Jumlah
penduduk pada suatu Negara atau wilayah selalu mengalami perubahan atau
dinamika penduduk yang disebabkan oleh faktor kelahiran ‘fertilitas’,
kematian’mortalitas’,
dan perpindahan penduduk ‘migrasi’ yang mempengaruhi komposisi perubahan
penduduknya mengalami prubahan-perubahan sepanjang masa. Perubahan keadaan
penduduk tersebut dinamakan dinamika penduduk.
Dinamika penduduk ini merupakan
keseimbangan yang dinamis antara menambah atau mengurangi jumlah penduduk
secara terus menerus yang akan di pengaruhi faktor dinamika penduduk. Dinamika
perubahan penduduk fertilitas cenderung kepada pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk
ialah perkembangan jumlah penduduk suatu daerah atau negara akan tetapi secara
bersamaan pula akan di kurangi oleh jumah kematian yang terjadi pada golongan
umur tertentu dan migrasi ‘imigran’ (pendatang) akan menambah ‘emigran’(pindah)
akan mengurangi jumlah penduduk.
Pertumbuhan
penduduk ialah perkembangan jumlah penduduk suatu daerah atau negara. Jumlah
penduduk suatu negara dapat diketahui melalui sensus, registrasi dan survei
penduduk. Jumlah penduduk Indonesia sejak sensus pertama sampai dengan sensus
terakhir jumlahnya terus bertambah. Sensus pertama dilaksanakan pada tahun 1930
oleh pemerintah Hindia Belanda. Sedangkan sensus yang pernah dilakukan oleh
pemerintah Indonesia adalah pada tahun 1961, 1971, 1980, 1990,2000 dan yang
terakhir 2010. Sensus di Indonesia dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik
(BPS) dan waktu pelaksanaan sensus di Indonesia diadakan sepuluh tahun sekali.
Perkembangan Jumlah Penduduk sangat erat kaitannya dengan Perkembangan Penduduk
Indonesia.
Jumlah
penduduk suatu wilayah dapat diketahui secara resmi dari publikasi hasil sensus
penduduk.Jumlah penduduk pada suatu negara selalu mengalami perubahan yang
disebabkan oleh faktor kelahiran, kematian dan migrasi atau perpindahan
penduduk. Perubahan keadaan penduduk tersebut dinamakan dinamika penduduk.
Berbicara masalah dinamika kependudukan, setiap negara pasti menjumpai masalah
serupa, baik negara maju maupun negara berkembang pasti memiliki masalah
masalah yang berhubungan dengan dinamika kependudukan. Sebelum membahas lebih
jauh mengenai dinamika kependudukan, terlebih dahulu kita jelaskan pengertian
da ruang lingkup dari fertilitas, mortalitas, dan migrasi.
Fertilitas ( kelahiran)
Fertilitas atau lebih kita dengar
dengan kelahiran, memiliki definisi sebagai sebuah hasil reproduksi yang nyata
dari seseorang/ wanita atau sekelompok wanita, fertilitas juga dapat diartikan
sebagai kemampuan rill seorang wanita untuk melahirkan, yang dicerminkan dalam
jumlah bayi yang dilahirkan. Fertilitas sangat berpengaruh pada komposisi
penduduk, baik itu menyebabkan pertumbuhan maupun pertambahan penduduk. Tingkat
fertilitas pada setiap negara cenderung berbeda, hal tersebut terjadi karena
adanya beberapa faktor. Faktor faktor tersebut yaitu:
Faktor tidak langsung:
·
Pandangan dan sikap terhadap arti anak, banyaknya
anak, jenis kelamin dan urutannya. Seperti yang kita ketahui, bahwa masih banyak
sekali masyarakat Indonesia yang sangat memegang teguh nilai nilai yang
sebenarnya tidak relevan lagi untuk diterapkan. Salah satunya, yaitu banyak
anak banyak rejeki. Sekilas jika melihat fakta yang ada bahwa jika sebuah
keluarga memiliki anak yang banyak maka yang terlihat pada keluarga tersebut
adalah banyaknya tanggungan yang ada pada keluarga tersebut. Selain membiayai
dan menghidupi diri mereka sendiri, seorang ayah dan ibu juga harus dapat
menghidupi beberapa anak yang ada dalam keluarga mereka. Tentunya jika hal
tersebut masih dipercaya maka tidak heran pertambahan penduduk di Indonesia
cenderung naik dari tahun ke tahun, dan angkanya semakin lama semakin besar. Di
samping itu, gagalnya pelaksanaaan program Keluarga Berencana (KB) juga memberi
andil besar dalam meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia. wilayah yang
berupa kepulauan membuat program program pembatasan penduduk seperti KB, sulit
untuk diterapkan dan dilaksanakan, apalagi masyarakat Indonesia juga masih ada
yang berbentuk suku suku tradisonal yang acuh terhadap program pemerintah.
