Blogger templates

Pages

Labels

Sabtu, 12 April 2014

Dengan TV anda dapat menjadi 'SAMPAH'



            Kali ini, saya tidak akan membuat tulisan tentang kritik, sindiran, dan cemoohan, namun kali ini saya akan membuat tulisan atau review dari beberapa lagu yang akhir kahir ini menginspirasi saya. Lagu ini, adalah sebuah kumpulan lirik yang diciptakan oleh band rock Jogya, Captain jack. Sedikit lucu judulnya, “TV Sampah”.

            
 Yahh….berangkat dari lagu itu, saya berkeinginan untuk membahasnya lebih mendalam. Lagu ini bercerita tentang bagaimana masyarakat di era globalisasi ini menjadikan telivisi sebagai Tuhan Baru yang dapat mereka sembah dan menemani mereka setiap waktu. Telivisi, seperti yang kita tahu, adalah alat penyampai komunikasi paling banyak di miliki oleh masyarakat. masyarakat miskin, kaya, tua,muda, remaja, anak anak dewasa semuanya tentu sangat gemar dalam menonton TV tak terkecuali saya (dulu).
             
Kecenderungan masyarakat dalam mendapatkan suatu informasi secara instan, membuat mereka berusaha segala daya untuk mendapatkannya, salah satunya dengan memiliki TV. Tidak mahal memang, dan sangat mudah mendapatkannya. Apalagi saat ini, kita sudah disuguhi akan teknologi LCDdan LED TV yang memiliki tampilan gambar lebih menarik daripada TV tabung sebelumnya. Karena terhitung mudah didapatkan, maka saat ini kita dapat menjumpainnya di hampir seluruh rumah, atau tempat tempat umum lainnya. gabungan antara mode suara dan visualisasi, membuat TV memiliki daya tarik sendiri bagi yang melihatnya. Oleh sebab itu, dari dulu hingga sekarang, peminat akan telivisi terus menerus bertambah dan bertambah. Tak hanya itu, kita juga dapat menjumpai orang orang yang hampir 24 jam penuh berada di depan layar telivisi mereka. Lantas, apa saja yang mereka lakukan di depan telivisi tersebut. menonton berita, gossip, politik, kartun, menonton acara kuis hmmmmmmm….. tentu semuanya mereka lakukan. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaiamana dampak yang timbul ketika kita sudah berada dalam level “ketergantungan”.

Di kalimat pertama lagu TV SAMPAH mengatakan bahwa ……”membusuklah di depan layar kaca, dengan drama basi yang kalian lihat setiap hari”………………..
            
 Dari kalimat itu tentu kita sudah dapat mengetahui bahwa telivisi pada saat ini hanya berisikan akan informasi informasi yang bersifat hiburan, baik itu sinetron Ftv dll. 1 kali, 2 kali menonton tayangan yang di suguhkan menurut say no problem, but ketika kegiatan sepele itu dilakukan secara terus menerus, maka yang berakibat adalah doktrin doktrin sesat yang bersarang di orak kita. Tidak percaya?.
           
