Kali ini, saya tidak akan membuat
tulisan tentang kritik, sindiran, dan cemoohan, namun kali ini saya akan
membuat tulisan atau review dari beberapa lagu yang akhir kahir ini
menginspirasi saya. Lagu ini, adalah sebuah kumpulan lirik yang diciptakan oleh
band rock Jogya, Captain jack. Sedikit lucu judulnya, “TV Sampah”.
Yahh….berangkat dari lagu itu, saya
berkeinginan untuk membahasnya lebih mendalam. Lagu ini bercerita tentang
bagaimana masyarakat di era globalisasi ini menjadikan telivisi sebagai Tuhan
Baru yang dapat mereka sembah dan menemani mereka setiap waktu. Telivisi,
seperti yang kita tahu, adalah alat penyampai komunikasi paling banyak di
miliki oleh masyarakat. masyarakat miskin, kaya, tua,muda, remaja, anak anak
dewasa semuanya tentu sangat gemar dalam menonton TV tak terkecuali saya
(dulu).
Kecenderungan masyarakat dalam
mendapatkan suatu informasi secara instan, membuat mereka berusaha segala daya
untuk mendapatkannya, salah satunya dengan memiliki TV. Tidak mahal memang, dan
sangat mudah mendapatkannya. Apalagi saat ini, kita sudah disuguhi akan
teknologi LCDdan LED TV yang memiliki tampilan gambar lebih menarik daripada TV
tabung sebelumnya. Karena terhitung mudah didapatkan, maka saat ini kita dapat
menjumpainnya di hampir seluruh rumah, atau tempat tempat umum lainnya.
gabungan antara mode suara dan visualisasi, membuat TV memiliki daya tarik
sendiri bagi yang melihatnya. Oleh sebab itu, dari dulu hingga sekarang,
peminat akan telivisi terus menerus bertambah dan bertambah. Tak hanya itu, kita
juga dapat menjumpai orang orang yang hampir 24 jam penuh berada di depan layar
telivisi mereka. Lantas, apa saja yang mereka lakukan di depan telivisi
tersebut. menonton berita, gossip, politik, kartun, menonton acara kuis
hmmmmmmm….. tentu semuanya mereka lakukan. Yang menjadi pertanyaan adalah
bagaiamana dampak yang timbul ketika kita sudah berada dalam level
“ketergantungan”.
Di
kalimat pertama lagu TV SAMPAH mengatakan bahwa ……”membusuklah di depan layar kaca, dengan drama basi yang kalian lihat
setiap hari”………………..
Dari kalimat itu tentu kita sudah
dapat mengetahui bahwa telivisi pada saat ini hanya berisikan akan informasi
informasi yang bersifat hiburan, baik itu sinetron Ftv dll. 1 kali, 2 kali
menonton tayangan yang di suguhkan menurut say no problem, but ketika kegiatan
sepele itu dilakukan secara terus menerus, maka yang berakibat adalah doktrin
doktrin sesat yang bersarang di orak kita. Tidak percaya?.
Kondisi manusia, khusunya psikologi
sangat rentan oleh kondisi sekitarnya. Ketika manusia ada dalam kondisi nyaman,
maka otak mereka dapat menerima sesuatu yang asing secara mudah dan cepat.
Bayangkan, itu hanya terjadi dalam sekali waktu, dan bagaimana jika hal itu
terus menerus terjadi. Ya…tidak lain dan tidak bukan kita kemudian akan
terpengaruh oleh hal hal fatamorgana yang di sampaikan oleh media telivisi
tersebut. beberapa waktu lalu, ketika say pulang ke madiun, saya mencoba
mengamati adik saya yang masih SD. Setiap hari, baik itu ketika akan berangkat
sekolah, pulang ataupun akan tidur ia selalu sempatkan untuk menonton telivisi.
Dan yang membuat saya terkejut adalah ia sering menonton acara kartun
spongebob. Tidak ada yang janggal memang ketika kita melihat kartun tersebut,
namun sekali kali, lihatlahapa yang tidak dilihat oleh kebanyakan orang.
Tayangan spongebob bercerita tentang dua tokoh yaitu spongebob sendiri dan
temannya Patrick. Keduanya sehari hari melakukan hal hal aneh yang tentunya
membuat siapa saja akan tertawa terbahak bahak. Namun di sisi lain, tayangan
spongebob terdapat hal yang aneh dan menurut saya tidak banyak yang
menyadarinya.