Namun, berbeda dengan negara negara berkembang seperti Indonesia, di negara negara berkembang seperti Amerika
dan Inggris, pertambahan penduduk cenderung rendah, sedangkan pertumbuhan
penduduk sangat tinggi, oleh karena itu tak heran jika negara negara tersebut
cepat sekali maju dibandingkan negara seperti Indonesia.
·
Pandangan terhadap pengendalian jumlah anak yang
dilahirkan. Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa pola pikir dan budaya
sangat berpengaruh pada tingkat fertilitas pada suatu wilayah atau negara
·
Kedudukan dan keterikatan terhadap nilai sosial budaya
tentang arti kelahiran. Banyak orang yang menganggap bahwa anak merupakan
anugerah dari Tuhan, anggapan tersebut memang benr, akan tetapi, masyarakat
salah mengartikan anugerah Tuhan tersebut dengan memproduksi banyak anak. Maka
dari itu, masyarakat yang penduduknya banyak cenderung berasal dari masyarakat/
negara berkembang di bandingkan dengan negara maju.
·
Tingkat kebutuhan ekonomis adanya anak dan manfaat
adanya anak. Dengan adanya pertambahan jumlah anak pada suatu keluarga, berarti
juga akan menambah biaya hidup yang harus ditanggung oleh keluarga tersebut.
Oleh karena itu, pada saat sekarang banyak keluarga ang membatasi adanya jumlah
anak, karena dianggap merepotkan. Oleh karena itu, pertambahan penduduk pada
ahkir akhir ini tidak setinggi tahun tahun sebelumnya.
·
Kemampuan pfisik dan biologis untuk dapat melahirkan
anak. Masyarakat Industri yang sibuk dengan karirnya memiliki kecenderungan
untuk memiliki sedikit anak dibandingkan dengan masyarakat agraris seperti
Indonesia.
·
Tingkat pengertian dan penghayatan arti gizi dan
kesehatan di pihak ibu dan anak yang diinginkan. Keluarga sekarang banyak yang
megninginkan anaknya tumbuh dengan sempurna. Oleh karena itu mereka membatas
jumlah anak pada keluarga mereka.
·
Tingkat kemajuan teknologi dalam hubungan dengan
kualitas dan kuantitas anak. Masyarakat maju atau industri cenderung sibuk
dengan uruan pribadi/ karir mereka daripada mengurusi anak, oleh karena itu,
tingkat kelahiran di negara maju cenderung rendah.
·
Tingkat
tersedianya potensi dan sumber alam sebagai pertimbangan kebutuhan anak. Negara
berkembang yang memiliki sumber daya alam yang melimpah mendorong masyarakatnya
untuk meningkatkan kuantitas keluarga mereka dengan menambah jumlah anak,
sedangkan pada negara negara maju yang minim sumber daya alam, mereka lebih
berorientasi pada kualitas dari individu itu sendiri.
·
Tingkat jumlah kebutuhan akan jumlah suatu bangsa
dalam hubungannya dengan keamana negara. Semakin besar negara itu, juga kan
semakin besar angkatan bersenjata yang dibutuhkan. Untuk itu, negara negara
besar seperti amerika dan cina sangat gencar meningkatkan angka fertilitas.
Faktor langsung:
·
Usia produksi. Mayoritas para pasangan pasangan yang
menikh muda memiliki kecenderungan memiliki anak yang banyak, dibandingkan
dengan mereka mereka yang menikah pada usia 30 an.