Kondisi manusia, khusunya psikologi sangat rentan oleh kondisi sekitarnya. Ketika manusia ada dalam kondisi nyaman, maka otak mereka dapat menerima sesuatu yang asing secara mudah dan cepat. Bayangkan, itu hanya terjadi dalam sekali waktu, dan bagaimana jika hal itu terus menerus terjadi. Ya…tidak lain dan tidak bukan kita kemudian akan terpengaruh oleh hal hal fatamorgana yang di sampaikan oleh media telivisi tersebut. beberapa waktu lalu, ketika say pulang ke madiun, saya mencoba mengamati adik saya yang masih SD. Setiap hari, baik itu ketika akan berangkat sekolah, pulang ataupun akan tidur ia selalu sempatkan untuk menonton telivisi. Dan yang membuat saya terkejut adalah ia sering menonton acara kartun spongebob. Tidak ada yang janggal memang ketika kita melihat kartun tersebut, namun sekali kali, lihatlahapa yang tidak dilihat oleh kebanyakan orang. Tayangan spongebob bercerita tentang dua tokoh yaitu spongebob sendiri dan temannya Patrick. Keduanya sehari hari melakukan hal hal aneh yang tentunya membuat siapa saja akan tertawa terbahak bahak. Namun di sisi lain, tayangan spongebob terdapat hal yang aneh dan menurut saya tidak banyak yang menyadarinya.                                                                                                                              
Di tayangan tersebut kita tahum bahwa persoalan yang benar dapat menjadi salah. Begitu juga sebaliknnya, persoalan yang salah dapat menjadi benat. Lalu, apa dampaknya kepada adik saya yang kecil?. Say kenal adik saya sejak kecil, bahkan sebelum ia lahir di bumi ini, oleh sebab itu saya tahu bagaimana sikap dan karakternya. Adik saya tentunya berbeda dengan pendahulunya, adik saya lebih penurut, sedangkan saya adalah tipe pembangkang, pemberontak. Di saat saat tertentu saya mulai menangkap ada hal aneh yang tidak biasa ia lakukan. Adik saya tidak lagi suka menggambar, mewarnai, ataupun kegiatan kegiatan lainnya. yang ia lakukan adalah menonton dan menonton telivisi. Yang lebih parahnya lagi, ketika ia kemudian menjadi sulit untuk berkonsentrasi khusunya saat belajar. Di samping itu, adik saya menjadi lebih suka membantah kepada orang tua. Memang, kondisi psikologis anak terus menerus bertamabah, dan saya sadar ahh paling pengaruh dari teman temannya. Tidak salah, kondisi lingkungan akan sangat berpengaruh kepada individu. Namun, ternyata ada hal lain yang memiliki kecederungan lebih besar daripada pengaruh lingkungan. Yaitu telivisi. Saya kemudian sadar, bagaimana dengan saya yang sudah bertahun tahun bersahabat dengan telivisi tersebut, sedangkan adik saya yang belum lama bersentuhan dengan telivisi dapat dengan mudah terpengaruh kondisi psikilogisnya. Tanpa pikir panjang akuun berinisiatif untuk mengingatkan mereka, dan tentunya mendoktrin ulang agar ia tidak kecanduan dengan acara tersebut. tidak ada kata kata brilian memang, yang saya katakana sederhana, acara itu mengganggu konsentrasi belajarmu. Dan ketika saya kembali Alhamdulillah adik saya tidak lagi kecanduan terhadap acara tersebut. dan baiknya lagi, ketika saya mencoba melihat acara tersebut, adik sanya dengan spontan menolaknya. Itu mungkin sedikit dari sekian banyak dampak negate telivisi yang coba saya ungkap di liik selanjutnya.
“dan berita yang tak jelas tentang hidup orang lain, yang sama sekali bukan urusanmu……”
             
Era globalisasi terkadang di maknai sempit oleh sebagian besar orang sebagai era di mana semua hal menjadi terbuka tanpa ada sekat atau batas apapun. Memang, globalisasi memberikan semua hal yang kita inginkan secara cepat dan mudah baik itu informasi maupun perkembangan teknologi, namun tidak untuk privasi. Perkembangan media komunikasi yang sedemikian rupa membuat beberapa orang ingin terlihat lebih menonjol dan diakui eksistensinya. Oleh sebab itu ramai ramai orang mengupload foto foto mereka di jejaring sosial, tanpa sadar dampak yang ditimbulkan. Di sisi lain, banyak beberapa media eletronik yang dengan tanpa rasa berdosa mengumbar masalah intern beberapa tokoh selebriti, artis, dan tak terkecuali pemerintah. Memang, ada beberapa artis yang menggunakan cara cara aneh itu untuk menguatkan eksistensi mereka, namun ada juga yang menganggap bahwa hal itu sudah menyalahi kode etik jurnalsitik. Yaa…kita bisa liahtr sendiri, dari pagi hingga sore, msta dan pikiran kita terus menerus dijejali oleh infotaiment yang mengupas berbagai kegiatan yang dilakukan oleh seorang artis. Hahahaha, penting banged. Dan lucunya lagi ketika ada beberapa orang yang dengan susah payah memperbincangkannya ketika sedang berkumpul.                                                                               
Memang, tidak salah mengkritik seseorang, namun anda juga tidak akan dibenarkan ketika sudah mencampuri urusan orang lain walaupun ia melakukan tindaka yang sangat tidak terpuji. Karena, …yak arena, mereka tidak satupun yang menginginkan masalah intern mereka tersebar dan diketahui oleh banyak orang. Dan menurut saya buat apa kita mencampuri atau bahkan mengkritik mereka, sedangkan kita tidak memberikan kontribusi apapun terhadap hidup mereka. Di samping itu, kita sebagai masyarakat masih saja gampang di bodohi dengan berita berita yang ada di TV, padahal semua yan diberitakan tidak speenuhnya benar, atau bahkan semuanya salah. Memang, kita sangat haus akan informasi, baik itu yang dapat kita lihat maupun yang belum dapat kita lihat. Namun, namanya masyarakat terkadang, mereka menghalalkan apapun agar tujuan mereka dapat tercapai. Apalagi, masyarakat kita trutama yang ada di pedesaan atau jauh dari kota, masih sangat polos, sehingga mereka mudah saja terpengaruh pada tayangan yng disuguhkan oleh media telivisi.

