Berbagai hal, berbagai permasalahan
serta fenomena yang kompleks kerap kali kita temui akhir akhir ini.
Permasalahan yang ada tak jarang menimbulkan stigma yang negative atau persepsi
salah mengenai suatu hal tanpa di sertai adanya pemahaman yang mendalam
mengenai akar dari permasalahan tersebut secara rinci dan detail. Permasalahan
terkadang timbul bukan karena adanya keinginan seorang individu, kelompok
ataupun masyarakat untuk menciptakan suatu ketidak harmonisan dalam kehidupan
bermasyarakat itu sendiri, melainkan tindakan tersebut di lakukan untuk tujuan
tujuan yang lain dan tentunya bukan sebatas tindakan tindakan kriminal yang
berujung pada timbulnya ketakutan ketakutan masyarakat akan isu isu yang tidak
jelas informasinya.
Di sisi lain, masyarakat kita yang cenderung majemuk
ternyata masih saja dapat di bodohi atau masih polos dalam memandang suatu
permasalahan yang ada di sekitar mereka. Gembar gembor yang sering dilakukan
oleh media media baik media cetak maupun media elektronik ternyata mampu
membentuk paradigma yang sesat di pikiran masyarakat.
Parahnya
lagi, masyarakat tidak lekas untuk mencari kebenaran yang sesungguhnya atas
peristiwa yang sedang hangat dibicarakan sebaliknya masyarakat dengan mudah
mempercayai stigma stigma dan persepsi yang di buat oleh media media tak
bertanggung jawab tersebut.
Memang, memilah milah permasalahan tidaklah mudah
butuh kepekaan dan daya kritis yang mendalam untuk menganalisisnya agar kita
dapat mengetahui apa yang sebenarnya terjadi tanpa menyudutkan suatu kelompk
atau individu yang dapat dijadikan sebagai kambing hitam atas permasalahan
tersebut. di samping itu yang tak kalah penting, bahwa setiap permasalahan yang
muncul ke ruang public dapat diartikan sebagai pengalihan isu atas permasalahan
permasalahan yang sebelumnya belum terselesaikan. Memang tidak salah jika kita
memiliki segudang pendapat atas suatu permasalahan yang ada di sekitar kita,
namun alangkah baiknya jika permasalahan permasalahan tersebut dapat kita
analisis atau pahami dengan menggunakan berbagai sudut pandang untuk
menghindari adanya keranuan dalam memahami permasalahan tersebut.
Tidak ada persoalan di
dunia ini yang terjadi tanpa adanya sebab, begitu juga kasus yang sedang hangat
dan menimbulkan banya sekali kebingungan yang terjadi di masyarakat. ya,
masalah tersebut tidak lain adalah kasus terorisme. Siapa yang tidak kenal
dengan istilah tersebut. ketika mendengarnya saja, langsung terlintas di benak
kita akan tindakan tindakan keras yang dilakukan oleh beberapa orang yang
tergabung dalam kelompok yang biasanya memiliki motif keagamaan tertentu.
Terorisme, juga diartikan oleh masyarakat sebagai akar dari berbagai
permasalahan yang membelit bangsa ini yang tentunya dengan pemahaman yang masih
dangkal. Oleh sebab itu, agar tidak terus menerus menimbulkan berbagai persepsi
salah, maka mulai saat ini saatnya kita untuk melihat suatu permasalahan lebih
dari satu sumber dan paradigma.
Terorisme, saat ini di mata
masyarakat indonesia sudah layaknya seperti wabah yang menakutkan yang sewaktu
waktu dapat mengancam kelangsungan hidup bangsa ini tanpa memandang siapapun
untuk menajdi korbannya. Sebelum membahas lebih mendalam mengenai terorisme
yang ada di indoneisa mari kita sedikit melihat ke belakang bagaimana kata
terorisme tersebut mulai ada di benak masyarakat, khusunya masyarakat kita
Indonesia.
11 september 2001, siapa yang tidak kenal tanggal itu, ya tanggal
itu merupakan saksi bisu sejaraha akan peristiwa penting yang melanda negeri
adidaya Amerika Serikat. Pada saat itu, kita dikejutkan dengan adanya sebuah
pesawat yang kemudian menabarak gedung kembar WTC (world trade Centre ) yang
kemudian menewaskan beberapa korban. Sontak beberapa saat kemudian entah dari
mana atau siapa kata kata terorisme tersebut kemudian mnejamur di tengah tengah
masyarakat yang pada saat itu masih kebingungan mengapa tragedy WTC tersebut
dapat terjadi sedemikian rupa.
Mencuatnya
isu terorisme tersebut lantas kemudian di sertai lagi dengan munculnya kelompok
kelompok yang di sinyalir sebagai kelompok terorisme seperti Al Qaeda, Taliban
dan kelompok kelompok lainnya. Karena tidak terbendung, maka isu tersbut
menyeruak ke pblik tanpa disertai dengan sumber sumber serta faktta yang jelas.
