Ketika Tuhan Bermain Facebook
Kehidupan, tidak henti hentinya
untuk berubah. Dari waktu ke waktu kita sebagai manusia terus disuguhi dengan
adanya kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi baki informasi, maupun
komunikasi. Seiring berjalannya waktu, maka tuntutan akan informasi yang cepat
membuat manusia terus berpikir bagaimana membuat segala sesuatunya menjadi
cepat dan mudah. Kondisi modernisasi seperti sekarang ini telah banyak membuat
kondisi kondisi budaya, perilaku, tindakan, dan pemikiran mengalami tranformasi
transformasi yang begitu cepat. Merujuk pada pemikiran baudrilard yang
mengatakan bahwa dalam kondisi postmodern seperti sekarang ini telah
menyebabakan manusia keluar dari dunia yang sebebarnya. Dalam artian, kondisi
di mana manusia tidak lagi dapat membedakan antara kondisi realita yang ada di
sekitar mereka dengan kondisi fantasia tau dunia fantasi yang diciptakan oleh
manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, kondisi demikian oleh baudrilard di sebut
sebagai simulacra. Dengan adanya simulacra, manusia terhegemoni dan tersugesti
untuk mengikuti apa saja yang modernisasi, dan globalisasi sampaikan. Oleh
sebab itu manuia kemudian tidak lagi bertindak dan berpikir secara rasional
atau melalui pertimbangan intelektual, namun mereka bertindak atas dasar emosi
dan keinginan.
Namun,
di sini saya tidak akan membahas lebih mendalam mengenai pemikiran simulacra
baudrilard, akan tetapi saya akan membahas fenomena yang lagi ngetrend saat ini
khusunya si kalangan remaja. remaja, siapa yang tidak mengalami masa masa labil
itu, masa masa yang dianggap sebagai masa yang paling indah, masa masa di mana
kita memiliki control penuh terhadap diri kita. Apakah benar demikian?. Remaja
saat ini tidak lepas dari teknologi yang dari hari ke hari terus menjejali
remaja, bahkan semua orang. Dengan berubahnya fungsinya teknologi dari sekedar
alat untuk meringangkan pekerjaan manusia menjadi suatu alat yang menjadi
standarisasi hidu. Membuat segala sesuatunya mengacu pada teknologi. Sehingga
dapat dikatakan, kita tidak lagi buta akan teknologi namun sudah tergantung
terhadap teknologi. Kita ambil contoh misal, setiap hari pasti kita akan terus
menerus berhubungan dengan dunia maya, lewat sosial media yang ada seperti
facebook, twitter, dsb. Yang lebih parahnya lagi kita menganggap bahwa dunia
kita saat ini adalah dunia yang teknologi ciptakan tersebut. akibatnya,
intensitas dari penggunaan sosial media tersebut semakin lama semakin tinggi
dan menunjukkan gejala gejala yang tidak wajar, bahkan menyimpang. Suatu hari,
ketika saya sedang bermain facebook saya sedang melihat fenomena yang menurut
saya sangat aneh dan janggal. Tidak sedikit dari teman teman facebook saya yang
suka berdoa di faceboook. Memang, sekilas tindakan tersebut sangatlah wajar,
apalagi kita sebagai manusia yang percaya terhadap eksistensi Tuhan dan
menganggap Tuhan sebagai penguasa dari alam semesta ini.
Namun,
di sisi lain, hal hal semacam itu, kemudian timbul pertanyaan di benak saya,
apakah saat ini kita tidak membutuhkan lagi adanya masjid, kita tidak
membutuhkan lagi adanya tempat ibadah. Padahal, berdoa merupakan kegiatan yang
sangat intern sekali bagi seorang indovidu, dan tak jarang, ketika manusia
ingin berdoa, mereka harus mencari tempat tempat yang sunyi untuk menyendiri dari
segala hiruk pikuk aktivitas. Sedangkan, jika kita melihat fungsi dari facebook
itu sendiri adalah sarana media komunikasi yang berfungsi untuk mendekatkan
yang jauh, dan mejauhkan yang dekat. Selain itu, facebook dan media media
jejaring sosial lainnya berfungsi sebagai sarana eksistensi diri seseorang.
Maka tak jarang kita menemui seseorang, atau teman facebook yang setiap hari
rajin membuat status, dan mengupload foto foto yang dapat menaikkna prestise
mereka di mata teman temnnya. Yang lebih di sayangkan lagi, facebook saat ini
sudah menjadi realita yang sebenarnya dari masyarakat itu sendiri. Facebook,
dan jejaring sosial lainnya telah menjadi standariasi dari sebuah kultur atau
budaya modern saat ini. Orang yang tidak memiliki akun facebook atau jejaring
sosial lainnya telah di anggap sebagai bukan bagian dari komunitas saat ini,
atau lebih tepatnya ketinggalan jaman. Lantas, apakah trend berdoa di jejaring
jejaring sosial seperti facebook dan twitter juga merupakan suatu standarisasi
dari masyarakat modern.
Yang
saya takutkan adalah, fecebook dan teman temannya saat ini telah menjelma
menjadi sebuah “agama” baru atau bahkan menjadi “Tuhan” baru di kalangan
masyarakat kita. Sebagai masyarakat yang hidup di tengah tengah negara
berkembang, seharusnya sadar dan bijak dalam memanfaatkan segala macam produk
tekonologi, bukan mencerna dan menggunakannya secara mentah mentah dan tanpa
pertimbangan. Di samping itu, kita juga harus sadar, bahwa produk produk
semacam itu, hanyalah fantasi yang setipa hari terus menerus di ciptakan oleh
agen angen modernisasi dan globalisasi yang tak lain untuk membuat dan
menciptakan suatu tatanan dunia baru, yang di mana individu satu dengan
individu lainnya menjadi sama dan seragam. Munculnya produk produk teknologi tersebut
telah membuat kita semakin terkungkung, dan terpenjara dalam dunia fantasi
sehingga kita kemudian menjadi lebih sulit dan takut untuk menghadapi reaita
yang sesungguhnya.
0 komentar:
Posting Komentar