Blogger templates

Pages

Labels

Sabtu, 12 April 2014

Benarkah Terorisme itu ada?????



         
            Berbagai hal, berbagai permasalahan serta fenomena yang kompleks kerap kali kita temui akhir akhir ini. Permasalahan yang ada tak jarang menimbulkan stigma yang negative atau persepsi salah mengenai suatu hal tanpa di sertai adanya pemahaman yang mendalam mengenai akar dari permasalahan tersebut secara rinci dan detail. Permasalahan terkadang timbul bukan karena adanya keinginan seorang individu, kelompok ataupun masyarakat untuk menciptakan suatu ketidak harmonisan dalam kehidupan bermasyarakat itu sendiri, melainkan tindakan tersebut di lakukan untuk tujuan tujuan yang lain dan tentunya bukan sebatas tindakan tindakan kriminal yang berujung pada timbulnya ketakutan ketakutan masyarakat akan isu isu yang tidak jelas informasinya. 

Di sisi lain, masyarakat kita yang cenderung majemuk ternyata masih saja dapat di bodohi atau masih polos dalam memandang suatu permasalahan yang ada di sekitar mereka. Gembar gembor yang sering dilakukan oleh media media baik media cetak maupun media elektronik ternyata mampu membentuk paradigma yang sesat di pikiran masyarakat.                                                

 Parahnya lagi, masyarakat tidak lekas untuk mencari kebenaran yang sesungguhnya atas peristiwa yang sedang hangat dibicarakan sebaliknya masyarakat dengan mudah mempercayai stigma stigma dan persepsi yang di buat oleh media media tak bertanggung jawab tersebut. 

Memang, memilah milah permasalahan tidaklah mudah butuh kepekaan dan daya kritis yang mendalam untuk menganalisisnya agar kita dapat mengetahui apa yang sebenarnya terjadi tanpa menyudutkan suatu kelompk atau individu yang dapat dijadikan sebagai kambing hitam atas permasalahan tersebut. di samping itu yang tak kalah penting, bahwa setiap permasalahan yang muncul ke ruang public dapat diartikan sebagai pengalihan isu atas permasalahan permasalahan yang sebelumnya belum terselesaikan. Memang tidak salah jika kita memiliki segudang pendapat atas suatu permasalahan yang ada di sekitar kita, namun alangkah baiknya jika permasalahan permasalahan tersebut dapat kita analisis atau pahami dengan menggunakan berbagai sudut pandang untuk menghindari adanya keranuan dalam memahami permasalahan tersebut.                         

 Tidak ada persoalan di dunia ini yang terjadi tanpa adanya sebab, begitu juga kasus yang sedang hangat dan menimbulkan banya sekali kebingungan yang terjadi di masyarakat. ya, masalah tersebut tidak lain adalah kasus terorisme. Siapa yang tidak kenal dengan istilah tersebut. ketika mendengarnya saja, langsung terlintas di benak kita akan tindakan tindakan keras yang dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam kelompok yang biasanya memiliki motif keagamaan tertentu. Terorisme, juga diartikan oleh masyarakat sebagai akar dari berbagai permasalahan yang membelit bangsa ini yang tentunya dengan pemahaman yang masih dangkal. Oleh sebab itu, agar tidak terus menerus menimbulkan berbagai persepsi salah, maka mulai saat ini saatnya kita untuk melihat suatu permasalahan lebih dari satu sumber dan paradigma.                                                                                                    

Terorisme, saat ini di mata masyarakat indonesia sudah layaknya seperti wabah yang menakutkan yang sewaktu waktu dapat mengancam kelangsungan hidup bangsa ini tanpa memandang siapapun untuk menajdi korbannya. Sebelum membahas lebih mendalam mengenai terorisme yang ada di indoneisa mari kita sedikit melihat ke belakang bagaimana kata terorisme tersebut mulai ada di benak masyarakat, khusunya masyarakat kita Indonesia. 

11 september 2001, siapa yang tidak kenal tanggal itu, ya tanggal itu merupakan saksi bisu sejaraha akan peristiwa penting yang melanda negeri adidaya Amerika Serikat. Pada saat itu, kita dikejutkan dengan adanya sebuah pesawat yang kemudian menabarak gedung kembar WTC (world trade Centre ) yang kemudian menewaskan beberapa korban. Sontak beberapa saat kemudian entah dari mana atau siapa kata kata terorisme tersebut kemudian mnejamur di tengah tengah masyarakat yang pada saat itu masih kebingungan mengapa tragedy WTC tersebut dapat terjadi sedemikian rupa.                                             

 Mencuatnya isu terorisme tersebut lantas kemudian di sertai lagi dengan munculnya kelompok kelompok yang di sinyalir sebagai kelompok terorisme seperti Al Qaeda, Taliban dan kelompok kelompok lainnya. Karena tidak terbendung, maka isu tersbut menyeruak ke pblik tanpa disertai dengan sumber sumber serta faktta yang jelas. Parahanya lagi, ketika isu tersebut muncul masyarakat sektika langsung mempercayai adanya hal itu. Amerika yang pada saat itu dipimpin oleh Bush lantas mengeluarkan program untuk memerangi terorisme skala internasional tidak hanya di Amerika namun juga di negara negara lain baik itu negara maju atau berkembang tak terkecuali Indonesia. 