Parahanya lagi, ketika isu tersebut muncul masyarakat sektika langsung
mempercayai adanya hal itu. Amerika yang pada saat itu dipimpin oleh Bush
lantas mengeluarkan program untuk memerangi terorisme skala internasional tidak
hanya di Amerika namun juga di negara negara lain baik itu negara maju atau
berkembang tak terkecuali Indonesia.
Selang beberapa tahun kemudian, dunia
dikejutkan lagi dengan adanya invasi besar besaran yang dilakukan oleh amerika
terhadap Iraq dan Afganistan. Berhembus informasi bahwa di kedua negara
tersebut bermukim kelompok kelompok yang mereka sebut sebagai teroris yaitu Al
Qaeda dan Taliban. Bombardirpun kian di giatkan oleh tentara tentara AS pada
waktu itu. Timbulnya
invasi tersebut kian hari menimbulkan dampak yang negative bagi negara negara
yang menjadi sasaran invasi amerika tersebut.
Korban korban setiap hari
berjatuhan tanpa henti, negara negara tersebut tak ubahnya seperti tempat
laithan perang yang dengan tanpa berdosa tentara tentara amerika tersebut
meghancurkannya. Untuk mengembangkan program anti terorisnya, amerika kemudian
menghembuskan program tersebut hingga sampai indonesia. Negara indonesia yang
sebelumnya kita kenal sebagai negara yang damai tanpa adanya konflik berarti
kini di buat 180 derajat berbeda dari biasanya. Isu isu terorispun kian hari
kian marak di jumpai. Baik itu media cetak, media elektronik ataupun media
massa lainnya semakin rajin untuk memberitakan adanya isu isu terorisme
tersebut.
Hal ini sepintas memang benar ketika Al Qaeda dan Taiban adalah
kelompok yang berlatar belakang islam, sedangkan negara indonesia yang saat itu
hampir 90% penduduknya beragama islam. Entah mengapa pemerintah kita yang pada
waktu itu mulai di pegang oleh SBY langsung saja menuruti akan kemauan Amerika
untuk ikut berpartisipasi dalam memerangi terorisme skala internasional. Di
samping itu, entah darimana di indonesia juga mulai di kenal kelompok kelompok
yang menurut pemerintah berpeluang untuk melakukan tindakan terorisme tersebut.
selang beberapa waktu kemudian kita dikejutkan dengan peristiwa bom bali, yang
kita kenal dengan peristiwa Bom Bali I.
Bom
bali yang menewaskan korban cukup banyak tersebut akhirnya diketahui bahwa
pelakunya adalah amrozi dkk. Munculnya bom bali I ternyata menjadi awal dari
aksi aksi terosime yang kemudian semakin bermunculan seperti peristiwa di hotel
J. W Marriot, Hotel Ritz Charlton, bm bali II dan aksi aksi bom lainnya. Dari
sini, perjalanan pemerintah SBY dalam memberantas aksi terorisme berlanjut
dengan membuat satuan khusus terorisme yaitu Densus 88. Terbentuknya densus 88
tersebut juga di apresiasi oleh amerika dengan membantu dalam memberikan
pelatihan serta bantuan dalam hal senjata serta peralatan lainnya. Densus 88
pun mulai mengawali karir pertamanya ketika satuan tersebut berhasil
“melumpuhkan beberapa orang yang dianggap teroris di daerah Temanggung, Jawa
Tengah beberapa tahun silam. Akan tetapi, citra densus 88 tersebut tidak
berthan lama ketika aksi aksi berikutnya yang dilakukan satuan tersebut hanya
berujung pada tindakan arogan serta salah tangkap yang kemudian media tidak
banyak mengeksposnya. Sangat janggal memang jika kita menemui fakta seperti
ini. Mana mungkin negara yang semula tidak pernah sekalipun memiliki isu isu
terorisme, kini berubah menjadi negara yang sangat kental dengan aroma
terorisme.
Tidak
banyak memang masyarakat yang berfikir sehat atas peristiwa yang mereka alami
akhir akhir ini. Tidak banyak dari mereka yang kemudian mempertanaykan mengapa
kondisi negara mereka dapat dengan mudah berubah serta memiliki permasalahan
yang kompleks seperti terorisme. Apakah benar terorisme ada, atau terorisme
tersebut hanyalah sebagian kcil propaganda dan konspirasi yang dilakukan oleh
orang orang yang tidak bertanggung jawab untuk meudahkan tujuan tujuan
terlselubung mereka. Tidak habis piker memang saat kita dihadapkan dengan
sebuah permasalahan yang sebetulnya kita sendiri belum paham benar apa yang
sebenarnya terjadi. Terorisme yang sedang kita hadapi bukanlah terorisme yang
dilakukan oleh kelompok kelompok berlatar belakang agama tersebut melainkan
hanyalah ciptaan orang orang yang ingin tujuan mereka terlaksana. Di samping
itu, terorisme yang kita kenal merupakan ajang untuk mengalihkan “pandangan”
kita terhadap permasalahan permaalahn yang sebelumnya terjadi di tengah tengah
masyarakat kita.