Di kalimat ketiga, disebutkan……………”cobalah sedikit berpikir dengan semua kontradiksi, banyak pencandu tv lapar dan semua di tv berfoya foya…..”
             
Apa yang mereka maksud dengan kontradiksi?. Seperti yang saya jelaskan di atas tadi, fakta yang diungkapkan dalam telivisi tersbut hanya fatamorgana, artinya sangat bertolak belakang dengan keadaan aslinya, dan parahnya kita meyakininya sebagai suatu kebenaran mutlak. Tidak percaya. Anda sadar, ketika isu isu terorrisme yang sedang marak beberapa waktu lalu sering dikaitkan dengan umat islam. Sekila memang benar, dari baju, atribut mereka menggunakannya seoal olah mereka muslim. Namun, apakan islam memang mengajarkan para penganutnya untuk bertindak demikian, bertindak seperti orang yang frustasi, vandalis, anarkhis. Ya mungkin ada seribu pendapat berbeda, tergantung keykinan anda. Namun saya ingin menjelaskan kepada anda sekalian bahwa terorisme, anarkhisme dan paham paham radikal lainnya tidak pernah dan tidak akan pernah diajarkan oleh Allah SWT kepada para umat muslim di manapun berada. Lantas, mengapa yang diberitakan di media media sangat erat kaintannya dengan umat islam?. Yaaa…sekali lagi atau memang sudah takdir, masyarakat indonesia memang suka mencerdaskan kebodohan.                                                                                          
 Perilaku terorisme sangat erat kaitannya dengan tindakan yang mengancam suatu kondisi, baik itu politik, bangsa atau negara. Tindakan terorisme muncul ketika beberapa kalangan yang menilai dirinya sebagai minoritas merasa termarginalkan dan terganggu eksistensinya. Oleh karena itu, mereka kemudian berperilaku demikian. Yang menjadi janggal adalah ketika pihak yang disudutkan adalah umat muslim, sedangkan mayoritas masyarakat indonesia atau hampir 90% adalah umat muslim. Aneh memang, ketika mayoritas di sebut sebut sebagai penyebab dari masalah tersebut. lalu mengapa masyarakat dapat dengan mudah percaya?. Persoalan percaya atau tidak percaya, sebenarnya kembali lagi kepada individunya, apakah menerima informasi tersebut secara selektif atau menelannya secara mentah mentah. Di samping itu, masyarakat juga terlalu kaku, dan takut untuk memperoleh informasi lain dari media media nonmainstream.

“Kita diajari untuk menilai fisik belaka……………………..mencela moral orang lain tanpa lihat diri sendiri”
            
