Sebuah negara kepualuan, memiliki
sejuta keunikan dan keindahan alam yang tidak dimiliki oleh negara atau wilayah
di belahan dunia lainnya, itulah indonesia. Ya, siapa yang tidak kenal dengan negara
ini. Negara kepulauan terbesar ini sejak dahulu kala sudah di kenal oleh bangsa
bangsa asing yang ingin menguasai wilayah ini, sebut saja seperti inggris,
spanyol, portugis (Portugal), belanda, dan yang terakhir adalah negara serumpun
yaitu jepang. Bukan tanpa sebab negara negara tersebut ingin menguasai wilayah
indonesia. Selain memiliki keindahan alam yang tiada duanya negara indonesia
menyimpan bebagai jenis sumbe daya alam yang sangat melimpah dan belum banyak
dimanfaatan secara maksimal, bahkan oleh para penduduk aslinya. Sebelum
merdeka, indonesia dulunya merupakan negara yang sangat “akrab” dengan yang
namanya penjajah.bagaimana tidak oleh jepang sasa, indonesia telah di jajah ±
3, 5 tahun. Di tambah lagi dengan adanya penjajahn ala colonial belanda yang
memiliki rekor teratas dalam melakukan penjajahan di indonesia selama ± 3, 5
abad atau 350 tahun.
Berlangsungnya
penjajahan penjajahn yang cukup lama secara fisik maupun psikis telah
menimbulkan trauma dan ketidak stabilan moral dan mental terhadap masyarakat
indonesia sendiri. Apalagi sewaktu indonesia masih di jajah, rakyat indonesia
pada saat itu dijadikan budak budak dan pekerja paksa oleh para pemerintah
colonial. Mereka dipekerjakan dengan waktu yang lama sedangkan kondisi kesehatan
mereka tidak diperhatikan. Artinya, pada saat itu mereka di perintah untuk
bekerja keras membangun sarana dan prasarana penting seperti jalan raya,
landasan udara, jalur kereta api, serta berbagai jenis sarana lainnya, termasuk
membangun gedung gedung serta benteng benteng pertahanan akan tetapi mereka
sangat jarang di beri makan atau istirahat. Tentu kita masih ingat akan jalan
terpanjang yang pernah di buat pada masa colonial, yaitu jalan anyer panarukan.
Konon dalam pembangunan jalan tersebut menelan banyak korban, karena seperti
yang kita jelaskan di atas bahwa rakyat indonesia pada saat itu bekerja tanpa
mengenal adanya istirahat dan makan.
Di era imperialism jepang, tidak
jauh beda bahkan lebih buruk. Jepang tidak hanya mengambil sumber daya alam dan
sumber daya manusia pada saat itu, akan tetapi segala sesuatu yang dimiliki
oleh rakyat di ambil paksa oleh para penjajah jepang. Maka dari itu, hal itu
dinamakan imperialism. Penjajahan jepang tersebut pada tahun 1942 mulai menemui
titik akhir. Jepang yang di kenal sebagai negara yang cukup tangguh untuk
meladeni kekuatan kekuatan negara negara seperti amerika, terus menerus mulai
mengalami kekalahan dalam peperangan. Di tambah lagi dengan adanya peristiwa
bom di kota Nagasaki dan Hiroshima, secara langsung maupun tidak langsung
membuat konsentrasi jepang menjadi menurun. oleh sebab itu, untuk menutupi
kekalahannya di perang pasifik, jepang menjanjikan adanya kemerdekaan bagi
rakyat indoensia.
Sebenarnya
hal tersebut tidak sepenuhnya dilakukan oleh imperialism jepang, jepang hanya
menginginkan rakyat indonesia membantu jepang dalam perang asia pasifik
tersebut. namun, apa daya kekalahan jepang sudah di depan mata, dan mereka
(jepang ) maun tidak mau mengakui akan ketangguhan amerika dan cepat lambat
jepang harus melepaskan indonesia dari cengkramannya. Akhirnya pada tahun 1945,
indonesia telah mendapatkan apa yang diinginkan yaitu menjadi sebuah negara
yang merdeka. Sebagai negara yang baru meredeka, indonesia di tuntut untuk
menjadi negara yang mandiri dan harus berdiri sendiri tanpa ada pengaruh dari
luar. Akan tetapi, karena pada saat itu indonesia belum memiliki sumber daya
yang berkualitas, mau tidak mau idonesia harus tergantung pada negara negara
lain. Di sisi lain, indonesia yang pada saat itu dikepalai oleh Soekarno juga
berusaha untuk membangkitkan perekonomiannya sendiri.