Kita
dapat ambil contoh misal ketika penangkapan Ibrohim di Temanggung 10 Agustus
2009 lalu yang diklaim sebagai kelanjutan operasi terduga teroris Hotel Ritz
Charlton. Pada saat itu, sedang merebak pula persoalan birokrasi perihal Kasus
Cicak dan Buaya yang melibatkan Susno Duadji. Dia dianggap melakukan suap dalam
penanganannya terhadap kasus century, serta Kasus terbunuhnya Nasrudin
Zulkarnaen sebagai Dirut salah satu BUMN, di mana dalam perkembangannya
melibatkan Antasari yang pada masa itu menjabat sebagai Ketua KPK. Peristiwa
lain yang tak kalah heboh adalah meledaknya bom rakitan di Semarang yang
terjadi pada tanggal 15 Maret 2012. Yang janggal dari peristiwa tersebut adalah
di saat bersamaan terdapat wacana kenaikan BBM menjadi isu besar, sedang
hangat–hangatnya diperbincangkan media dan pemerintah. Rakyat yang saat itu
getol melakukan demonstrasi dibuat “terhipnotis” oleh sempalan isu teroris
Semarang.
Alih-alih menantang kebijakan
pemerintah akhirnya meredup lantaran rakyat terbawa skenario teroris. Begitu
juga dengan penyergapan teroris di Solo pada 31 Agustus 2012 kemarin, di mana
operasi tersebut terjadi bersamaan dengan menggeliatnya isu terhadap peninjuan
kembali kontrak karya Freeport serta kasus korupsi simulator SIM yang
melibatkan perwira tinggi Polri sebagai tersangka. Selain itu, juga sebagai
pengalihan terhadap upaya membuka kembali kasus Century dengan pemanggilan
Antazari ke Senayan. Melihat fakta seperti itu, lantas kita bertanya tanya,
apakah teroris tersebut murni karena ada atau memang di sengaja muncul untuk
mengalihkan isu isu tersebut. jika sudah seperti ini masihkah kita menganggap
persoalan terorisme sebagai suatu hal yang kebetulan terjadi? Jika benar
mengapa hal tersebut selalu terjadi bersamaan dengan adanya persoalan persoalan
lain yang tentunya lebih penting.
Terorisme
secara awam memang merupakan suatu tindakan yang sangat biadab dan tidak dapat
di tolelir oleh siapapun dan dengan alasan apapun. Terorisme saat ini bagaikan
musibah yang tidak ada seorangpun yang dapat memprediksi kapan kejadian
kejadian itu terulang kembali untuk kesekian kalinya. Yang menjadi persoalan
saat ini adalah bukan terorisme itu sendiri, akan tetapi mengenai kepastian
apakah terorisme tersebut murni kejadian kriminal atau hanya sebagai pengalihan
isu isu di masyarakat. berbicara mengenai teroris tentu kita tidak dapat
langsung memberikan stigma negative terhdap kelompok kelompok yang terduga
teroris tersebut walaupun kemudian mereka terbukti bersalah.
Berbicara
terorisme tidak hanya berbicara mengenai bagaimana mereka bertindak serta
berkelompok, yang lebih penting di sini adalah kita harus tahu bagaiamana
tindakan tersebut dapat muncul dan terjadi. Yang jelas kita tidak dapat
memandang persoalan seperti terorisme ini sebagai sebuah aksi kriminal saja
tetapi kita juga harus mengetahui motif motif konspirasi dan politik di balik
fenomena terorisme itu sendiri. Terorisme tidak akan dapat di berantas sebelum
kita dapat mengetahui akar sebenarnya dari permasalahan ini secara mendalam
tanpa di dahului dengan adanya stigma stigma negative yang dapat mengintimidasi
suatu kelompok tertentu. Dan perlu di tegaskan kembali bahwa tindakan
teororisme tidaklah sesederhana seperti yang diberitakan oleh media media
tersebut.
Daftar Pustaka
1. Abimanyu, Bambang.
2005, Teror Bom di Indonesia, Jakarta: Grafindo.
2.
Chomsky, Noam. 1991, Menguak Tabir Terorisme Internasional,
Yogyakarta: Mizan.
3.
Wahid, Abdul, dkk. 2004, Kejahatan Terorisme,
Bandung: PT. Retika Aditama
0 komentar:
Posting Komentar