 Itulah kata yang menurut saya sangat menginterpretasikan masyarakat kita saat ini…jika suatu berita saja dpat mereka maknai secara mendalam dan berarti kebenaran. Bagaimana dengan hal hal lain yang di ungkapkan lewat layar kaca tersebut?. apakah anda pernah berpikir, ketika ikaln yang ada di telivisi hanya sebatas citra semata, apakah anda pernah menganggap bahwa telivisi adalah media doktrin paling efektif?. Dan saya bertanya kembali kepada anda, apa yang merubah hidup anda seperti sekarang ini, apa yang berpengaruh pada hidup anda?. Mayoritas masyarakat kita beranggapan bahwa hidup memang seperti ini, dan kita tidak dapat mengubahnya karena telah berjalan sedemikian rupa. Kita terlalu meremehkan bagaimana dampak yang timbul dari media media yang kita kosumsi setiap harinya, masyarakat kita terlalu di nina bobokkan oleh keindahan dunia lewat tayangan telivisi. Padahal itu semua hanya ilusi. Ilusi untuk apa, bukankah media media tersebut diciptakan sebagai sarana hiburan. Ya…..hiburan, tapi itu hanya sebagian kecil. Jika anda mau menyadari, cobalah liat disekiling anda, orang, keadaan, bangunan, wajah, karakter, dan semuanya. Semua memang harus sadar bahwa hidup ini kana berbah dan terus menerus berubah sampai kita tidak lagi mengikutinya (mati).                                                                                                                                                             
Namun, sadarkah apa semua ini berlangsung memang seperti apa adanya? Mengapa remaja remaja sekarang hampir sebagaian besar memiliki rupa yang sama. Mengapa kreativitas kita seakan akan menjadi suatu hal yang langka, dan mengapa perbedaan menjadi sesuatu yang kita anggap sebagai musuh?. Akhir akhir ini saya sempat merenung, dan mungkin prihatin terhadap kondisi di sekitar saya. Tak usah jauh jauh, di kampus, banyak sekali orang orang yang kini menjelma seperti robot. Hahahahaha, mungkin ucapan saya terdengar berlebihan atau lebay, namun tidak ada lagi kata yang dapat mewakii mereka. Anda mungkin, sebagai manusia tentunya masih sadar bahwa Allah SWT menciptakan kita berbeda beda. Namun, kini berubah mungkin dalam hidup mereka tidak ada kata berbeda, dan sama adalah sesuatu yang harus mereka penuhi.


Ini tv kini Cuma sampah……ini tv kini Cuma sampah belaka……
Entah mengapa engkau bisa hidup menikmatinya”………………………………….
            
 Menikmati hidup, hmmmmmmmm………………………………memangya bisa, apalagi jika yang dinikmati adalah telivisi, sama saja anda melegalkan diri anda menadi orang yang bodoh, atau mungkin dibodohi dan dibodohkan. Bagaimana tidak, apa yang terjadi dalam hidup ini, sangat bertolak belakang dengan apa yang di ungkapan di telivisi lewat berbagai hal seperti iklan, fim, sinetron. Yang menjadi bahaya laten adalah, ketika kita sebagai manusia tidak lagi dapat membedakan apa yang ada di tv dengan apa yang ada di kehidupan realita. Praktis, semua aspek dan elemen elemen hidup seprti nilai, norma, semua berubah dan bergeser ke arah negative. Konsumerisme, sex bebas, sekulerisme kini tak ubahnya seperti “Tuhan Tuhan baru” yang siap memberikan kenikmatan semu kepada mereka yang haus akan dosa.

“Saat semua orang tolol berada dalam spotlight….
Saat semua ketololan menjadi base is of life……….
Saat semua kebodohan mendarah daging tanpa pernah kalian sadari……………………….”
             
Ya…..ketika semua orang hanya tahu apa yang mereka ingin tahu, mereka seakan akan buta dan menjadi bodoh, tolol, karena mereka tidak tahu dan paham apa yang sebearnya terjadi. Realita menjadi imajinasi, dan imajinasi menjadi realita. Kebodohan dan segala kemunafikan yang terjadi dalam hidup ini dinggap sebagai sesuatu yang memag seharusnya terjadi, tanpa mau sadar dan mengerti mengapa hal hal seperti ini membelenggu mereka. Dan terakhir ketika kebodohan itu menjadi pandangan hidup maka anda sebenarnya tidak hidup dan tidak akan pernah hidup. Karena sejak awal anda terlahir dalam penjara, yang tidak berbatas, tidak berujung, dan tidak berbau………
             
Selamat bagi kalian yang merasa diri anda menjadi orang asing, yang terhindar dari segala fatamorgana itu, dan hancurlah kalian ketika anda anda sekalian yang menjadikan media, trend, lifestyle, dan segala atribut globalisasi sebagai “Tuhan”.
Tua adalah pasti, namun dewasa adalah pilihan…..maka berubahlah dan keluar dari penjara itu

0 komentar:

Posting Komentar