Di
tayangan tersebut kita tahum bahwa persoalan yang benar dapat menjadi salah.
Begitu juga sebaliknnya, persoalan yang salah dapat menjadi benat. Lalu, apa
dampaknya kepada adik saya yang kecil?. Say kenal adik saya sejak kecil, bahkan
sebelum ia lahir di bumi ini, oleh sebab itu saya tahu bagaimana sikap dan
karakternya. Adik saya tentunya berbeda dengan pendahulunya, adik saya lebih
penurut, sedangkan saya adalah tipe pembangkang, pemberontak. Di saat saat
tertentu saya mulai menangkap ada hal aneh yang tidak biasa ia lakukan. Adik
saya tidak lagi suka menggambar, mewarnai, ataupun kegiatan kegiatan lainnya.
yang ia lakukan adalah menonton dan menonton telivisi. Yang lebih parahnya
lagi, ketika ia kemudian menjadi sulit untuk berkonsentrasi khusunya saat
belajar. Di samping itu, adik saya menjadi lebih suka membantah kepada orang
tua. Memang, kondisi psikologis anak terus menerus bertamabah, dan saya sadar
ahh paling pengaruh dari teman temannya. Tidak salah, kondisi lingkungan akan
sangat berpengaruh kepada individu. Namun, ternyata ada hal lain yang memiliki
kecederungan lebih besar daripada pengaruh lingkungan. Yaitu telivisi. Saya
kemudian sadar, bagaimana dengan saya yang sudah bertahun tahun bersahabat
dengan telivisi tersebut, sedangkan adik saya yang belum lama bersentuhan
dengan telivisi dapat dengan mudah terpengaruh kondisi psikilogisnya. Tanpa
pikir panjang akuun berinisiatif untuk mengingatkan mereka, dan tentunya
mendoktrin ulang agar ia tidak kecanduan dengan acara tersebut. tidak ada kata
kata brilian memang, yang saya katakana sederhana, acara itu mengganggu
konsentrasi belajarmu. Dan ketika saya kembali Alhamdulillah adik saya tidak
lagi kecanduan terhadap acara tersebut. dan baiknya lagi, ketika saya mencoba
melihat acara tersebut, adik sanya dengan spontan menolaknya. Itu mungkin
sedikit dari sekian banyak dampak negate telivisi yang coba saya ungkap di liik
selanjutnya.
“dan berita yang tak jelas tentang
hidup orang lain, yang sama sekali bukan urusanmu……”
Era globalisasi terkadang di maknai
sempit oleh sebagian besar orang sebagai era di mana semua hal menjadi terbuka
tanpa ada sekat atau batas apapun. Memang, globalisasi memberikan semua hal
yang kita inginkan secara cepat dan mudah baik itu informasi maupun
perkembangan teknologi, namun tidak untuk privasi. Perkembangan media
komunikasi yang sedemikian rupa membuat beberapa orang ingin terlihat lebih
menonjol dan diakui eksistensinya. Oleh sebab itu ramai ramai orang mengupload
foto foto mereka di jejaring sosial, tanpa sadar dampak yang ditimbulkan. Di
sisi lain, banyak beberapa media eletronik yang dengan tanpa rasa berdosa
mengumbar masalah intern beberapa tokoh selebriti, artis, dan tak terkecuali
pemerintah. Memang, ada beberapa artis yang menggunakan cara cara aneh itu
untuk menguatkan eksistensi mereka, namun ada juga yang menganggap bahwa hal
itu sudah menyalahi kode etik jurnalsitik. Yaa…kita bisa liahtr sendiri, dari
pagi hingga sore, msta dan pikiran kita terus menerus dijejali oleh infotaiment
yang mengupas berbagai kegiatan yang dilakukan oleh seorang artis. Hahahaha,
penting banged. Dan lucunya lagi ketika ada beberapa orang yang dengan susah
payah memperbincangkannya ketika sedang berkumpul.
