Blogger templates

Pages

Labels

Sabtu, 12 April 2014

Ketika Korporasi Mulai menginjakan Kaki di Bumi Pertiwi........



Sebuah negara kepualuan, memiliki sejuta keunikan dan keindahan alam yang tidak dimiliki oleh negara atau wilayah di belahan dunia lainnya, itulah indonesia. Ya, siapa yang tidak kenal dengan negara ini. Negara kepulauan terbesar ini sejak dahulu kala sudah di kenal oleh bangsa bangsa asing yang ingin menguasai wilayah ini, sebut saja seperti inggris, spanyol, portugis (Portugal), belanda, dan yang terakhir adalah negara serumpun yaitu jepang. Bukan tanpa sebab negara negara tersebut ingin menguasai wilayah indonesia. Selain memiliki keindahan alam yang tiada duanya negara indonesia menyimpan bebagai jenis sumbe daya alam yang sangat melimpah dan belum banyak dimanfaatan secara maksimal, bahkan oleh para penduduk aslinya. Sebelum merdeka, indonesia dulunya merupakan negara yang sangat “akrab” dengan yang namanya penjajah.bagaimana tidak oleh jepang sasa, indonesia telah di jajah ± 3, 5 tahun. Di tambah lagi dengan adanya penjajahn ala colonial belanda yang memiliki rekor teratas dalam melakukan penjajahan di indonesia selama ± 3, 5 abad atau 350 tahun.  
                                                                                                                 
Berlangsungnya penjajahan penjajahn yang cukup lama secara fisik maupun psikis telah menimbulkan trauma dan ketidak stabilan moral dan mental terhadap masyarakat indonesia sendiri. Apalagi sewaktu indonesia masih di jajah, rakyat indonesia pada saat itu dijadikan budak budak dan pekerja paksa oleh para pemerintah colonial. Mereka dipekerjakan dengan waktu yang lama sedangkan kondisi kesehatan mereka tidak diperhatikan. Artinya, pada saat itu mereka di perintah untuk bekerja keras membangun sarana dan prasarana penting seperti jalan raya, landasan udara, jalur kereta api, serta berbagai jenis sarana lainnya, termasuk membangun gedung gedung serta benteng benteng pertahanan akan tetapi mereka sangat jarang di beri makan atau istirahat. Tentu kita masih ingat akan jalan terpanjang yang pernah di buat pada masa colonial, yaitu jalan anyer panarukan. Konon dalam pembangunan jalan tersebut menelan banyak korban, karena seperti yang kita jelaskan di atas bahwa rakyat indonesia pada saat itu bekerja tanpa mengenal adanya istirahat dan makan.                                                                                       

 Di era imperialism jepang, tidak jauh beda bahkan lebih buruk. Jepang tidak hanya mengambil sumber daya alam dan sumber daya manusia pada saat itu, akan tetapi segala sesuatu yang dimiliki oleh rakyat di ambil paksa oleh para penjajah jepang. Maka dari itu, hal itu dinamakan imperialism. Penjajahan jepang tersebut pada tahun 1942 mulai menemui titik akhir. Jepang yang di kenal sebagai negara yang cukup tangguh untuk meladeni kekuatan kekuatan negara negara seperti amerika, terus menerus mulai mengalami kekalahan dalam peperangan. Di tambah lagi dengan adanya peristiwa bom di kota Nagasaki dan Hiroshima, secara langsung maupun tidak langsung membuat konsentrasi jepang menjadi menurun. oleh sebab itu, untuk menutupi kekalahannya di perang pasifik, jepang menjanjikan adanya kemerdekaan bagi rakyat indoensia.                                                                              
 Sebenarnya hal tersebut tidak sepenuhnya dilakukan oleh imperialism jepang, jepang hanya menginginkan rakyat indonesia membantu jepang dalam perang asia pasifik tersebut. namun, apa daya kekalahan jepang sudah di depan mata, dan mereka (jepang ) maun tidak mau mengakui akan ketangguhan amerika dan cepat lambat jepang harus melepaskan indonesia dari cengkramannya. Akhirnya pada tahun 1945, indonesia telah mendapatkan apa yang diinginkan yaitu menjadi sebuah negara yang merdeka. Sebagai negara yang baru meredeka, indonesia di tuntut untuk menjadi negara yang mandiri dan harus berdiri sendiri tanpa ada pengaruh dari luar. Akan tetapi, karena pada saat itu indonesia belum memiliki sumber daya yang berkualitas, mau tidak mau idonesia harus tergantung pada negara negara lain. Di sisi lain, indonesia yang pada saat itu dikepalai oleh Soekarno juga berusaha untuk membangkitkan perekonomiannya sendiri.                                                                                    

