Blogger templates

Pages

Labels

Minggu, 13 April 2014

Pemikiran George Simmel




Simmel merupakan seorang sosiolog yang lahir di Berlin pada tahun 1858. George Simmel merupakan seorang anak dari pedagang yahudi kaya yang masuk Kristen. Simmel tumbuh dan berkembang menjadi anak yang mandiri, Ayah simmel meninggal ketika ia masih kecil, dan hubungan dia dengan ibunya tidak terlalu memiliki kedekatan.  

Simmel merupakan sosok
intelektual yang cemerlang. Simmel menerima gelar doctor dari Universitas Berlin pada tahun 1881, dan mulai mengakar di sana pada tahun 1885 . Dia juga merupakan sosok pengajar yang cemerlang terkait pengetahuan dari berbagai hal, dan konsep mengajarnya. Ketika dia mengadakan perkuliahan yang menghadirinya tidak hanya mahasiswa, tetapi seringkali kaum elit intelektual berlin menghadirinya. Hal itu dikarenakan kemampuan intelektual yang dimiliki simmel membuat orang lain kagum.                                                                    

Meskipun pengetahuannya luas, kecemerlangan mengajar dan mengadakan perkuliahan, serta mutu tulisannya yang baik, pengakuan professional terhadap simmel selama kehidupan profesionalnya itu sangatlah minim. Selama lima belas tahun dia tetap berposisi sebagai dosen privat, yakni dosen yang tidak dibayar yang gajinya berdasarkan pembayaran mahasiswa. 

Kemudian dia menerima gelar professor luar biasa, tetapi hanya merupakan kehormatan belaka tanpa kompensasi. Simmel akhirnya meninggalkan universitas berlin tahun 1914, untuk menerima posisi sebagai professor penuh pada universitas Strasbourg, namun malang kehidupan akademisnya segera terhenti karena pecah perang pada saat itu. Dalam perananya sebagai seorang sosiolog, ia telah banyak menyumbang beberapa teori, antara lain yaitu:

v  Iteraksi simbolis

Kesadaran individu merupakan sumber awal bagi Simmel dalam mengkaji lebih jauh tentang interaksi sosial, ia telah melakukan teoretisasi masalah modernitas dengan penekanan pada perkembangan pesat dari ilmu, teknologi, pengetahuan obyektif, berikut diferensiasinya di satu sisi dan erosi budaya subyektif di sisi lain. Konflik dan krisis kebudayaan modern oleh Simmel digambarkan dalam bentuk pemiskinan-subyektivitas yang disebutnya endemi atrophy (terhentinya pertumbuhan budaya subyektif) karena hypertrophy (penyuburan budaya obyektif). Simmel berusaha menjelaskan adanya ketimpangan budaya individu atas manusia sebagai subjeknya dibandingkan dengan perkembangan media atau sarana kehidupan yang mengurangi peran aktif  manusia dalam berkarya. Sehubungan dengan fenomena endemi antrophy interaksi menjadi salah satu pokok pemikiran dalam teori Simmel.              

Masyarakat, kemudian, dapat diartikan  sebagai sejumlah individu yang terhubungkan melalui interaksi.. Interaksi ini dapat menjadi mengkristal sebagai bidang permanen.. Hubungan ini, atau bentuk sociation, sangat penting karena mereka menunjukkan bahwa masyarakat bukan merupakan substansi, tetapi sebuah peristiwa, dan karena bentuk-bentuk sociation mengatasi individu / dualisme sosial (individu terlibat dengan satu sama lain dan dengan demikian merupakan sosial). 

Sedangkan interaksi sosial sendiri menurut Georg Simmel memiliki point-point tersendiri yang menurutnya merupakan hal yang perlu untuk disertakan dalam teori-teorinya, Simmel mengungkapkan bahwa interaksi menurut bentuknya dapat dibedakan menjadi berikut yaitu: Subordinasi (ketaatan), Superordinasi (dominasi), Hubungan seksual, Konflik, dan Sosiabilita (interaksi yang terjadi demi interaksi itu sendiri dan bukan untuk tujuan lain). sedangkan menurut tipenya meliputi: interaksi yang terjadi antar individu-individu, interaksi yang terjadi antar individu-kelompok, dan interaksi yang terjadi antar kelompok-individu.             