·
Hubungan kelamin. Seorang wanita yang sering melakukan
kontak / hubungan badan cenderung berpotensi melahirkan daripada mereka yang
belum pernah melakukan hubungan badan.
·
Terjadinya ovulasi. Yaitu berkaitan dengan dibuahinya
sel telur oleh sperma. Keberhasilan dari proses tersebut tergantung dari
kualitas dari masing masing pembawa sel telur dan sperma tersebut. Selain itu,
pola hidup seseorang tersebut juga akan berpengaruh pada kualitas sel sperma
maupun sel telur, sehingga tidak heran jika kadang kadang kita menemukan kasus
mandul pada seorang laki laki atau perempuan.
·
Kemantapan fisik si ibu dalam kehamilan.
·
Ketenangan psikis.
·
Fekunditas, yaitu kemampuan secara potensial seorang
wanita untuk melahirkan anak.
Mortalitas
Mortalitas atau kematian dapat
diartikan sebagai keadaan lenyapnya secara permanen semua tanda tanda kehidupan
sesudah kelahiran hidup yang dialami oleh mahkluk hidup, baik manusia, hewan,
ataupun tumbuhan. Berikut adalah faktor faktor yang berpengaruh pada kematian.
Faktor langsung:
·
Umur, berkaitan dengan lamanya hidup manusia di dunia
ini. Panjang atau tidaknya umur seseorang dapat disebabkan adanya beberapa
sebab seperti pola hidup, kondisi jiwa dll.
·
Jenis kelamin. Adanya perbedaan dalam rata rata harapan
hidup. Mayoritas yang memiliki angka harapan hidup paling tinggi adalah
perempuan. Karena dalam kehidupan berkeluarga, laki laki lah yang memiliki
tugas lebih berat daripada perempuan oleh karena itu kondisi psikis prempuan
lebih stabil dibandingkan dengan laki laki.
·
Penyakit. Pada negara negara berkembang umumnya angka
wabah penyakit masih tinggi dibandingkan dengan negara negara yang sudah maju.
Sehingga angka kematian akibat di negara berkembang umunya masih tinggi
walaupun jumlah pertambahan penduduk tinggi.
Faktor tidak langsung:
·
Tekanan. Kondisi masyarakat pada daerah atau negara
maju lebih cenderung memiliki psikis yang tidak stabil, di bandingkan negara
berkembang. Oleh karena itu di negara maju sering terjadi bunuh diri. Angka
bunuh diripun dari tahun ke tahun bertambah.
·
Kedudukan dalam perkawinan (duda/ janda). Kondisi
seseorang yang mengalami perceraian, lebih mudah untu depresi dan sangat
memungkinkan untuk melakukantindakan tindakan negative seperti bunuh diri atau
bakar diri. Fenomena fenomena seperti ini dapat dijumpai pada masyarakat di
negara maju maupun negara berkembang.
·
Kedudukan sosial ekonomi. Kondisi seseorang yang tidak
dapat beradaptasi dengan kondisi di sekitarnya membuat seseorang merasa
terasing dari lingkungannya selain tiu, tidak mampunya seseorang untuk
mencukupi kebutuhan ekonominya, membuat individu tersebut putus asa dan
berujung pada tindakan bunuh diri.
·
Tingkat pendidikan. Seseorang yang berpendidikan
rendah cenderung lebih sering melakukan tindakan tindakan yang berbau criminal,
tak jarang mereka juga bertindak seperti layaknya orang depresi karena tidak
mendapatkan pekerjaan,
·
Jabatan/ status pekerjaan. Jabatan tinggi yang
dimiliki oleh individu belum tentu dapat membuat mereka senang, melainkan malah
menjadi beban yang merugikan individu tersebut.
·
Beban anak yang dilahirkan.
·
Tempat tinggal dan lingkungan. Masyarakat yang hidup
pada lingkungan kumuh atau tercemar lebih mudah terjangkit penyakit yang
berujung pada kematian daripada mereka yang hidup pada lingkungan yang aman dan
sehat, serta bebas dari wabah penyakit.