 Di era soekarno, wajah indonesia belum banyak berubah, terlebih lebih pasca perang dunia II. Apalagi seusai perang dunia II muncul perang baru yaitu perang dingin. Perang dingin, atau perang pemikiran antara uni soviet dengan amerika serikat menuntut berbagai negara di seluruh dunia termasuk indonesia harus berkonfrontasi dengan salah satu negara tersebut. indonesia yang saat itu condong ke ideology sosialis dan komunis memilih bergabung dengan uni soviet, cina, Vietnam, dan negara kemunis lainnya. Hal itulah mengapa indoesia belum bisa maksimal dalam melakukan pembangunan. Bergabungnya indonesia dengan negara negara yang berhaluan kiri (komunis) membuat indonesia seakan akan terisolasi dengan dunia luar. Akhir perang dingin, dengan di tandainya amerika sebagai pemenang mambuat atmosfer komunis dan sosialis di indonesia mulai memudar. Di tambah lagi pada saat itu, merupakan era di mana soekarno berada di penghujung kekuasaanya.                                      

Turunya soekarno sebagai presiden tidak berjalan sebagai mana mestinya. Menjelang berakhirnya masa kekuasaan soekarno, banyak terjadi peristiwa peristiwa yang cukup menngagetkan dan menjadi sebuah misteri sampai saat ini, salah satunya yaitu G 30 S. sampai saat ini masih rancu akan kebenaran siapa dalang di balik kejadian tersebut. situasi yang semakin tidak memungkinkan membuat kekuasaan mau tidak mau sementara harus di pindah kepada orang atau pihak yang dapat dipertanggung jawabkan. Kondisi kesehatan soekarno yang tidak lagi mendukung membuat ia harus menandatangani surat yang berisikan tentang pemindahan wewenang sementara. Pada akhirnya kekuasaan tersebut sementara berpindah ke jenderal ternama pada waktu itu yaitu soeharto. Akan tetapi, pemindahan kekusaan sementara tersebut di salah artikan oleh soeharto.                                                                  

Soeharto menganggap bahwa surat perjanjian sebelas maret atau lebih di kenal dengan supersemar merupakan jalan pintas untuk memperoleh kekuasaan lebih besar dari sekedar menjadi seorang jenderal. pemberian kekuasaan kepada soeharto tersebut menjadikan eksistensi soekarno menjadi memudar. Soekarno tidak lagi di anggap sebagai seorang sosok yang berwibawa yang disegani oleh masyarakat. apalagi pada saat itu, soeharto telah berhasil menumpas pihak pihak yang di sebut sebagai pelaku dari peristiwa G 30 S tersebut, yaitu PKI. Dengan di sebutnya PKI sebagai pelaku, maka otomatis soekarno secara tidak langsung terkena imbasnya. Pasca kejadian itu keberadaan soekarno tidak lagi diketahui. Yang lebih janggal lagi adalah selang beberapa lama soeharto secara sah menjadi seorang presiden indonesia. Munculnya soeharto sebagai presiden baru, membuat kondisi indonesia sekali lagi berubah.                                                                                                                            

 Jika soekarno sangat erat dengan hal hal yang berbau kiri, maka sebaliknya soeharto merupakan sosok yang sangat menjunjung tinggi adanya hegemoni barat. Oleh sebab itu, di era pemerintahan Soeharto indonesia menjadi lebih “terbuka” terhadap dunia luar. Masa masa pemerintahan soeharto dapat kita sebut sebagai era di mana indonesia mengalami tranformasi ekonomi secara cepat. Indonesia pada saat itu, juga negara yang cukup di perhitungkan oleh negara negara tetangga seperti Malaysia. Oleh sebab itu, pada era soeharto tidak ada negara yang berani mengusik stabilitas politik negara indonesia. Era soeharto juga merupakan era keberhasilan bagi petani petani kita, ketika indonesia berhasil melakukan swasembada beras selama beberapa kali.                                                                                                         

