Blogger templates

Pages

Labels

Sabtu, 12 April 2014

Negara Boneka, Boneka Negara...


Terkadang, kita selalu bertanya tanya, apa yang sebenarnya mendasari kita untuk terus hidup dan tinggal di suatu tempat, atau lebih tepatnya apa yang sebenarnya patut kita perjuangkan dalam hidup ini khusunya yang mengaku sebagai rakyat Indonesia. Ya…tidak lain dan tidak bukan adalah merdeka dan kemerdekaan. Kedengarannya memang sederhana, dan mungkin sebagian besar orang akan menganggap bahwa kita dan mereka sudah benar benar memahami akan makna kata tersebut. apakah benar demikian adanya?. Merdeka secara sekilas kita artikan sebagai sebuah kondisi di mana seseorang, kelompok, etnis, bangsa, dapat dengan leluasa untuk melakukan apa yang mereka suka, apa yang mereka inginkan tanpa terganjal oleh tangan tangan atau bayangan hitam yang selalu menghantui mereka sebelumnya. Sampai saat ini, saya masih bertanya tanya apakah benar, kita telah merdeka sejak 68 tahun yang lalu. Saya juga masih bertanya apa yang dapat menguatkan peryataan bahwa kita sudah merdeka lebih dari setengah abad. Menurut buku pelajaran SMP yang pernah saay baca disebutkan bahwa suatu negara terbentuk dari beberapa unsure, yaitu wilayah, pemerintah yang berkuasa, rakyat, dan pengakuan dari negara lain. 

Memang indonesia memiliki wilayah kepulauan yang luas, pmerintah, rakyat dan penduduk dengan jumlah tinggi namun, ketika kita berbicara mengenai pengakuan dari negara lain apakah hal tersebut memang hanya sebatas pengakuan, atau ada hal lain yang lebih penting dari sekedar pengakuan. Sebagai negara kepulauan sekaligus memiliki wilayah yang luas memang sangat sulit untuk memimpin dan mengatur negara ini. Apalagi negara kita sangatlah rentan untuk “diperkosa” negara lain. Di sampingi itu, sebelum merdekapun kita juga sudah berulang kali “diperkosa” oleh negara negara lain. Ini tentunya menjadi pelajaran berharga, untuk mengingatkan kepada rakyat Indoesia yang harus berjuang keras untuk kembali meraih status negara “perawan”. Dengan jalan kemerdekaan, Indonesia mulai sedikit demi sedikit merangkak memulai kehidupan baru yang tentunya sangat kental dengan aroma indonesia. 67 tahun berlalu,bukan waktu yang lama bagi sebuah negara untuk berubah dan lahir sebagai negara yang benar benar “perawan”. 

Tapi, apakah sesederhana itu?. tidak, merubah kondisi suatu negara yang semula hancur oleh penjajahan dari berbagai jenis penjajah jauh lebih sulit di bandingkan dengan mencari sebuah status merdeka itu sendiri. Kondisi msyarakat yang sangat beraneka ragam dan kondisi mental yang bisa di katakan “downfall” membuat perubahan terjadi lama dan semakin lama. trauma yang berkepanjangan membuat bangsa ini takut untuk bangun, dan bahkan takut menatap diri mereka sendiri. Alhasil, bangsa yang baru merdeka ini ingin mendapatkan sesuatu yang instan, mudah tanpa menjalani proses panjang seperti halnya ketika mencari sebuah kemerdekaan hakiki. Bangsa yang baik tentunya akan sangat bangga ketika berhasil menciptakan suatu produk produk yang dapat di gunakan oleh bangsanya sendiri, syukur syukur barang dan jasa tersebut digunakan oleh negara lain. Namun, di negara ini kondisi sangatlah bertolak belakang. 

Rakyat Indonesia tidak lagi bangga dengan “nama” mereka, tidak lagi bangga dengan tanah kelahiran mereka, dan mungkin lupa diri mereka sendiri. Sebagai negara berkembang, tentunya mau tidak mau mereka harus bangkit dan menguatkan eksistensi baik diri mereka sendiri maupun negara mereka. Dengan iming iming menjadi negara maju, mereka secara sadar dan sukarela disertai pasrah, kembali menjual “keperawanan”. Tapi, kali ini mereka tidak menjual dengan terang terangan, melainkan secara sembuyi sembunyi bahkan rakyat negeri ini tidak banyak yang tahu tentang praktik jual beli itu. karena setiap harinya, media media negeri ini sangat gemar untuk mencekoki rakyat dengan kesenagan kesenagan semu yang sebenarnya dapat mereka dapatkan dengan baik. Di sisi lain, pemerintah sebenarnya juga tidak malu malu untuk “selingkuh” dengan pemerintah dunia lain. Maka tidak heran kita dapat melihat, apakah negeri kita ini masih bisa di sebut sebagai Indonesia. 

Masihkah bisa menyebut negara ini merdeka, ketika di sepanjang jalan banyak sekali produk produk asing bertengger untuk menanti peminat, sementara setiap hari pedangang pedagang kecil kita semakin mengencangkan ikat pinggang mereka. Dari realita yang ada, apakah kita tidak bertanya sedang di manakah kita, di manakah sebenarnya kita tinggal. Kemerdekaan memang suda ada di tangan kita sejak 6 tahun silam, namun seberapa besar kita memanfaatkan kemerdekaan itu, seberapa nyenyak kita tidur hari ini. Apakah kita sadar jika Indonesia tidak lebih dari gudang simpanan kekayaan para kapitalis kapitalis dunia, apa kita sadar jika negara kita sewaktu waktu bisa hancur hanya karena permainan di bursa vallas. Apakah kita sadar, bahwa pemerintah kita lebih suka untuk membunuh rakyatnya sendiri daripada melindunginya.  Dan satu lagi, apakah kita juga sadar jika kondisi saat ini tidak lebih baik daripada 68 tahun lalu.

0 komentar:

Posting Komentar