·
Kemampuan mencegah penyakit. Hal tersebut sangat erat
kaitannya denga sistem imun yang dimiliki oleh seseorang, ketika kondisi
seseorang sedag tidak baik, maka segala jenis penyakit sangat mudah bersarang
di tubuhnya yang menyebabkan kondisi seseorang menjadi semakin melemah dan
mati.
·
Politik dan bencana alam. Negara yang sering terjadi
konflik dan bencana alam lebih sering terjadi jatuhnya korban.
Migrasi
Migrasi
merupakan bagian dari mobilitas penduduk. Mobilitas penduduk sendiri dapat didefinisikan sebagai perpindahan penduduk dari suatu
daerah ke daerah lain. Mobilitas penduduk ada yang bersifat nonpermanen
(sementara) misalnya turisme baik nasional maupun internasional, dan ada pula
mobilitas penduduk permanen (menetap). Mobilitas penduduk permanen disebut
migrasi. Migrasi adalah
perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain dengan melewati batas
negara atau batas administrasi dengan tujuan untuk menetap.
Migrasi dapat terjadi di dalam satu negara maupun antar negara.
Berdasarkan hal tersebut migarasi kemudian di bagi menjadi dua jenis, antara
lain yaitu migarasi internasional dan migarsi nasional atau internal. Migarsi
internasonal yaitu migarsi yang meliputi emigarasi yaitu perpindahan keluar
negara dan imigrasi yaitu perpindahan menuju atau masuk ke negara lain.
sedangakan migrasi nasional yaitu perpindahan yang terjadi antar wilayah di
dalam suatu negara. Migrasi disebabkan oleh beberapa faktor antara lain yaitu:
Faktor pribadi atau keluarga
di daerah asal:
·
Rasa tidak puas, tidak senang,
tidak cocok.
·
Tekana tekanan atau ketidak
tenangan.
·
Keinginan megnubah cara hidup.
·
Cita cita dan harapan masa
depan yang lebih baik.
·
Kesehatan pribadi dan
keluarga.
·
Keinginan mengikuti keluarga
yang pindah atau yang sudah berada di tempat tujuan.
Faktor luar pribadi /keluarga
didaerah asal:
·
Konflik sosial.
·
Berkurangnya sumber usaha dan
sempitnya lapangan usaha
·
Lingkungan alam yang kurang
membantu bahkan dapat membahayakan.
·
Kurangnya kemudahan kemudaha n
yang diperoleh.
Faktor faktor yang terdapat di
daerah tujuan:
·
Harapan atas kehidupan pribadi
yang lebih tenang.
·
Kesempatan berusaha yang lebih
baik atau lebih sesuai
·
Kesempatan peningkatan karier
maupun pendidikan anak.
·
Daya tarik cara hidup di
daerah tujuan.
·
Adanya kemudahan kemudahan
yang diperoleh.
Faktor faktor yang merupakan
kemudahan kemudahan dalam gerak perpindahan.
·
Kelancaran dalam urusan
perpindahan dari daerah asal dan urusan menetap di daerah tujuannya.
·
Kemudahan dalam transportasi
baik alat pengangkutannya maupun biaya angkutnya.
·
Kebijakan kebijakan pemerintah
maupun non pemerintah dalam membantu melancarkan proses perpindahan.
Dari ketiga konsep
tersebut dapat diketahui bahwa saling terjadi korelasi anara satu sama lainnya.
dinamika penduduk tidak dapat dipisahkan dari adanya komposisi penduduk pada
suatu wilayah itu sendiri. Semakin plural komposisi penduduka tersebut, semakin
sering pula terjadi dinamika pendududk. Misalnya saja kita dapat mengambil
contoh negara multikultural Indonesia. negara Indonesia seperti yang kita
ketahui terletak pada posisi silang( cross position) antara dua benua yang
berbeda. Hal tersebut tentunya menyebabkan Indonesia menjadi wilayah transit
dan migrasi antara benua yang berdampingan. Oleh karena itu, masyarakat
Indonesia terdiri dari berbagai macam etnis dan suku bangsa.