Memang,
tidak salah mengkritik seseorang, namun anda juga tidak akan dibenarkan ketika
sudah mencampuri urusan orang lain walaupun ia melakukan tindaka yang sangat
tidak terpuji. Karena, …yak arena, mereka tidak satupun yang menginginkan
masalah intern mereka tersebar dan diketahui oleh banyak orang. Dan menurut
saya buat apa kita mencampuri atau bahkan mengkritik mereka, sedangkan kita
tidak memberikan kontribusi apapun terhadap hidup mereka. Di samping itu, kita
sebagai masyarakat masih saja gampang di bodohi dengan berita berita yang ada
di TV, padahal semua yan diberitakan tidak speenuhnya benar, atau bahkan
semuanya salah. Memang, kita sangat haus akan informasi, baik itu yang dapat
kita lihat maupun yang belum dapat kita lihat. Namun, namanya masyarakat
terkadang, mereka menghalalkan apapun agar tujuan mereka dapat tercapai.
Apalagi, masyarakat kita trutama yang ada di pedesaan atau jauh dari kota,
masih sangat polos, sehingga mereka mudah saja terpengaruh pada tayangan yng
disuguhkan oleh media telivisi.
Di
kalimat ketiga, disebutkan……………”cobalah sedikit
berpikir dengan semua kontradiksi, banyak pencandu tv lapar dan semua di tv
berfoya foya…..”
Apa yang mereka maksud dengan
kontradiksi?. Seperti yang saya jelaskan di atas tadi, fakta yang diungkapkan
dalam telivisi tersbut hanya fatamorgana, artinya sangat bertolak belakang
dengan keadaan aslinya, dan parahnya kita meyakininya sebagai suatu kebenaran
mutlak. Tidak percaya. Anda sadar, ketika isu isu terorrisme yang sedang marak
beberapa waktu lalu sering dikaitkan dengan umat islam. Sekila memang benar,
dari baju, atribut mereka menggunakannya seoal olah mereka muslim. Namun,
apakan islam memang mengajarkan para penganutnya untuk bertindak demikian,
bertindak seperti orang yang frustasi, vandalis, anarkhis. Ya mungkin ada seribu
pendapat berbeda, tergantung keykinan anda. Namun saya ingin menjelaskan kepada
anda sekalian bahwa terorisme, anarkhisme dan paham paham radikal lainnya tidak
pernah dan tidak akan pernah diajarkan oleh Allah SWT kepada para umat muslim
di manapun berada. Lantas, mengapa yang diberitakan di media media sangat erat
kaintannya dengan umat islam?. Yaaa…sekali lagi atau memang sudah takdir, masyarakat
indonesia memang suka mencerdaskan kebodohan.
Perilaku
terorisme sangat erat kaitannya dengan tindakan yang mengancam suatu kondisi,
baik itu politik, bangsa atau negara. Tindakan terorisme muncul ketika beberapa
kalangan yang menilai dirinya sebagai minoritas merasa termarginalkan dan
terganggu eksistensinya. Oleh karena itu, mereka kemudian berperilaku demikian.
Yang menjadi janggal adalah ketika pihak yang disudutkan adalah umat muslim,
sedangkan mayoritas masyarakat indonesia atau hampir 90% adalah umat muslim.
Aneh memang, ketika mayoritas di sebut sebut sebagai penyebab dari masalah
tersebut. lalu mengapa masyarakat dapat dengan mudah percaya?. Persoalan
percaya atau tidak percaya, sebenarnya kembali lagi kepada individunya, apakah
menerima informasi tersebut secara selektif atau menelannya secara mentah
mentah. Di samping itu, masyarakat juga terlalu kaku, dan takut untuk
memperoleh informasi lain dari media media nonmainstream.
“Kita
diajari untuk menilai fisik belaka……………………..mencela moral orang lain tanpa
lihat diri sendiri”
Itulah kata yang menurut saya sangat
menginterpretasikan masyarakat kita saat ini…jika suatu berita saja dpat mereka
maknai secara mendalam dan berarti kebenaran. Bagaimana dengan hal hal lain
yang di ungkapkan lewat layar kaca tersebut?. apakah anda pernah berpikir,
ketika ikaln yang ada di telivisi hanya sebatas citra semata, apakah anda
pernah menganggap bahwa telivisi adalah media doktrin paling efektif?. Dan saya
bertanya kembali kepada anda, apa yang merubah hidup anda seperti sekarang ini,
apa yang berpengaruh pada hidup anda?. Mayoritas masyarakat kita beranggapan bahwa
hidup memang seperti ini, dan kita tidak dapat mengubahnya karena telah
berjalan sedemikian rupa. Kita terlalu meremehkan bagaimana dampak yang timbul
dari media media yang kita kosumsi setiap harinya, masyarakat kita terlalu di
nina bobokkan oleh keindahan dunia lewat tayangan telivisi. Padahal itu semua
hanya ilusi. Ilusi untuk apa, bukankah media media tersebut diciptakan sebagai
sarana hiburan. Ya…..hiburan, tapi itu hanya sebagian kecil. Jika anda mau
menyadari, cobalah liat disekiling anda, orang, keadaan, bangunan, wajah,
karakter, dan semuanya. Semua memang harus sadar bahwa hidup ini kana berbah
dan terus menerus berubah sampai kita tidak lagi mengikutinya (mati).