Di
era soekarno, wajah indonesia belum banyak berubah, terlebih lebih pasca perang
dunia II. Apalagi seusai perang dunia II muncul perang baru yaitu perang dingin.
Perang dingin, atau perang pemikiran antara uni soviet dengan amerika serikat
menuntut berbagai negara di seluruh dunia termasuk indonesia harus
berkonfrontasi dengan salah satu negara tersebut. indonesia yang saat itu
condong ke ideology sosialis dan komunis memilih bergabung dengan uni soviet,
cina, Vietnam, dan negara kemunis lainnya. Hal itulah mengapa indoesia belum
bisa maksimal dalam melakukan pembangunan. Bergabungnya indonesia dengan negara
negara yang berhaluan kiri (komunis) membuat indonesia seakan akan terisolasi
dengan dunia luar. Akhir perang dingin, dengan di tandainya amerika sebagai
pemenang mambuat atmosfer komunis dan sosialis di indonesia mulai memudar. Di
tambah lagi pada saat itu, merupakan era di mana soekarno berada di penghujung
kekuasaanya.
Turunya
soekarno sebagai presiden tidak berjalan sebagai mana mestinya. Menjelang
berakhirnya masa kekuasaan soekarno, banyak terjadi peristiwa peristiwa yang
cukup menngagetkan dan menjadi sebuah misteri sampai saat ini, salah satunya yaitu
G 30 S. sampai saat ini masih rancu akan kebenaran siapa dalang di balik
kejadian tersebut. situasi yang semakin tidak memungkinkan membuat kekuasaan
mau tidak mau sementara harus di pindah kepada orang atau pihak yang dapat
dipertanggung jawabkan. Kondisi kesehatan soekarno yang tidak lagi mendukung
membuat ia harus menandatangani surat yang berisikan tentang pemindahan
wewenang sementara. Pada akhirnya kekuasaan tersebut sementara berpindah ke
jenderal ternama pada waktu itu yaitu soeharto. Akan tetapi, pemindahan
kekusaan sementara tersebut di salah artikan oleh soeharto.
Soeharto
menganggap bahwa surat perjanjian sebelas maret atau lebih di kenal dengan
supersemar merupakan jalan pintas untuk memperoleh kekuasaan lebih besar dari
sekedar menjadi seorang jenderal. pemberian kekuasaan kepada soeharto tersebut
menjadikan eksistensi soekarno menjadi memudar. Soekarno tidak lagi di anggap
sebagai seorang sosok yang berwibawa yang disegani oleh masyarakat. apalagi
pada saat itu, soeharto telah berhasil menumpas pihak pihak yang di sebut
sebagai pelaku dari peristiwa G 30 S tersebut, yaitu PKI. Dengan di sebutnya
PKI sebagai pelaku, maka otomatis soekarno secara tidak langsung terkena
imbasnya. Pasca kejadian itu keberadaan soekarno tidak lagi diketahui. Yang
lebih janggal lagi adalah selang beberapa lama soeharto secara sah menjadi
seorang presiden indonesia. Munculnya soeharto sebagai presiden baru, membuat
kondisi indonesia sekali lagi berubah.
Jika
soekarno sangat erat dengan hal hal yang berbau kiri, maka sebaliknya soeharto
merupakan sosok yang sangat menjunjung tinggi adanya hegemoni barat. Oleh sebab
itu, di era pemerintahan Soeharto indonesia menjadi lebih “terbuka” terhadap
dunia luar. Masa masa pemerintahan soeharto dapat kita sebut sebagai era di
mana indonesia mengalami tranformasi ekonomi secara cepat. Indonesia pada saat
itu, juga negara yang cukup di perhitungkan oleh negara negara tetangga seperti
Malaysia. Oleh sebab itu, pada era soeharto tidak ada negara yang berani
mengusik stabilitas politik negara indonesia. Era soeharto juga merupakan era
keberhasilan bagi petani petani kita, ketika indonesia berhasil melakukan
swasembada beras selama beberapa kali.
Keberhasilan demi keberhasilan yang
di capai oleh soeharto semakin menguatkan posisinya di jabatan teratas negeri
ini. Namun, seperti pisau bermata dua, pemerintahan soeharto juga mengalami
beberapa kekurangan bahkan dapat dikatakan sebagai kejahatan. Walaupun soeharto
sangatlah loyal dan condong ke arah ideology barat ( demokrasi ), kondisi di
indonesia khusunya dalam hal kebebasan dan demokrasi sedang mengalami masa masa
suram. Kita tentunya tahu siapa soeharto sebelum menjadi presiden, ia adalah
seorang yang memiliki background militer yang kental. Maka dari itu sangatlah
mustahil menerapkan sistem demokrasi ketika negara tersebut di pimpin oleh
orang militer. Di sisi lain, pemerintahan soeharto sangat kental denga aroma
KKN.
