Terkadang, kita selalu
bertanya tanya, apa yang sebenarnya mendasari kita untuk terus hidup dan
tinggal di suatu tempat, atau lebih tepatnya apa yang sebenarnya patut kita
perjuangkan dalam hidup ini khusunya yang mengaku sebagai rakyat Indonesia.
Ya…tidak lain dan tidak bukan adalah merdeka dan kemerdekaan. Kedengarannya
memang sederhana, dan mungkin sebagian besar orang akan menganggap bahwa kita
dan mereka sudah benar benar memahami akan makna kata tersebut. apakah benar
demikian adanya?. Merdeka secara sekilas kita artikan sebagai sebuah kondisi di
mana seseorang, kelompok, etnis, bangsa, dapat dengan leluasa untuk melakukan
apa yang mereka suka, apa yang mereka inginkan tanpa terganjal oleh tangan
tangan atau bayangan hitam yang selalu menghantui mereka sebelumnya. Sampai
saat ini, saya masih bertanya tanya apakah benar, kita telah merdeka sejak 68
tahun yang lalu. Saya juga masih bertanya apa yang dapat menguatkan peryataan
bahwa kita sudah merdeka lebih dari setengah abad. Menurut buku pelajaran SMP
yang pernah saay baca disebutkan bahwa suatu negara terbentuk dari beberapa
unsure, yaitu wilayah, pemerintah yang berkuasa, rakyat, dan pengakuan dari
negara lain.
Memang indonesia memiliki wilayah kepulauan yang luas, pmerintah,
rakyat dan penduduk dengan jumlah tinggi namun, ketika kita berbicara mengenai
pengakuan dari negara lain apakah hal tersebut memang hanya sebatas pengakuan,
atau ada hal lain yang lebih penting dari sekedar pengakuan. Sebagai negara
kepulauan sekaligus memiliki wilayah yang luas memang sangat sulit untuk
memimpin dan mengatur negara ini. Apalagi negara kita sangatlah rentan untuk
“diperkosa” negara lain. Di sampingi itu, sebelum merdekapun kita juga sudah
berulang kali “diperkosa” oleh negara negara lain. Ini tentunya menjadi
pelajaran berharga, untuk mengingatkan kepada rakyat Indoesia yang harus
berjuang keras untuk kembali meraih status negara “perawan”. Dengan jalan
kemerdekaan, Indonesia mulai sedikit demi sedikit merangkak memulai kehidupan
baru yang tentunya sangat kental dengan aroma indonesia. 67 tahun berlalu,bukan
waktu yang lama bagi sebuah negara untuk berubah dan lahir sebagai negara yang
benar benar “perawan”.
Tapi, apakah sesederhana itu?. tidak, merubah kondisi
suatu negara yang semula hancur oleh penjajahan dari berbagai jenis penjajah
jauh lebih sulit di bandingkan dengan mencari sebuah status merdeka itu
sendiri. Kondisi msyarakat yang sangat beraneka ragam dan kondisi mental yang
bisa di katakan “downfall” membuat perubahan terjadi lama dan semakin lama.
trauma yang berkepanjangan membuat bangsa ini takut untuk bangun, dan bahkan
takut menatap diri mereka sendiri. Alhasil, bangsa yang baru merdeka ini ingin
mendapatkan sesuatu yang instan, mudah tanpa menjalani proses panjang seperti
halnya ketika mencari sebuah kemerdekaan hakiki. Bangsa yang baik tentunya akan
sangat bangga ketika berhasil menciptakan suatu produk produk yang dapat di
gunakan oleh bangsanya sendiri, syukur syukur barang dan jasa tersebut
digunakan oleh negara lain. Namun, di negara ini kondisi sangatlah bertolak
belakang.
Rakyat Indonesia tidak lagi bangga dengan “nama” mereka, tidak lagi
bangga dengan tanah kelahiran mereka, dan mungkin lupa diri mereka sendiri.
Sebagai negara berkembang, tentunya mau tidak mau mereka harus bangkit dan
menguatkan eksistensi baik diri mereka sendiri maupun negara mereka. Dengan
iming iming menjadi negara maju, mereka secara sadar dan sukarela disertai
pasrah, kembali menjual “keperawanan”. Tapi, kali ini mereka tidak menjual
dengan terang terangan, melainkan secara sembuyi sembunyi bahkan rakyat negeri
ini tidak banyak yang tahu tentang praktik jual beli itu. karena setiap
harinya, media media negeri ini sangat gemar untuk mencekoki rakyat dengan
kesenagan kesenagan semu yang sebenarnya dapat mereka dapatkan dengan baik. Di
sisi lain, pemerintah sebenarnya juga tidak malu malu untuk “selingkuh” dengan
pemerintah dunia lain. Maka tidak heran kita dapat melihat, apakah negeri kita
ini masih bisa di sebut sebagai Indonesia.
Masihkah bisa menyebut negara ini
merdeka, ketika di sepanjang jalan banyak sekali produk produk asing bertengger
untuk menanti peminat, sementara setiap hari pedangang pedagang kecil kita
semakin mengencangkan ikat pinggang mereka. Dari realita yang ada, apakah kita
tidak bertanya sedang di manakah kita, di manakah sebenarnya kita tinggal.
Kemerdekaan memang suda ada di tangan kita sejak 6 tahun silam, namun seberapa
besar kita memanfaatkan kemerdekaan itu, seberapa nyenyak kita tidur hari ini.
Apakah kita sadar jika Indonesia tidak lebih dari gudang simpanan kekayaan para
kapitalis kapitalis dunia, apa kita sadar jika negara kita sewaktu waktu bisa
hancur hanya karena permainan di bursa vallas. Apakah kita sadar, bahwa
pemerintah kita lebih suka untuk membunuh rakyatnya sendiri daripada
melindunginya. Dan satu lagi, apakah
kita juga sadar jika kondisi saat ini tidak lebih baik daripada 68 tahun lalu.
0 komentar:
Posting Komentar