Selang beberapa tahun kemudian, dunia dikejutkan lagi dengan adanya invasi besar besaran yang dilakukan oleh amerika terhadap Iraq dan Afganistan. Berhembus informasi bahwa di kedua negara tersebut bermukim kelompok kelompok yang mereka sebut sebagai teroris yaitu Al Qaeda dan Taliban. Bombardirpun kian di giatkan oleh tentara tentara AS pada waktu itu. Timbulnya invasi tersebut kian hari menimbulkan dampak yang negative bagi negara negara yang menjadi sasaran invasi amerika tersebut. 

Korban korban setiap hari berjatuhan tanpa henti, negara negara tersebut tak ubahnya seperti tempat laithan perang yang dengan tanpa berdosa tentara tentara amerika tersebut meghancurkannya. Untuk mengembangkan program anti terorisnya, amerika kemudian menghembuskan program tersebut hingga sampai indonesia. Negara indonesia yang sebelumnya kita kenal sebagai negara yang damai tanpa adanya konflik berarti kini di buat 180 derajat berbeda dari biasanya. Isu isu terorispun kian hari kian marak di jumpai. Baik itu media cetak, media elektronik ataupun media massa lainnya semakin rajin untuk memberitakan adanya isu isu terorisme tersebut. 

Hal ini sepintas memang benar ketika Al Qaeda dan Taiban adalah kelompok yang berlatar belakang islam, sedangkan negara indonesia yang saat itu hampir 90% penduduknya beragama islam. Entah mengapa pemerintah kita yang pada waktu itu mulai di pegang oleh SBY langsung saja menuruti akan kemauan Amerika untuk ikut berpartisipasi dalam memerangi terorisme skala internasional. Di samping itu, entah darimana di indonesia juga mulai di kenal kelompok kelompok yang menurut pemerintah berpeluang untuk melakukan tindakan terorisme tersebut. selang beberapa waktu kemudian kita dikejutkan dengan peristiwa bom bali, yang kita kenal dengan peristiwa Bom Bali I.                                                                                                                        

Bom bali yang menewaskan korban cukup banyak tersebut akhirnya diketahui bahwa pelakunya adalah amrozi dkk. Munculnya bom bali I ternyata menjadi awal dari aksi aksi terosime yang kemudian semakin bermunculan seperti peristiwa di hotel J. W Marriot, Hotel Ritz Charlton, bm bali II dan aksi aksi bom lainnya. Dari sini, perjalanan pemerintah SBY dalam memberantas aksi terorisme berlanjut dengan membuat satuan khusus terorisme yaitu Densus 88. Terbentuknya densus 88 tersebut juga di apresiasi oleh amerika dengan membantu dalam memberikan pelatihan serta bantuan dalam hal senjata serta peralatan lainnya. Densus 88 pun mulai mengawali karir pertamanya ketika satuan tersebut berhasil “melumpuhkan beberapa orang yang dianggap teroris di daerah Temanggung, Jawa Tengah beberapa tahun silam. Akan tetapi, citra densus 88 tersebut tidak berthan lama ketika aksi aksi berikutnya yang dilakukan satuan tersebut hanya berujung pada tindakan arogan serta salah tangkap yang kemudian media tidak banyak mengeksposnya. Sangat janggal memang jika kita menemui fakta seperti ini. Mana mungkin negara yang semula tidak pernah sekalipun memiliki isu isu terorisme, kini berubah menjadi negara yang sangat kental dengan aroma terorisme.                                                                                           

Tidak banyak memang masyarakat yang berfikir sehat atas peristiwa yang mereka alami akhir akhir ini. Tidak banyak dari mereka yang kemudian mempertanaykan mengapa kondisi negara mereka dapat dengan mudah berubah serta memiliki permasalahan yang kompleks seperti terorisme. Apakah benar terorisme ada, atau terorisme tersebut hanyalah sebagian kcil propaganda dan konspirasi yang dilakukan oleh orang orang yang tidak bertanggung jawab untuk meudahkan tujuan tujuan terlselubung mereka. Tidak habis piker memang saat kita dihadapkan dengan sebuah permasalahan yang sebetulnya kita sendiri belum paham benar apa yang sebenarnya terjadi. Terorisme yang sedang kita hadapi bukanlah terorisme yang dilakukan oleh kelompok kelompok berlatar belakang agama tersebut melainkan hanyalah ciptaan orang orang yang ingin tujuan mereka terlaksana. Di samping itu, terorisme yang kita kenal merupakan ajang untuk mengalihkan “pandangan” kita terhadap permasalahan permaalahn yang sebelumnya terjadi di tengah tengah masyarakat kita.           
                                                                                                        