Di
tambah lagi di era 90an pemerintahan soeharto mulai mengalami penurunan
kualitas. Soeharto tidak mampu lagi menangani permasalahan permasalahan yang
ada di negeri ini. Di samping itu, ekonomi indonesia mulai memburuk, dan terus
memburuk. Untuk mengatasi masalah ekonomi tersebut, soeharto mau tidak mau
harus mencari dana yang cukup besar untuk dapat mengembalikan kondisi
perekonomian seperti semula. Pilihan pun muncul, soehartopun memilih Imf
(International Monetary Fund ) dan world Bank ( bank dunia ) sebagai penyumbang
dana pinjaman bagi indonesia. Akan tetapi baik IMF dan World Bank tidak mau
meminjamkan dana secara Cuma Cuma. IMF dan World Bank akan meminjamkan dana
berapapun jumlanya tetapi dengan syarat perusahaan perusahaan asing yang juga
memiliki modal besar dapat “menancapkan taringnya di indonesia. Soehartopun
menytujui akan permintaan tersebut. Namun, masalah barupun muncul. Dana yang
digunakan untuk mengembalikan kondisi ekonomi tersebut, di salah gunakan oleh
soeharto dan para antek anteknya. Dengan kata lain dana besar tersebut di
gunakan untuk menebalkan kantong pribadi para pejabat pejabat tersebut,
sedangkan rakyat yang tidak tahu apa apa harus menanggung hutang sampai dengan
hari ini.
Di
lain sisi, keberadaan perusahaan perusahaan asing (corporasi ) di indonesia
membuat kesenjangan sosial semakin lebar. Banyak sekali masyarakat yang bekerja
sebagai buruh yang hanya di gaji murah. Di samping itu, mereka juga memiliki
jam kerja tinggi bahkan hampir 24 penuh. Perekonomian indonesia yang pada
awalnya di harapakan dapat bangkit dan berdiri kembali kini semakin terpuruk.
Bagaimana tidak, ketika perusahaan perusahaan multinasional seperti GAP,
Nestle, Coca Cola, Old Navy, Adidas, dsb berdiri, praktis eksistensi produk
produk dalam negeri mulai menghilang dan kurang diminati oleh masyarakat.
Sebenarnya, jika kita berbicara tentang korporasi atau multinasional, kita
tentunya kenal dengan korporasi pada jaman colonial belanda yaitu voc. Voc
lebih dari sekedar serikat dagang yang ada di indonesia.
Voc
merupakan bentuk pemerintahan belanda dalam bentuk kecil yang memiliki tugas
yaitu mengatur, mengawasi dan mengendalikan segala aktivitas eknomi, politik
yang terjadi di indonesia pada waktu itu. kembali ke bahasan pokok kita, perlu
di ketahui bahwa pertumbuhan dan perkembangan korporasi di indonesia sangatlah
cepat, lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk negeri ini. Di
samping itu mulainya bermunculan korporasi di indonesia tidak lepas dari “agama
baru” yang kita sebut sebagai globalisasi. Tidak ada satupun yang luput
darinya. Semua aspek kehidupan sedikit demi sedikit mulai di kontruksi untuk
mengikuti satu kebenaran, satu pedoman, dan satu control. Adanya globalisasi
menjadikan manusia tidak lagi memiliki batasan batasan ruang dan waktu.
Globalisasi mulai menyatukan apa yang ada di sekitar kita agar terkesan lebih
dekat. Dengan adanya globalisasi, maka peran negara menjadi di nomor duakan dan
tergantikan oleh adanya acuan baru yaitu pasar bebas. Pasar bebas membuat
barang barang dan produk produk dari luar negeri atau impor bersaing dengan
produk produk dalam negeri.
Di
era pemerintahan soeharto barang dan produk produk luar mulai menghegemoni
pasar pasar di indonesia. Masyarakat indonesia tidak lagi di sibukan bagaimana
membuat suatu produk baru. di saat itu, masyarakat indonesia dengan suka rela
mulai menggunakan produk produk yang bukn produksi dari negara mereka sendiri.