Keberhasilan demi keberhasilan yang di capai oleh soeharto semakin menguatkan posisinya di jabatan teratas negeri ini. Namun, seperti pisau bermata dua, pemerintahan soeharto juga mengalami beberapa kekurangan bahkan dapat dikatakan sebagai kejahatan. Walaupun soeharto sangatlah loyal dan condong ke arah ideology barat ( demokrasi ), kondisi di indonesia khusunya dalam hal kebebasan dan demokrasi sedang mengalami masa masa suram. Kita tentunya tahu siapa soeharto sebelum menjadi presiden, ia adalah seorang yang memiliki background militer yang kental. Maka dari itu sangatlah mustahil menerapkan sistem demokrasi ketika negara tersebut di pimpin oleh orang militer. Di sisi lain, pemerintahan soeharto sangat kental denga aroma KKN.                                                                                                     

 Di tambah lagi di era 90an pemerintahan soeharto mulai mengalami penurunan kualitas. Soeharto tidak mampu lagi menangani permasalahan permasalahan yang ada di negeri ini. Di samping itu, ekonomi indonesia mulai memburuk, dan terus memburuk. Untuk mengatasi masalah ekonomi tersebut, soeharto mau tidak mau harus mencari dana yang cukup besar untuk dapat mengembalikan kondisi perekonomian seperti semula. Pilihan pun muncul, soehartopun memilih Imf (International Monetary Fund ) dan world Bank ( bank dunia ) sebagai penyumbang dana pinjaman bagi indonesia. Akan tetapi baik IMF dan World Bank tidak mau meminjamkan dana secara Cuma Cuma. IMF dan World Bank akan meminjamkan dana berapapun jumlanya tetapi dengan syarat perusahaan perusahaan asing yang juga memiliki modal besar dapat “menancapkan taringnya di indonesia. Soehartopun menytujui akan permintaan tersebut. Namun, masalah barupun muncul. Dana yang digunakan untuk mengembalikan kondisi ekonomi tersebut, di salah gunakan oleh soeharto dan para antek anteknya. Dengan kata lain dana besar tersebut di gunakan untuk menebalkan kantong pribadi para pejabat pejabat tersebut, sedangkan rakyat yang tidak tahu apa apa harus menanggung hutang sampai dengan hari ini.                                                                                                         

Di lain sisi, keberadaan perusahaan perusahaan asing (corporasi ) di indonesia membuat kesenjangan sosial semakin lebar. Banyak sekali masyarakat yang bekerja sebagai buruh yang hanya di gaji murah. Di samping itu, mereka juga memiliki jam kerja tinggi bahkan hampir 24 penuh. Perekonomian indonesia yang pada awalnya di harapakan dapat bangkit dan berdiri kembali kini semakin terpuruk. Bagaimana tidak, ketika perusahaan perusahaan multinasional seperti GAP, Nestle, Coca Cola, Old Navy, Adidas, dsb berdiri, praktis eksistensi produk produk dalam negeri mulai menghilang dan kurang diminati oleh masyarakat. Sebenarnya, jika kita berbicara tentang korporasi atau multinasional, kita tentunya kenal dengan korporasi pada jaman colonial belanda yaitu voc. Voc lebih dari sekedar serikat dagang yang ada di indonesia.                                                                                                                  
Voc merupakan bentuk pemerintahan belanda dalam bentuk kecil yang memiliki tugas yaitu mengatur, mengawasi dan mengendalikan segala aktivitas eknomi, politik yang terjadi di indonesia pada waktu itu. kembali ke bahasan pokok kita, perlu di ketahui bahwa pertumbuhan dan perkembangan korporasi di indonesia sangatlah cepat, lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk negeri ini. Di samping itu mulainya bermunculan korporasi di indonesia tidak lepas dari “agama baru” yang kita sebut sebagai globalisasi. Tidak ada satupun yang luput darinya. Semua aspek kehidupan sedikit demi sedikit mulai di kontruksi untuk mengikuti satu kebenaran, satu pedoman, dan satu control. Adanya globalisasi menjadikan manusia tidak lagi memiliki batasan batasan ruang dan waktu. Globalisasi mulai menyatukan apa yang ada di sekitar kita agar terkesan lebih dekat. Dengan adanya globalisasi, maka peran negara menjadi di nomor duakan dan tergantikan oleh adanya acuan baru yaitu pasar bebas. Pasar bebas membuat barang barang dan produk produk dari luar negeri atau impor bersaing dengan produk produk dalam negeri.                                                

