Blogger templates

Pages

Labels

Sabtu, 12 April 2014

Ketika Tuhan Bermain Facebook

            Ketika Tuhan Bermain Facebook
             
Kehidupan, tidak henti hentinya untuk berubah. Dari waktu ke waktu kita sebagai manusia terus disuguhi dengan adanya kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi baki informasi, maupun komunikasi. Seiring berjalannya waktu, maka tuntutan akan informasi yang cepat membuat manusia terus berpikir bagaimana membuat segala sesuatunya menjadi cepat dan mudah. Kondisi modernisasi seperti sekarang ini telah banyak membuat kondisi kondisi budaya, perilaku, tindakan, dan pemikiran mengalami tranformasi transformasi yang begitu cepat. Merujuk pada pemikiran baudrilard yang mengatakan bahwa dalam kondisi postmodern seperti sekarang ini telah menyebabakan manusia keluar dari dunia yang sebebarnya. Dalam artian, kondisi di mana manusia tidak lagi dapat membedakan antara kondisi realita yang ada di sekitar mereka dengan kondisi fantasia tau dunia fantasi yang diciptakan oleh manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, kondisi demikian oleh baudrilard di sebut sebagai simulacra. Dengan adanya simulacra, manusia terhegemoni dan tersugesti untuk mengikuti apa saja yang modernisasi, dan globalisasi sampaikan. Oleh sebab itu manuia kemudian tidak lagi bertindak dan berpikir secara rasional atau melalui pertimbangan intelektual, namun mereka bertindak atas dasar emosi dan keinginan.     
                                                                                                                                          
Namun, di sini saya tidak akan membahas lebih mendalam mengenai pemikiran simulacra baudrilard, akan tetapi saya akan membahas fenomena yang lagi ngetrend saat ini khusunya si kalangan remaja. remaja, siapa yang tidak mengalami masa masa labil itu, masa masa yang dianggap sebagai masa yang paling indah, masa masa di mana kita memiliki control penuh terhadap diri kita. Apakah benar demikian?. Remaja saat ini tidak lepas dari teknologi yang dari hari ke hari terus menjejali remaja, bahkan semua orang. Dengan berubahnya fungsinya teknologi dari sekedar alat untuk meringangkan pekerjaan manusia menjadi suatu alat yang menjadi standarisasi hidu. Membuat segala sesuatunya mengacu pada teknologi. Sehingga dapat dikatakan, kita tidak lagi buta akan teknologi namun sudah tergantung terhadap teknologi. Kita ambil contoh misal, setiap hari pasti kita akan terus menerus berhubungan dengan dunia maya, lewat sosial media yang ada seperti facebook, twitter, dsb. Yang lebih parahnya lagi kita menganggap bahwa dunia kita saat ini adalah dunia yang teknologi ciptakan tersebut. akibatnya, intensitas dari penggunaan sosial media tersebut semakin lama semakin tinggi dan menunjukkan gejala gejala yang tidak wajar, bahkan menyimpang. Suatu hari, ketika saya sedang bermain facebook saya sedang melihat fenomena yang menurut saya sangat aneh dan janggal. Tidak sedikit dari teman teman facebook saya yang suka berdoa di faceboook. Memang, sekilas tindakan tersebut sangatlah wajar, apalagi kita sebagai manusia yang percaya terhadap eksistensi Tuhan dan menganggap Tuhan sebagai penguasa dari alam semesta ini.                                                       

 Namun, di sisi lain, hal hal semacam itu, kemudian timbul pertanyaan di benak saya, apakah saat ini kita tidak membutuhkan lagi adanya masjid, kita tidak membutuhkan lagi adanya tempat ibadah. Padahal, berdoa merupakan kegiatan yang sangat intern sekali bagi seorang indovidu, dan tak jarang, ketika manusia ingin berdoa, mereka harus mencari tempat tempat yang sunyi untuk menyendiri dari segala hiruk pikuk aktivitas. Sedangkan, jika kita melihat fungsi dari facebook itu sendiri adalah sarana media komunikasi yang berfungsi untuk mendekatkan yang jauh, dan mejauhkan yang dekat. Selain itu, facebook dan media media jejaring sosial lainnya berfungsi sebagai sarana eksistensi diri seseorang. Maka tak jarang kita menemui seseorang, atau teman facebook yang setiap hari rajin membuat status, dan mengupload foto foto yang dapat menaikkna prestise mereka di mata teman temnnya. Yang lebih di sayangkan lagi, facebook saat ini sudah menjadi realita yang sebenarnya dari masyarakat itu sendiri. Facebook, dan jejaring sosial lainnya telah menjadi standariasi dari sebuah kultur atau budaya modern saat ini. Orang yang tidak memiliki akun facebook atau jejaring sosial lainnya telah di anggap sebagai bukan bagian dari komunitas saat ini, atau lebih tepatnya ketinggalan jaman. Lantas, apakah trend berdoa di jejaring jejaring sosial seperti facebook dan twitter juga merupakan suatu standarisasi dari masyarakat modern.                                                                                                       

Yang saya takutkan adalah, fecebook dan teman temannya saat ini telah menjelma menjadi sebuah “agama” baru atau bahkan menjadi “Tuhan” baru di kalangan masyarakat kita. Sebagai masyarakat yang hidup di tengah tengah negara berkembang, seharusnya sadar dan bijak dalam memanfaatkan segala macam produk tekonologi, bukan mencerna dan menggunakannya secara mentah mentah dan tanpa pertimbangan. Di samping itu, kita juga harus sadar, bahwa produk produk semacam itu, hanyalah fantasi yang setipa hari terus menerus di ciptakan oleh agen angen modernisasi dan globalisasi yang tak lain untuk membuat dan menciptakan suatu tatanan dunia baru, yang di mana individu satu dengan individu lainnya menjadi sama dan seragam. Munculnya produk produk teknologi tersebut telah membuat kita semakin terkungkung, dan terpenjara dalam dunia fantasi sehingga kita kemudian menjadi lebih sulit dan takut untuk menghadapi reaita yang sesungguhnya.

0 komentar:

Posting Komentar