Di samping itu, yang lebih parah adalah pikiran masyarakat sangat gampang untuk
di konstruksi bahwa barang barang produksi luar negeri memiliki kualitas yang
jauh lebih baik daripada produksi dalam negeri. Padahal, jika kita tahu, bahwa
merek merek terkenal seperti adidas, rebook, GAP, dsb merupakan buatan
indonesia, sedangkan di luar negeri produk tersebut hanya mengalami labeling. Namun,
mau bagaimana lagi masyrakat yang masih awam soal globalisasi dan pasar bebas
sangat mudah terbujuk rayuan para kapitalis kapitalis dunia tersebut.
menjamurnya korporasi di indonesia dari dulu hingga sekarang tidak lepas dari
dampak melemahnya control pemerintah terhadap perusahaan perusahaan tersebut.
pemerintah pada saat ini seakan akan di setir oleh para pemilik pemiliki modal
tersebut.
di
sisi lain sumber daya manusia di indonesia masih rendah, oleh karena itu,
kebijakan pemerintah mau tidak mau harus menggandeng korporasi korporasi
tersebut untuk mendongkrak perekonomian negara. Di tambah lagi dengan adanya
kebijakan pemerintah yang menjual sedikitnya 44 Badan Usaha Milik Negara (BUMN
) ke investor asing eperti PT Perkebunan Nusantara (PT PN) III, IV, dan V, Adhi
Karya, Sucofindo, Surveyor Indonesia, Bank Negara Indonesia (BNI), Bank
Tabungan Negara, Krakatau Steel, serta kawasan industri di Medan dan Makassar.
Hal itu tidak termasuk masalah lama seperti Exxon Mobil, Freeport. Ada kekuatan
korporasi raksasa neoliberalisme yang terus berusaha mengeruk kekayaan negara-negara
dunia ketiga. Di India, Iran, Venezuela kedatangan mereka ditolak. Di Cina
boleh masuk, tetapi memenuhi syarat yang ditentukan pemerintah. Hanya di
Indonesia mereka diterima dengan tangan terbuka. Mental pemimpin kita, mental
inlander. Mental mau dijajah, dijadikan budak.
Korporasi di indonesia
pada saat ini bukan lagi sebatas perushaan akan tetapi merupakan kekuatan besar
yang sewaktu waktu dapat menguasai seluruh aspek kehidupna di indonesia.
Korporasi di indonesia telah menyebabkan masyrakat menjadi apatis, tidak
memiliki kreativitas dan rasa kemndirian untuk membangkitkan kondisi
perekonomian negerinya. Malah sebaliknya, masyrakat indonesia sudah terbiasa
denggan keadaan yang seperti ini. Kita ambil contoh misal bagi pagi kita minum
aqua, yang sahamnya di kuasai oleh asing, kita mandi menggunakan produk produk
dalam negeri yang di kuasai oleh asing. Di tambah lagi ketika kita berpergian
dengan menggunakan kendaraan pribadi, itupun masih menggunakan produk asing.
Lantas, di manakan produk produk anak bangsa kita, di manakah bukti bahwa
masyarakat kita cinta dengan indonesia.
Indonesia sebagai negara yang
memiliki kekayaan luar biasa dalam bidang sumber daya alam, kini hanya bisa
menjadi “penonton” atas kesuksesan bangsa lain yang tiap hari mengeruk sedikit
demi sedikit cadangan minyak kita, sedikit demi sedikit mengeruk cadangan emas
kita di papua, dan satu lagi sedkit demi sedikit mengkikis dan mengubah mental
kita menjadi mental bebek, yang selalu saja ikut ikutan tanpa memiliki jati
diri dan sadar akan identitas. Mungkin terlalu naïf jika kita ingin mendirikan
perekonomian atas nama bangsa kita sendiri, namun juga terlalu pragmatis ketika
kita terlalu bergantung dan membanggakan barang yang bukan produksi bangsa kita
sendiri. Korporasi korporasi di indonesia saat ini sedang berada pada fase yang
sangat anarkhi atau keras.
Ketika
korporasi tidak lagi menjadi pendorong perekonomian negara, melainkan bentuk
lain dari imperialism. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa penjajahan belumlah
selesai, indonesia belum menjadi negara yang merdeka, dan korporasi,
globalisasi, serta psar bebas adalah bentuk baru dari penjajahan yang terjadi
di era modernisasi seperti sekarang ini. Hal hal seperti ini harunya membuat
kita sadar, mengapa kesenjangan sosial semakin saja melebar, kondisi masyarakat
yang mayoritas merupakan ekonomi menengah ke bawah mau tidak mau harus melunasi
hutang hutang yang ada dari era orde baru samapi sekarang ini.
0 komentar:
Posting Komentar