Di era pemerintahan soeharto barang dan produk produk luar mulai menghegemoni pasar pasar di indonesia. Masyarakat indonesia tidak lagi di sibukan bagaimana membuat suatu produk baru. di saat itu, masyarakat indonesia dengan suka rela mulai menggunakan produk produk yang bukn produksi dari negara mereka sendiri. Di samping itu, yang lebih parah adalah pikiran masyarakat sangat gampang untuk di konstruksi bahwa barang barang produksi luar negeri memiliki kualitas yang jauh lebih baik daripada produksi dalam negeri. Padahal, jika kita tahu, bahwa merek merek terkenal seperti adidas, rebook, GAP, dsb merupakan buatan indonesia, sedangkan di luar negeri produk tersebut hanya mengalami labeling. Namun, mau bagaimana lagi masyrakat yang masih awam soal globalisasi dan pasar bebas sangat mudah terbujuk rayuan para kapitalis kapitalis dunia tersebut. menjamurnya korporasi di indonesia dari dulu hingga sekarang tidak lepas dari dampak melemahnya control pemerintah terhadap perusahaan perusahaan tersebut. pemerintah pada saat ini seakan akan di setir oleh para pemilik pemiliki modal tersebut.                                                     

di sisi lain sumber daya manusia di indonesia masih rendah, oleh karena itu, kebijakan pemerintah mau tidak mau harus menggandeng korporasi korporasi tersebut untuk mendongkrak perekonomian negara. Di tambah lagi dengan adanya kebijakan pemerintah yang menjual sedikitnya 44 Badan Usaha Milik Negara (BUMN ) ke investor asing eperti PT Perkebunan Nusantara (PT PN) III, IV, dan V, Adhi Karya, Sucofindo, Surveyor Indonesia, Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Tabungan Negara, Krakatau Steel, serta kawasan industri di Medan dan Makassar. Hal itu tidak termasuk masalah lama seperti Exxon Mobil, Freeport. Ada kekuatan korporasi raksasa neoliberalisme yang terus berusaha mengeruk kekayaan negara-negara dunia ketiga. Di India, Iran, Venezuela kedatangan mereka ditolak. Di Cina boleh masuk, tetapi memenuhi syarat yang ditentukan pemerintah. Hanya di Indonesia mereka diterima dengan tangan terbuka. Mental pemimpin kita, mental inlander. Mental mau dijajah, dijadikan budak.                                                                    

Korporasi di indonesia pada saat ini bukan lagi sebatas perushaan akan tetapi merupakan kekuatan besar yang sewaktu waktu dapat menguasai seluruh aspek kehidupna di indonesia. Korporasi di indonesia telah menyebabkan masyrakat menjadi apatis, tidak memiliki kreativitas dan rasa kemndirian untuk membangkitkan kondisi perekonomian negerinya. Malah sebaliknya, masyrakat indonesia sudah terbiasa denggan keadaan yang seperti ini. Kita ambil contoh misal bagi pagi kita minum aqua, yang sahamnya di kuasai oleh asing, kita mandi menggunakan produk produk dalam negeri yang di kuasai oleh asing. Di tambah lagi ketika kita berpergian dengan menggunakan kendaraan pribadi, itupun masih menggunakan produk asing. Lantas, di manakan produk produk anak bangsa kita, di manakah bukti bahwa masyarakat kita cinta dengan indonesia.                                                                   

 Indonesia sebagai negara yang memiliki kekayaan luar biasa dalam bidang sumber daya alam, kini hanya bisa menjadi “penonton” atas kesuksesan bangsa lain yang tiap hari mengeruk sedikit demi sedikit cadangan minyak kita, sedikit demi sedikit mengeruk cadangan emas kita di papua, dan satu lagi sedkit demi sedikit mengkikis dan mengubah mental kita menjadi mental bebek, yang selalu saja ikut ikutan tanpa memiliki jati diri dan sadar akan identitas. Mungkin terlalu naïf jika kita ingin mendirikan perekonomian atas nama bangsa kita sendiri, namun juga terlalu pragmatis ketika kita terlalu bergantung dan membanggakan barang yang bukan produksi bangsa kita sendiri. Korporasi korporasi di indonesia saat ini sedang berada pada fase yang sangat anarkhi atau keras.                                                                          

Ketika korporasi tidak lagi menjadi pendorong perekonomian negara, melainkan bentuk lain dari imperialism. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa penjajahan belumlah selesai, indonesia belum menjadi negara yang merdeka, dan korporasi, globalisasi, serta psar bebas adalah bentuk baru dari penjajahan yang terjadi di era modernisasi seperti sekarang ini. Hal hal seperti ini harunya membuat kita sadar, mengapa kesenjangan sosial semakin saja melebar, kondisi masyarakat yang mayoritas merupakan ekonomi menengah ke bawah mau tidak mau harus melunasi hutang hutang yang ada dari era orde baru samapi sekarang ini.

0 komentar:

Posting Komentar