Adanya migrasi dan
transmigrasi membuat penduduk asli Indonesia pindah dan bermukim di negara lain
dan terjadi akulturasi. Dinamika penduduk juga dipengaruhi oleh kondisi sosial
budaya suatu negara. Karena negara Indonesia di nilai aman, maka banyak para
imigran yang menetap dan menjadi warga negara Indonesia. akan tetapi, ketika negara Indonesia di landa
konflik, maka banyak WNA yang pergi.
Di samping itu, jika kita melihat
sepintas, bahwa dinamika kependudukan di Indonesia sebenarnya berorientasi di
pulau jawa. Ada beberapa hal yang menjadikan pulau jawa sebagai pilihan untuk
bermukim. Yang pertama, pulau jawa merupakan tanah yang subur dan cocok
digunakan untuk pertanian, oleh karena itu, ketika ada program transmigrasi ke
pulau lain missal Kalimantan, maka banyak yang keberatan, karena di nilai tanah
di kalimnatan tidak sesubur tanah di jawa.
Kedua, pulau jawa mrupakan pusat
dari segala industri, pendidikan dan pemerintahan oleh karena itu banyak kota
kota di pulau jawa berubah menjadi kota metropolis, seperti Jakarta, Surabaya
dll. Akan tetapi hal tersebut telah menyebabkan persebaran penduduk di
Indoensia tidak merata, karena hanya berpusat di pulau jawa, akibatnya di jawa
terjadi pertambahan penduduk yang dratis, sedangkan di wilayah Indonesia lain
terjadi pertambahan penduduk yang rendah. Akibat lain yang ditimbulkan yaitu
kualitas penduduk yang ada di pulau jawa dan wilayah di luar pulau jawa
sangatlah berbeda. Dengan adanya kualitas penduduk yang masih rendah di luar
wilayah pulau jawa menyebabkan juga rendahnya angka pertambahan penduduk,
sehingga persebaran penduduk menjadi tidak rata dan terkendali.
Pengaruh kondisi sosial budaya
terhadap kelahiran (fertilitas) dan kematian (mortalitas).
Masalah masalah kelahiran
dan kematian antara negara satu dengan negara lainya sungguh sangat berbeda,
apa lagi jika kita membicarakan masalah kelahiran dan kematian yang ada di
negara maju dan di negara berkembang. Untuk membedakan masalah masalah
kelahiran dan kematian tersebut, mari kita membandingkan antara kedua negara
yaitu Indoensia dan Amerika Serikat. Negara Indonesia merupakan negara
kepulauan terbesar yang di huni oleh bermacam macam etnis, suku, agama dan
beragam budaya. Pada tahun 2005 penduduk indonesia berjumlah 215, 17 juta jiwa,
dengan kepadatan sebesar 114 jiwa per km². dengan angka tersebut kepadatan
penduduk Indonesia menempati urutan ke 4 dunia dan ke 5 di asia tenggara.
Sedangkan amerika serikat memiliki jumlah penduduk 295 juta jiwa pada tahun
2005. Dengan adanya jumlah tersebut apa yang sebenarnya yang membuat
pertambahan penduduk di kedua negara trsebut semakin berkembang.
Fertilitas
Sebagai negara yang
berkembang, Indonesia dapat dikatakan memiliki pertambahan penduduk yang
meningkat dari tahun ke tahun. Dengan penduduk yang sebesar itu, Indonesia
memiliki komposisi penduduk yang beraniek ragam dari mulai etnis asli bangsa
Indonesia, sampai etnis lain seperti tionghoa, arab dll. Masyarakat indonesia
merupakan masyarakat yang sangat kaya akan nilai nilai adat dan budayanya, maka
tak heran jika banyak masyarakat indonesia yang masih memegang teguh nilai
nilai pendahulu mereka. Namun masalahnya tidak semua yang mereka percayai dapat
diterapkan di era modern ini, hal tersebut terjadi karena adanya kondisi waktu
dan ruang yang berbeda.
Kita dapat mengmbil contoh misalnya masyarakat
indonesia masih mempercayai adanya pandangan bahwa dengan banyak anak maka akan
banyak rejeki. Pandangan tersebut tentunya jika diterapkan pada saa ini jelas
tidak sesuai. Melihat bahwa penduduk Indoensia saat ini yang semakin padat
tentu tidak sesuai dengan nilai tersebut. Selain itu masih banyak factor factor
budaya yang menyebabkan pertambahan penduduk di Indonesia semakin meningkat.