Namun,
sadarkah apa semua ini berlangsung memang seperti apa adanya? Mengapa remaja
remaja sekarang hampir sebagaian besar memiliki rupa yang sama. Mengapa
kreativitas kita seakan akan menjadi suatu hal yang langka, dan mengapa
perbedaan menjadi sesuatu yang kita anggap sebagai musuh?. Akhir akhir ini saya
sempat merenung, dan mungkin prihatin terhadap kondisi di sekitar saya. Tak
usah jauh jauh, di kampus, banyak sekali orang orang yang kini menjelma seperti
robot. Hahahahaha, mungkin ucapan saya terdengar berlebihan atau lebay, namun
tidak ada lagi kata yang dapat mewakii mereka. Anda mungkin, sebagai manusia
tentunya masih sadar bahwa Allah SWT menciptakan kita berbeda beda. Namun, kini
berubah mungkin dalam hidup mereka tidak ada kata berbeda, dan sama adalah
sesuatu yang harus mereka penuhi.
“Ini tv kini Cuma sampah……ini tv kini Cuma
sampah belaka……
Entah mengapa engkau bisa hidup
menikmatinya”………………………………….
Menikmati hidup,
hmmmmmmmm………………………………memangya bisa, apalagi jika yang dinikmati adalah
telivisi, sama saja anda melegalkan diri anda menadi orang yang bodoh, atau
mungkin dibodohi dan dibodohkan. Bagaimana tidak, apa yang terjadi dalam hidup
ini, sangat bertolak belakang dengan apa yang di ungkapan di telivisi lewat
berbagai hal seperti iklan, fim, sinetron. Yang menjadi bahaya laten adalah,
ketika kita sebagai manusia tidak lagi dapat membedakan apa yang ada di tv
dengan apa yang ada di kehidupan realita. Praktis, semua aspek dan elemen
elemen hidup seprti nilai, norma, semua berubah dan bergeser ke arah negative.
Konsumerisme, sex bebas, sekulerisme kini tak ubahnya seperti “Tuhan Tuhan
baru” yang siap memberikan kenikmatan semu kepada mereka yang haus akan dosa.
“Saat semua orang tolol berada
dalam spotlight….
Saat semua ketololan menjadi base
is of life……….
Saat semua kebodohan mendarah
daging tanpa pernah kalian sadari……………………….”
Ya…..ketika semua orang hanya tahu
apa yang mereka ingin tahu, mereka seakan akan buta dan menjadi bodoh, tolol,
karena mereka tidak tahu dan paham apa yang sebearnya terjadi. Realita menjadi
imajinasi, dan imajinasi menjadi realita. Kebodohan dan segala kemunafikan yang
terjadi dalam hidup ini dinggap sebagai sesuatu yang memag seharusnya terjadi,
tanpa mau sadar dan mengerti mengapa hal hal seperti ini membelenggu mereka.
Dan terakhir ketika kebodohan itu menjadi pandangan hidup maka anda sebenarnya
tidak hidup dan tidak akan pernah hidup. Karena sejak awal anda terlahir dalam
penjara, yang tidak berbatas, tidak berujung, dan tidak berbau………
Selamat bagi kalian yang merasa diri
anda menjadi orang asing, yang terhindar dari segala fatamorgana itu, dan
hancurlah kalian ketika anda anda sekalian yang menjadikan media, trend,
lifestyle, dan segala atribut globalisasi sebagai “Tuhan”.
Tua adalah pasti, namun dewasa
adalah pilihan…..maka berubahlah dan keluar dari penjara itu
0 komentar:
Posting Komentar