Kita dapat ambil contoh misal ketika penangkapan Ibrohim di Temanggung 10 Agustus 2009 lalu yang diklaim sebagai kelanjutan operasi terduga teroris Hotel Ritz Charlton. Pada saat itu, sedang merebak pula persoalan birokrasi perihal Kasus Cicak dan Buaya yang melibatkan Susno Duadji. Dia dianggap melakukan suap dalam penanganannya terhadap kasus century, serta Kasus terbunuhnya Nasrudin Zulkarnaen sebagai Dirut salah satu BUMN, di mana dalam perkembangannya melibatkan Antasari yang pada masa itu menjabat sebagai Ketua KPK. Peristiwa lain yang tak kalah heboh adalah meledaknya bom rakitan di Semarang yang terjadi pada tanggal 15 Maret 2012. Yang janggal dari peristiwa tersebut adalah di saat bersamaan terdapat wacana kenaikan BBM menjadi isu besar, sedang hangat–hangatnya diperbincangkan media dan pemerintah. Rakyat yang saat itu getol melakukan demonstrasi dibuat “terhipnotis” oleh sempalan isu teroris Semarang.                                

Alih-alih menantang kebijakan pemerintah akhirnya meredup lantaran rakyat terbawa skenario teroris. Begitu juga dengan penyergapan teroris di Solo pada 31 Agustus 2012 kemarin, di mana operasi tersebut terjadi bersamaan dengan menggeliatnya isu terhadap peninjuan kembali kontrak karya Freeport serta kasus korupsi simulator SIM yang melibatkan perwira tinggi Polri sebagai tersangka. Selain itu, juga sebagai pengalihan terhadap upaya membuka kembali kasus Century dengan pemanggilan Antazari ke Senayan. Melihat fakta seperti itu, lantas kita bertanya tanya, apakah teroris tersebut murni karena ada atau memang di sengaja muncul untuk mengalihkan isu isu tersebut. jika sudah seperti ini masihkah kita menganggap persoalan terorisme sebagai suatu hal yang kebetulan terjadi? Jika benar mengapa hal tersebut selalu terjadi bersamaan dengan adanya persoalan persoalan lain yang tentunya lebih penting.                                                                                                
Terorisme secara awam memang merupakan suatu tindakan yang sangat biadab dan tidak dapat di tolelir oleh siapapun dan dengan alasan apapun. Terorisme saat ini bagaikan musibah yang tidak ada seorangpun yang dapat memprediksi kapan kejadian kejadian itu terulang kembali untuk kesekian kalinya. Yang menjadi persoalan saat ini adalah bukan terorisme itu sendiri, akan tetapi mengenai kepastian apakah terorisme tersebut murni kejadian kriminal atau hanya sebagai pengalihan isu isu di masyarakat. berbicara mengenai teroris tentu kita tidak dapat langsung memberikan stigma negative terhdap kelompok kelompok yang terduga teroris tersebut walaupun kemudian mereka terbukti bersalah. 

Berbicara terorisme tidak hanya berbicara mengenai bagaimana mereka bertindak serta berkelompok, yang lebih penting di sini adalah kita harus tahu bagaiamana tindakan tersebut dapat muncul dan terjadi. Yang jelas kita tidak dapat memandang persoalan seperti terorisme ini sebagai sebuah aksi kriminal saja tetapi kita juga harus mengetahui motif motif konspirasi dan politik di balik fenomena terorisme itu sendiri. Terorisme tidak akan dapat di berantas sebelum kita dapat mengetahui akar sebenarnya dari permasalahan ini secara mendalam tanpa di dahului dengan adanya stigma stigma negative yang dapat mengintimidasi suatu kelompok tertentu. Dan perlu di tegaskan kembali bahwa tindakan teororisme tidaklah sesederhana seperti yang diberitakan oleh media media tersebut.











Daftar Pustaka
1.      Abimanyu, Bambang. 2005, Teror Bom di Indonesia, Jakarta: Grafindo.
2.      Chomsky, Noam. 1991, Menguak Tabir Terorisme Internasional, Yogyakarta: Mizan. 
3.      Wahid,  Abdul, dkk. 2004, Kejahatan Terorisme, Bandung: PT. Retika Aditama

0 komentar:

Posting Komentar