 Pada keadaan yang sama yaitu kehidupan dengan interaksi dan komunikasi dapat menumbuhkan kemungkinan-kemungkinan tertentu, dimana hal tersebut memiliki dampak positif dan negatif, ada pada suatu saat seseorang merasakan kedekatan, kekompakan, dan kebersamaan baik secara pribadi maupun  kelompok. Adanya kontak merupakan faktor yang mendorong terjadinya komunilkasi , kontak tersebut terdiri dari kontak secara langsung maupun secara tidak langsung ( melalui media ), dan komunikasi itu sendiri adalah gambaran dari adanya interaksi dalam hidupnya dengan orang lain. Simmel juga memusatkan pemikirannya mengenai relasi (hubungan), khususnya interaksi antar pemeran sadar dan tujuannya adalah melihat besarnya cakupan interaksi yang mungkin sepele namun pada saat lain sangat penting. Menurut Simmel interaksi timbul karena kepentingan-kepentingan dan dorongan tertentu.                                                                   
 Salah satu bentuk interaksi yang dibicarakan Simmel adalah gaya (fashion). Gaya adalah bentuk relasi sosial yang menginginkan orang menyesuaikan diri dengan keinginan kelompok. Gaya bersifat dialektis yang berarti keberhasilan dan persebaran gaya akan berujung pada kegagalan. Hal positif yang muncul dari adanya interaksi bisa terjadi melalui terjalinnya solidaritas masyarakat, dan hal negatif adalah berupa adanya konflik. Minat Simmel pada bentuk interaksi menuai banyak kritikan. Ia dituduh memaksa suatu tatanan yang sebenarnya tidak ada dan menghasilkan studi yang tidak saling terkait yang akhirnya sama sekali tidak menerapkan tatanan yang lebih baik pada realitas sosial. 

Menurut bentuknya terdapat konsep yang disebut dengan Subordinasi (ketaatan) dan Superordinasi (dominasi), jika kita ulas lebih lanjut tentang kedua hal tersebut ada beberapa kata kunci untuk memahaminya yaitu antara lain pertama, Dominasi merupakan suatu bentuk interaksi. Bahkan dalam bentuk paling ekstrim subordinasi, ada beberapa kebebasan pribadi. Kedua, Otoritas berwibawa menunjukkan perilaku yang dapat menjadi tujuan atau supra-individu, serta fakta bahwa kekuatan supra-individu mungkin rompi seseorang dengan penuh wibawa. 

Prestige adalah individu dan tidak memiliki objektivitas supra-individual. Ketiga, Para pemimpin dan yang dipimpin saling terkait dalam sociation dengan cara timbal balik, mereka tidak mengecualikan satu sama lain, sebaliknya, mereka menyiratkan satu sama lain. dan keempat, Interaksi adalah penting bagi gagasan hukum. Tidak akan ada timbal balik antara penguasa dan yang dikuasai ketika penguasa dipilih berdasarkan kontrak bersama antara yang diperintah.Dalam kasus ini tidak ada timbal balik. Superordinasi dan subordinasi memiliki hubungan timbal balik. Pemimpin tidak ingin sepenuhnya menginginkan dan mengarahkan tindakan orang lain. 

Justru pemimpin member kesempatan kepada yang tersubordinasi agar dapat berprilaku positif atau negatif. Superordinat sering memperhitungkan kebutuhan dan keinginan subordinat dengan tujuan untuk mengontrolnya. Simmel menganggap subordinasi dibawah prinsip obyektif sebagai sesuatu yang paling menyakitkan, mungkin karena hubungan antarmanusia dan interaksi sosial tereliminasi.       

Selain itu, masih ada hubungan dengan interaksi sosial, Simmel juga menjelaskan tentang teori konflik. Interaksi yang terjadi baik antar individu maupun antar kelompok kadang menimbulkan konflik, dan konflik merupakan pokok bahasan tersendiri yang diuraikan oleh Simmel, menurut Simmel masalah mendasar dari setiap masyarakat adalah konflik antara kekuatan-kekuatan sosial dan individu, karena disebabkan oleh beberapa faktor. 

Pertama, sosial melekat kepada setiap individu dan, kedua, sosial dan unsur-unsur individu dapat berbenturan dalam individu, meskipun pada sisi lain dari konflik merupakan sarana mengintegrasikan individu-individu. Karena setiap individu meiliki kepentingan yang berbeda-beda dan adanya benturan-benturan kepentingan tersebut mencerminkan dari sikap-sikap individu tersebut dalam usahanya memenuhi kebutuhannya, dari sikap yang nampak ini Simmel memiliki sebuah pemikiran yang menghasilkan konsep individualisme ini (dari kepribadian yang berbeda) terwujud dalam prinsip-prinsip ekonomi, masing-masing, persaingan bebas dan pembagian kerja.

v  Kritik terhadap Simmel

Semasa hidupnya, Spencer sangat jarang sekali untuk membaca karya orang lain. Mungkin membaca tapi hanya untuk sekedar mencari pembelaan atas karyanya. Menurut Spencer, ide-idenya muncul tanpa sengaja dan secara keseluruhan adalah hasil pemikirannya sendiri. Karena baginya jika ingin membaca dan belajar dari orang lain itu akan mempengaruhi kemurnian dari pemikirannya dan hanya akan merusak karyanya. Ini yang mendasari pemikiran Spencer mengenai evolusi sosial-nya yang menurutnya perubahan itu harus secara alami dan tidak boleh ada intervensi dari orang lain. Ini juga yang akhirnya mendasari kritik terbesar dalam karya Spencer, karena tidak empiris dan tidak ilmiah.

1 komentar: