Blogger templates

Pages

Labels

Sabtu, 12 April 2014

Jean Francois Lyotard (1924 – 1998)



          
            Jean francois lyotard merupakan tokoh filosof poststrukturalis yang kemudian lebih kita kenal sebagai seorang pelopor filsafat postmodernisme yang terkenal. Jean francois lyotard terkenal dengan gagasanya mengenai penolakan narasi besar (grand narasi atau metanarasi), yaitu suatu cerita besar yang memiliki legitimasi untuk menyatukan, universal dan total. Penolakan narasi besar dartikan sebagai penolakan terhadap universalitas, penyatuan dan totalitas.Oleh karena itu, pandangannya ini kemudian menjadi ciri khas yang membedakan antara filsafat postmodernisme dengan filsafat modernisme. 

 Jean francois lyotard dalam pemikirannya dipengaruhi oleh beberapa tokoh terkenal seperti karl marx, Nietzsche, Immanuel kant dan segmund freud. Pengaruh karl marx tersebut sangat tampk pada penolakan terhadap kesadaran universal, sedangkan pengaruh Nietzsche berada dalam hal bahwa tidak ada perspektif yang dominan dalam ilmu pengetahuan. Sementara itu yang diambil dari Immanuel Kant adalah konsep Kant yang membedakan antara domain teoritis (ilmiah), praktis (etis), dan estetis dimana masing-masing memiliki otonomi, aturan dan kriteria sendiri.Pengaruh Sigmund Freud berada dibalik pemahaman Lyotard tentang politik hasrat.
Biografi
            Jean francois lyotard lahir pada tahun 1924 di versailes kota kecil di sebelah selatan kota paris. Lyotard lahir dari pasangan jean pierre lyotard dan Madeleine. Awal karir lyotard bermula ketika ia mulai belajar filsafat di Sorbonne setelah perang dunia ke II dan mendapat gelar agra’gation de philosophie pada tahun 1950an. Kemudian pada tahun 1950 – 1952 ia mengajar di sekolah menegah di kota konstantine, aljazair timur. Karirnya kemudian dilanjutkan dengan menjadi seorang professor filsafat di universitas paris VII. Jabatan tersebut ia pegang sampai usia pensiunnya di tahun 1989. Sebelum memasuki usia pension, tepatnya pada tahun 1956 – 1966, lyotard juga berprofesi sebagai anggota dewan redaksi jurnal sosialis Sosialisme an Berbarie (Sosialisme dan keadaan barbar).                                                              

Di samping itu ia juga menjadi seorang anggota dewan redaksi surat kabar sosialis Pouvoir Ouvier. Saat itu, lyotard sangat menentang keras adanya kebijakan pemerintah terkait dengan perang di aljazair, dan ikut dalam gerakan yang terjadi di perancis pada tahun 1968. Tahun 1950 – 1960 menjadi era di mana ia di kenal sebagai seorang aktivis yang beraliran marxis yang terkemuka. Tahun 1954 lyotard menerbitkan buku pertamanya “La seorang marxis, akan tetapi kelompoknya selalu kritis dan menolak interpretasi dogmatis teehadap pemikiran marx seperti yang dilakukan oleh stalinisme, trotkyisme, dan maoisme. 1971 ia berhasil memperoleh gelar doctor sastra dengan disertasi yang berjudul discours, figure (diskursus, figure) yang membahas tentang problem bahasa dengan fenomenologi.
Karya karya Jean Francois Lyotard
Beberapa karya yang telah dihasilkan oleh lyotard antara lain yaitu:
1.      La phenomenology (1954)
2.      Discours, figure ( 1971)
3.      De’rive a’ partire de Marx et Freud (1973)
4.      Libidinal Economy (1973)
5.      La condition postmodernisme, rapport sur le savior / the postmodern condition : A Report on Knowledge (1979). Dalam bukunya tersebut lyotard menulis secara lengkap mengenai postmodernisme sebagai fenomena budaya yang lebih luas. Ia memandang postmodernisme muncul sebelum dan setelah postmodernisme dan merupakan sisi yang berlawanan dari modernism. Beberapa diantaranya adalah gerakan perpindahan dari fondasionalisme menuju anti fondasionalisme, dari teori besar (grand theory) menuju teori yang spesifik, dari sessuatu yang universal menuju ke sesuatu yang bersifat lokal, dari kebenaran yang tunggal menuju ke kebenaran yang beragam. Semua gerakan tersebut mencerminkan tantangan postmodernist kepada modernist. Sikap kritis yang berumber pada filsuf seperti Nietzsche, rosseau, Schopenhauer yang menanggapi modernism dengan penuh kecurigaan. Sikap sikap kritis tersebut nantiya akan berkembang menjadi satu mainstream yang dekenal dengan postmodernisme.
6.      the different : phrase in dispute (1986). Dalam buku ini, lyotard memberikan landasan filosofis tentang keadilan pada sensivitas kita pada perbedaan. Lyotard menngungkapkan tentang “rezimentase” yang salah satunya dilakukan lewat diskursus.
7.      The inhuman : reflection on time (1988). Menyatakan bahwa umat manusia berada dalam cengkraman kebutuhan untuk meninggalkan system matahari dalam jangka waktu 4 miliar tahun.
8.      The postmodern explained to children : correspondence (1982 – 1985 ). Dalam buku ini, ia membahas pemikiran post postmodern dalam bidang estetika dan kaitan dengan seni awant – garde. Dala buku ini lyotard memulai pembahasan dengan menunjukkan keruntuhan bentuk bentuk sosail yang serng di asosiasikan dengan modernitas.
Pemikiran pemikirannya

1.     Runtuhnya narasi besar (grand narasi)
            Meskipun pada tahun 1950 dan 1960 ia adalah aktivis politik dengan pandangan-pandangan Marxis namun, pada tahun 1980an Lyotard menjadi seorang filosof postmodernisme non-Marxis. Oleh karena itu, postmodernisme menjadi sebuah keterlepasan mendasar dari pemikiran totaliter yang diwakili oleh Marxisme. Sebelum terbitnya buku The Differend : Phrases in Dispute, Lyotard sudah menunjukkan arah perubahan filosofis ini.Pada tahun 1954 terbit buku pertama Lyotard yang berjudul La Phenomenologie yang merupakan buku pengantar dalam memahami fenomenologi Husserl. Meskipun ia pengikut kelompok Marxis akan tetapi ia selalu kritis dan menolak interpretasi dogmatis terhadap pemikiran Marx seperti yang dilakukan Stalinisme, Trotskyisme, dan Maoisme.                                               

 Dua belas tahun kemudian setelah terbit buku pertamanya tersebut yakni tahun 1966, ia resmi menyatakan keluar dari Marxis karena merasa kecewa dengan kegagalan gerakan Marxis untuk membangun masyarakat sosialis yang adil sebagaimana digembar-gemborkan selama ini. Sebaliknya, Marxisme berusaha menciptakan masyarakat yang homogen yang hanya dapat diwujudkan dengan cara kekerasan dan pelanggaran hak-hak azasi manusia. Lyotard sangat tidak setuju dengan keseragaman atau upaya menyeragamkan apalagi upaya tersebut dicapai dengan jalan kekerasan. Baginya, salah satu karakteristik masyarakat postmodern adalah individualis dan kebebasan untuk berbeda dengan yang lain.                                
Istilah postmodern tersebut merupakan kritik terhadap filsafat modernyang ia perkenalkan pertama kali di dalam bukunya yang terkenal “La Condition Postmoderne, Rapport sur le Savoir” terbit tahun 1979. Di buku tersebut, ia mengatakan bahwa telah terjadi perkembangan dan perubahan yang luar biasa pada pengetahuan, sains dan pendidikan pada masyarakat informasi. Perkembangan dan perubahan tersebut telah menggiring masyarakat tersebut pada suatu kondisi yang dia sebut sebagai postmodern.                                                                                                    

Selama empat puluh tahun terakhir ilmu dan teknologi yang terdepan menjadi semakin terkait erat dengan bahasa, teori-teori linguistik, masalah komunikasi dan sibernetik, komputer dan bahasanya, persoalan penerjemahan, penyimpanan informasi, dan bank data.Transformasi teknologi berpengaruh besar pada pengetahuan. Miniaturisasi dan komersialisasi mesin telah merubah cara memperoleh, klasifikasi, penciptaan, dan ekspoitasi pengetahuan. Lyotard percaya bahwa sifat pengetahuan tidak mungkin tidak berubah di tengah konteks transformasi besar ini. Status pengetahuan akan berubah ketika masyarakat mulai memasuki apa yang disebut zaman postmodern.                                                                                        

Pada tahap selanjutnya, pengetahuan tidak lagi menjadi tujuan dalam dirinya sendiri namun pengetahuan hanya ada dan hanya akan diciptakan untuk dijual. Dalam buku tersebut, pemikiran Lyotard umumnya berkisar tentang posisi pengetahuan di abad teknologi informasi ini, khususnya tentang cara ilmu dilegitimasikan melalui, yang disebutnya, “narasi besar” (grand narrative), seperti kebebasan, kemajuan, emansipasi kaum proletar dan sebagainya. Menurut Lyotard, narasi-narasi besar ini telah mengalami nasib yang sama dengan narasi-narasi besar sebelumnya seperti religi, negara-kebangsaan, kepercayaan tentang keunggulan Barat dan sebagainya, yaitu mereka pun kini menjadi sulit untuk dipercaya. Dengan kata lain, dalam abad ilmiah ini narasi-narasi besar menjadi tidak mungkin, khususnya narasi tentang peranan dan kesahihan ilmu itu sendiri.                                                                         
 Dalam kerangka ini pula, aspek mendasar yang dikemukakan oleh Lyotard pada dasarnya merupakan upaya tentang kemustahilannnya membangun sebuah wacana universal nalar sebagaimana diyakini oleh kaum modernis.Bagi Lyotard dengan postmodernismenya menganggap bahwa untuk mengaktifkan ilmu pengetahuan adalah dengan menghidupkan perbedaan-perbedaan, keputusan-keputusan, dan keterbukaan pada tafsiran-tafsiran baru.Ia tidak percaya bahwa ilmu pengetahuan dapat diwadahi oleh suatu badan pemersatu yang berupa sistem stabil. Sebab menurutnya, ilmu pengetahuan itu tumbuh sebagai sistem yang organik, dalam arti tidak homogen apalagi tertutup pada eksperimentasi dan permainan berbagai kemungkinan wacana. Dari perspektif Lyotard ini, secara jelas kita dapat memahami bahwa postmodernisme adalah usaha penolakan dan bentuk ketidakpercayaan terhadap segala “Narasi Besar” filsafatmodern; penolakan filsafat metafisis, filsafat sejarah dan segala bentuk pemikiran yang mentotalisasi seperti Liberalisme, Marxisme, atau apapun.
             
Dengan demikian, Postmodernisme, di samping menolak pemikiran yang totaliter, juga menunjukkan dan menganjurkan kepekaan kita terhadap perbedaan dan memperkuat toleransi terhadap kenyataan yang tak terukur.Postmodernisme dengan demikian lahir untuk menolak anggapan-anggapan modernisme yang membawa keyakinan bahwa filsafat melalui rasio sebagai sarananya mampu merumuskan hal-hal yang dapat berlaku secara universal. Postmodernisme menolak cara pandang tunggal atau paradigma tunggal dan sebaliknya menyatakan bahwa terdapat banyak paradigma atau perspektif dalam melihat realitas dunia. Pandangan ilmu yang obyektif universal harus digantikan oleh hermeneutika tentang realitas.
             
Memudarnya kepercayaaan kepada narasi besar disebabkan oleh proses delegitimasi atau krisis legitimasi, dimana fungsi legitimasi narasi-narasi besar mendapatkan tantangan-tantangan berat. Sebagai contoh, delegitimasi adalah apa yang dialami ilmu sejak akhir abad ke-19 sebagai akibat perkembangan teknologi dan ekspansi kapitalisme. Dalam masyarakat pasca industri, ilmu mengalami delegitimasi karena terbukti tidak bisa mempertahankan dirinya terhadap legitimasi yang diajukannya sendiri.Legitimasi ilmu pada narasi spekulasi yang mengatakan bahwa pengetahuan harus dihasilkan demi pengetahuan di masa capitalist technoscience tidak bisa lagi dipenuhi. Pengetahuan tidak lagi dihasilkan demi pengetahuan melainkan demi profit dimana kriteria yang berlaku bukan lagi benar-salah, melainkan kriteria performatif yaitu, menghasilkan semaksimal mungkin dengan biaya sekecil mungkin.
2.     Language games (permainan bahasa)
            Postmodernisme, diartikan  Lyotard sebagai ketidakpercayaan terhadap metanarasi (metanarrative) atau narasi besar (grand narrative). Selama ini (dalam abad modern) ilmu pengetahuan ilmiah atau sains, sebagai salah satu wacana (discourse), mengklaim dirinya sebagai satu-satunya jenis pengetahuan yang valid. Namun sains (ilmu pengetahuan ) tak dapat melegitimasi klaim tersebut oleh karena ternyata aturan main sains bersifat inheren serta ditentukan oleh konsensus para ahli (ilmuwan) dalam lingkungan sains itu sendiri. Sains kemudian melegitimasi dirinya dengan merujuk pada suatu meta-wacana (meta-discourse); secara konkrit sains melegitimasi dirinya dengan bantuan beberapa narasi besar seperti dialektika Roh, heurmenetika makna, emansipasi subjek yang rasional, dan penciptaan kesejahteraan umat manusia.                                                                                                                                 

Di era postmodern modus legitimasi semacam itu sudah tidak dapat dipertahankan lagi. Bagi Lyotard, sains terbukti hanyalah salah satu permainan bahasa (language game) di antara banyak permainan hanyalah satu jenis pengetahuan di antara aneka jenis pengetahuan lainnya. Oleh karena itu modus legitimasi pengetahuan dengan narasi besar di bawah satu ide untuk menciptakan satu kebenaran tunggal (totalisasi sistem pemikiran atau homology) harus diganti dengan paralogy, yaitu pengakuan akan aneka macam narasi kecil (little narrative) dan sistem pemikiran plural. Paralogi lebih memungkinkan untuk menganalisa kondisi masyarakat postmodern yang telah kehilangan narasi besarnya seperti rasionalisme, empirisme, materialisme, Idealisme, kapitalisme, sosialisme dan sebagainya. Realitas tidak bisa disatukan di dalam sebuah kerangka besar, karena setiap unsur yang ada bekerja dengan logikanya sendiri, dan setiap unsur bermain satu sama lain dengan bahasa masing-masing. Inilah permainan bahasa, dengan demikian logika kondisi postmodern adalah pluralisme.                                                                                     

Menurut Lyotard pada era informasi di mana kerumitan dianggap semakin meningkat semakin jauhlah kemungkinan adanya penjelasan tunggal atau ganda tentang pengetahuan atau ilmu. Seperti yang dikemukakan oleh Lyotard: “Ilmu pengetahuan tidak memiliki metabahasa umum di mana semua keberagaman bahasa lain dapat diterjemahkan dan dievaluasi. Sebuah permainan bahasa menunjukkan bahwa tidak ada konsep atau teori yang dapat menangkap bahasa dalam totalitasnya secara memadai jika upaya untuk melakukannya merupakan suatu permainan bahasa itu sendiri.Oleh sebab itu, di sini, permainan bahasa juga tidak bisa dipercaya karena mereka adalah bagian dari permainan bahasa yang juga anggota keberagaman permainan bahasa. Lyotard menulis tentang diskursus spekulatif sebagai suatu permainan bahasa permainan dengan aturan-aturan tertentu yang biasa dianalisis dengan melihat keterkaitan pernyataan satu sama lain.                                                       