Factor tersebut antara lain yaitu:
·
Kawin/ menikah pada usia muda.
Banyaknya pasangan pasangan muda yang menikah menyebabkan kecenderungan
mempunyai anak lebih tinggi. Sebab dengan menikah muda mereka memiliki
kesempatan untuk bereproduksi lebih banyak, karena juga di tunjang dengan usia
yang masih muda.
·
Anak menjadi harapan orang tua
untuk mencari nafkah. Dengan adanya hal tersebut maka setiap orang tua pasti
akan melakukan hal yang sama yaitu memproduksi anak sebanyak mungkin dengan
harapan ketika sudah besar mereka dapat membantu orag tua mereka. Akan tetapi
pada kenyataanya, para orang tua tersebut malah kerepotan dalam mencukupi
kebutuhan anak anak mereka.
·
Anak menjadi penentu status
sosial. Seperti masyarakat Indonesia lainnya, masyarakat Indonesia di kenal
sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi prestise. Untuk itu, mereka rela
melakukan apa saja demi mengejar prestise. Semakin mempunyai banyak anak yang
sukses maka dapat diharapakan akan mendapatkan prestise yang lebih besar.
·
Anak merupakan penerus keturunan
terutama anak laki-laki. Sistem masyaarkat terutama
masyarakat jawa sangat menjunjung adanya patriakal yaitu kuasa tertinggi pada
anak laki laki. Ketika mereka tidak mendapatkan anak laki laki, mereka akan
terus berusaha untuk mendapatkanya. Oleh karena itu, masyarakat tradisional jawa
mayoritas memiliki banyak sekali anak.
Berbeda dengan kondisi di
negara maju. Di negara maju dan adidaya seperti amerika serikat sangat
membutuhkan banyak sekali warga negara guna menunjang kekuatan militernya. Untuk
itu, mereka berusaha meningkatkan jumlah penduduknya.
Mortalitas
Kondisi masyarakat
Indonesia yang masih berada dalam kemiskinan membuat taraf hidup mereka juga
menjadi rendah, disamping itu kondisi masyarakat yang multicultural membuat
Indonesia sering terjadi konflik vertikal maupun horizontal. Oleh karena itu,
masyarakat dan warga biasa yang tidak memiliki pengaruh hanya menjadi korban
dalam konflik konflik tersebut. Selain itu negara Indonesia juga merupakan
negara yang sering dilanda bencan alam. Oleh sebab itu banyak sekali kematian
yang terjadi di Indonesia. kondisi yang tidak kalah memprihatinkan yaitu
ekonomi masyarakat yang belum tumbuh dan berkembang. Kondisi yang sedemikian
rupa menyebabkan masyarakat sulit untuk mandiri.
Masyarakat juga mudah depresi
yang berujung pad tindakan bunuh diri. Sedangkan di negara amerika kematian
lebih disebabkan adanya kasus bunuh diri yang disebabkan adanya ketidak puasan
masyarakat terhadap kondisi masyarakat di sekitarnya. Sehingga dapat di
simpulkan bahwa kelahiran di negara negara berkembang disebabkan adanya nilai
nilai dan pola pikir yang masih mempengaruhi masyarakat saat ini, sedangkan
pada negara maju lebih disebabkan pada fungsi masyrakat itu sendiri demi
kepentingan negara. Kematian yang terjadi di negara berkembang leboh disebabkan
adanya kondisi sosial, ekonomi yang tidak stabil begitu juga d negara maju
seperti amerika.
Daftar pustaka
1.
Said, Rusli. 1994. Pengantar Ilmu Kepemdudukan. Bogor: PT
Pustaka LP3ES Indonesia.
2.
Wirosuharjo, Kartomo dkk.
1986. Kebijaksanaan Kpendudukan dan Ketenagakerjaan
di Indonesia. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
3.
Widodo, T. 2011. Sosiologi Kependudukan Kajian Teoristis dan
Empiris Perspektif Sosiologis Kependudukan. Surakarta: SebelasMaret
University Press.
0 komentar:
Posting Komentar