan oleh karena itu kemudian mahasiswa berbangga diri dan menganggap dirinya sebagai pahlawan yang harus di kenang. Pada peristiwa itu, mahasiswa memang sangat aktif dan berontak menentang sistem yang kaku, busuk, dan korup. 

Ketika orde baru runtuh, lantas siapa yang kemudian memegang kendali akan pemerintahan tersebut, ya..tidak lain dan tidak bukan adalah mereka yang pada saat itu memakai almamater dan teriak teriak di senayan. Ketika mereka sudah duduk di posisi yang pada saat itu mereka tentang keras, apakah idealisme yang mereka gembar gemborkan itu tetap bertahan dan terus menerus mereka teriakkan. Oww. Tidak, mereka tidak ada bedanya dengan para birokrat yang sebelumnya mereka injak injak nama baiknya. Yang lebih parahnya lagi, ketika para orang orang yang mengatas namakan dirinya sebagai aktivis, menganggap aktivis adalah aktivitas yang hanya dilakukan di luar kampus dan harus berupa gerakan gerakan baik itu demonstrasi, atau kegiatan kegiatan lain. Sedangkan mereka yang setiap harinya menulis, di media media elektronik seperti web site atupun blog tidak mereka anggap sebagai bagian dari kegiatan aktivis itu. di semester dua kemarin, saya dan beberapa teman saya mengikuti seleksi untuk diterima di sebuah organisasi paling terkenal di seluruh kampu negeri ini, apalagi kalau bukan BEM. 

Hahaha, sempat tidak berpikir panjang akan hal itu, karena saya menilai mumpung masih awal awal kuliah mengapa tidak mengikuti hal hal semacam itu. awalnya saya sempat optimis untuk masuk dalam organisasi itu, akan tetapi hal itu berubah drastic dan ada semacam kesan aneh. Awalnya saya menyangka bahwa akan bertemu dengan orang orang ramah yang penuh dengan idelaisme tulus dari hati untuk senantiasa meneriakkan perlawanan dan berontak pada penguasa, namun hahahaha…yang saya jumpai hanya orang orang yang ingin eksis dan diakui bahwa mereka seorang aktivis…… yang lebih parahnya lagi dalam organisasi itu ada semcam gap yang terdiri dari orang orang yang memiliki prodi yang sama. Selain itu senioritas pada organisasi itu sangatlah terasa. Fucking…itulah kata yang mungkin menjadi ekspresi saya ketika memasuki BEM. Padahal organisasi ini adalah organisasi yang ada di fakultas denngan atmosfer politik yang tinggi. Memang, BEM adalah wadah yang sangat baik dan vital bagi para calon calon pemberontak (baca : penjilat) untuk mengembangkan kemapuannya. Mungkin saya terlalu naïf, terlalu berharap kepada mereka yang mengatas namakan perubahan. 

Nyatanya ketika saya beberapa hari bergabung dengan mereka, mereka tidak ada bedanya dengan OSIS sewaktu SMA. Hahahaha…..saya tidak ada maksud sedikitpun untuk menghina atau merendahkan organisasi tersebut, namun itulah yang selama ini aku rasakan. Memang mereka kumpulan orang orang cerdas dan pintar, dan saya mengakui hal itu, akan tetapi jika melihat tekad mereka, tak ada bedannya dengan para birokrat birokrat busuk itu. entah mengapa, ketika sebelum mengawali suatu hal, saya sempat merasa bahwa ada pandangan yang selalu melintas di pikiran saya. Pikiran tersebut selalu saja muncul ketika saat saat tertentu, dan yang lebih anehnya lagi ketika hal itu menjadi sebuah kenyataan dan menjadi kebenaran. Setelah beberapa minggu beranbung dengan mereka, saya putuskan untuk diam diam keluar dari organisasi tersebut. karena saya merasa bahwa orang seperti saya tidak akan pernah bisa bekerja sama atau berkelompok dalam suatu organisasi apapun. Kembal ke topic sebelumnya. Memang jenuh menjadi para mahasiswa, hidup seperti penuh pemberontakan, apalagi bagi mereka yang setipa harinya berteriak teriak akan perubahan dan perjuangan. 


Namun yang menjadi permasalahan adalah ketika semau hal itu hanyalah fatamorgana atau bahkan menjadi boomerang bagi mereka yang melakukannya. Indonesia tidak lagi berada dalam belenggu penjajahan, dan kita tidak lagi berada dalam kondisi ’98. Perjuangan yang mereka lakukan saya rasa tidak lagi atas dasar nurani, dan saya tahu apa yang ada di pikiran mereka. Mereka tidak sepenuhnya bersemangat dalam memberrontak para birokrat tersebut. karena apa, karena merekalah yang akan menggantikannya di kursi jabatan. Merekalah yang saat ini menjadi anjing birokrat. Yaaa anjing birokrat, secara umum anjing bertugas menjaga dan melindungi, begitu juga mereka. Dengan isu isu korupsi dan perjuangan, mereka rela berpanas panasan untuk melakukan demo, yang mayoritas adalah bukan mahasiswa. 

Ketika berhasil melakukan apa yang mereka inginkan maka tampaklah wajah mereka yang sebenarnya. Dan tentunya kita semua akan tahu, ketika mereka menempati posisi di pemerintahan, mereka juga harus mau dan siap di injak injak oleh kebodohan dan ketololan yang mereka lakukan. Menjadi seroang aktivis memang pilihan, dan tentunya menjadi sebuah hal yang langka, namun ketika semua itu hanya di gunakan sebagai eksistensi belaka maka hancurlah kalian. Karena setiap apa yang kita lakukan baik itu ucapan, tindakan, atau hanya sebatas ungkapan semuanya akan dipertanggung jawabkan. Ya…kalau anda memang seorang aktivis, berusahalah menjadi apa yang anda inginkan , tapi anda juga harus sadar bahwa menjadi seorang aktivis tidak hanya pada saat mahasiwa, namun sepanjang waktu. Menjadi aktivis hanya saat menjadi mahasiwa, dan begitu lulus menjadi seorang birokrat maka bagi saya anda hanyalah seekor pejilat ulung. Anda lebih hina daripada binatang!!!.

0 komentar:

Posting Komentar