Ada tiga karakteristik dalam setiap permainan bahasa.Pertama, setiap aturan dalam permainan itu tidak mendapatkan legitimasi dari dirinya sendiri melainkan merupakan hasil kontrak di antara pemainnya (eksplisit maupun tidak). Kedua, jika tidak ada aturan maka tidak ada permainan; suatu modifikasi kecil sekali pun terhadap sebuah peraturan akan mengubah permainan itu. Ketiga, setiap pernyataan harus dianggap sebagai suatu “move” dalam permainan. Karakteristik ketiga ini dipakai Lyotard sebagai prinsip pertama yang mendasari keseluruhan metodenya: mengeluarkan suatu pernyataan (move) adalah bertarung – dalam konteks suatu permainan – dan tindakan mengeluarkan pernyataan semacam itu berada dalam domain “general agonistic” (pertarungan pernyataan/argumentasi). Prinsip “pertarungan pernyataan” ini membawa Lyotard pada prinsip kedua, yakni bahwa ikatan sosial dari “move-move” bahasa (language “moves”).
menurut Lyotard, ada tiga jenis permainan bahasa yang lazim dimainkan, yaitu:
1.      The denotative game
Fokus permainan bahasa ini adalah pada apa yang benar atau salah. Ini adalah suatu permainan ilmiah yang sederhana, dimana fakta-fakta sajalah yang diperhitungkan.Perhatikan bahwa makna denotatif adalah sederhana dan dengan satu makna, sedangkan arti konotatif rumit, mendalam dan individual.
2.      The prescriptive game
Fokus permainan bahasa ini adalah pada baik dan buruk, adil dan tidak adil.Ini berarti penggunaan nilai-nilai, yang lebih sosial daripada fakta-fakta denotatif.
3.      The technical game
Mana fokusnya adalah pada apa yang efisien atau tidak efisien. Ini lebih faktual, meskipun nilai dapat dimasukkan.Permainan bahasa ilmu adalah permainan bahasa denotatif.Aturan main permainan bahasa denotatif adalah sebuah pernyataan harus disertai bukti dari pihak yang mengajukan pernyataan untuk meyakinkan pihak kedua sebagai pihak yang wajib memberikan persetujuan atau penolakan berdasarkan bukti yang diajukan oleh pihak pertama.Ilmu adalah permainan bahasa yang didalamnya terkandung aturan-aturan normatif (misalnya, pembuat proposisi tidak boleh membuat proposisi tanpa menyediakan bukti yang memperkuat proposisinya, pihak kedua tidak bisa memberikan bukti melainkan persetujuan atau penolakannya). Ilmu dihadapkan pada kenyataan bahwa ia tidak bisa memberlakukan aturan mainnya secara universal hingga berhak menilai mana pengetahuan absah dan mana yang tidak. Lyotard yakin bahwa kita memasuki fase dimana logika tunggal yang diyakini kaum modernis sudah mati digantikan oleh pluralitas logika atau paralogi.














Kesimpulan
            Dari beberapa pemikiran jean francois lyotard di atas, dapat kita ketahui secara mendasar bahwa lyotard merupakan seorang tokoh filsuf yang menggagas pemikiran baru yang di kenal dengan istilah postmodernisme. Dari pemikiran lyotard di atas dapat kita ketahui bahwa cirri utama pemikiran postmodern adalah menolak adanya sesuatu yang bersifat tunggal. Artinya postmodernisme mencoba untuk menjauhkan pemikiran kita dari kebenaran yang hanya bersumber dari satu sumber saja dengan kata lain postmodernisme mencoba menghadirkan relaitas yang majemuk dan memberikan banyak alternative. Lyotard juga di kenal sebagai tokoh filsuf yang menolak gerakan marxisme, lyotard berpendapat bahwa ia sangat tidak setuju dengan keseragaman atau upaya menyeragamkan apalagi upaya tersebut dicapai dengan jalan kekerasan. Baginya, salah satu karakteristik masyarakat postmodern adalah individualis dan kebebasan untuk berbeda dengan yang lain.                                                 

Di samping itu, perlu juga di garis bawahi bahwa munculnya postmodernisme di tandai dengan adanya penolakan terhadap narasi besar atau metanarasi yang mencoba menggeneralisasikan teori di tempat dan waktu yang berbeda.Padahal menurut lyotard, teori hanya berlaku untuk keadaan atau waktu tertentu saja.Lyotard juga menolak tentang adanya kebenaran objektif yang universal, yaitu suatu kebenaran yang diyakini oleh masyarakat luas sebagai kebenaran mutlak.Sebab Lyotard menganggap sains sebagai suatu permainan bahasa, yang menghasilkan suatu kebenaran tunggal.Lyotard meyakini bahwa suatu kebenaran di era postmodern ini sesungguhnya adalah bersifat pluralism.Selain itu, berfikir bahwa semua kebenaran itu hanyalah suatu permainan bahasa.



Daftar Pustaka
1.                  Ritzer, George. 2010. Teori Sosiologi Postmodern. Yogyakarta : Kreasi Wacana.
2.      Ritzer, George. 2010. Teori Sosiologi. Yogyakarta : Kreasi Wacana.
3.                  http://id.wikipedia.org/wiki/Jean-Fran%C3%A7ois_Lyotard (diakses pada tanggal  4 september 2013 pukul 09:00WIB)
4.                  http://sosok.kompasiana.com/2013/02/02/jean-francois-lyotard-530713.html (diakses pada tanggal  4 september 2013 pukul 09:00WIB)
5.                  http://kampusbebeck.blogspot.com/2010/05/bebeck-berkenalan-dengan-jean-francois.html (diakses pada tanggal  4 september 2013 pukul 09:00WIB)
6.      http:/en.wikipedia.org/wiki/postmodernism

0 komentar:

Posting Komentar