Blogger templates

Pages

Labels

Sabtu, 12 April 2014

Auguste Comte



Pada abad pertengahan, tepatnya pada abad 18, pada saat tersebut  terjadi permasalahan permasalahan sosial yang diakibatkan oleh adanya revolusi industri dan revolusi perancis, akibatnya timbul berbagai masalah, yang khususnya berhubungan erat dengan masalah sosial, munculnya masalah tersebut ternyata juga ikut berperan dalam munculnya para sosiolog sosiolog yang memiliki teori teori dalam menanggapi dan menyelesaikan permasalahan sosial yang muncul pada abad tersebut. Tokoh tokoh tersebut antara lain yaitu, Auguste Comte, Emile Durkheim, Karl Marx, Max Weber dan tokoh tokoh sosiologi lainnya. berikut ini akan dijelaskan beberapa teori yang berasal dari para tokoh tokoh sosiologi tersebut.


Tokoh yang pertama yaitu auguste comte, auguste comte memiliki nama lengkap Isidore Marie Auguste Francois Xavier Comte, beliau  lahir di Montpellier Prancis selatan pada 17 Januari 1798. Setelah menyelesaikan pendidikan di Lycee Joffre dan Universitas Montpellier, Comte melanjutkan pendidikannya di Ecole Polytechnique di Paris. Masa pendidikannya di École Polytechnique dijalani selama dua tahun, antara 1814-16. Masa dua tahun ini berpengaruh banyak pada pemikiran Comte selanjutnya. Di lembaga pendidikan ini, Comte mulai meyakini kemampuan dan kegunaan ilmu-ilmu alam. Pada Agustus 1817 Comte menjadi sekertaris, dan kemudian menjadi anak angkat, Henri de Saint-Simon, setelah comte di usir dan hidup dari mengajarkan matematika. Persahabatan ini bertahan hingga setahun sebelum kematian Saint-Simon pada 1825. Saint-Simon adalah orang yang tidak mau diakui pengaruh intelektualnya oleh Comte, sekalipun pada kenyataannya pengaruh ini bahkan terlihat dalam kemiripan karir antara mereka berdua. Selama kebersamaannya dengan Saint-Simon, dia membaca dan dipengaruhi oleh, sebagaimana yang diakuinya, Plato, Montesquieu, Hume, Turgot, Condorcet, Kant, Bonald, dan De Maistre, yang karya-karya mereka kemudian di kompilasi oleh menjadi dua karya besarnya, the Cours de Philosophie Positive dan Systeme de Politique Positive. Selama lima belas tahun masa akhir hidupnya, Comte semakin terpisah dari habitat ilmiahnya dan perdebatan filosofis, karena dia meyakini dirinya sebagai pembawa agama baru, yakni agama kemanusiaan.

Bersamaan pada saat itu, comte juga mengawali kiprahnya sebagai seorang ahli filsuf dan juga sebagai ahli sosiologi yang terkenal dengan teori jenjang tiga tahap serta terori positifnya. Sebelum masuk pada teori comte yang lebih mendalam, terlebih dulu kita mengetahui latar belakang latar belakang yang mendasari pemikiran pemikiran dari auguste comte.

Pemikiran comte lebih banyak dipengaruhi oleh permasalahan sosial yang ia hadapi pada masa tersebut, antara lain yaitu revolusi perancis. Revolusi perancis yang berkembang dengan segala aliran pikiran yang berkembang pada masa itu membuat  Comte tidak dapat memahami latar belakang revolusi perancis dan juga Restorasi Dinasti Bourbon di Perancis yaitu pada masa timbulnya krisis sosial yang maha hebat dimasa itu. Sebagai seorang ahli pikir, Comte berusaha untuk memahami krisis yang sedang terjadi tersebut. ia berpendapat bahwa manusia tidaklah dapat keluar dari krisis sosial yang terjadi itu tanpa melalui pedoman – pedoman berpikir yang bersifat scientific. Maka revolusi itu merupakan dasar dari pemikiran comte. Hal lain yang mendasari pemikiran comte yaitu filsafat sosial yang berkembang di Perancis pada abad ke-18, aliran reaksioner dari para ahli pikir Thoecratic terutama yang bernama De Maistre dan De Bonald. Aliran reaksioner dalam pemikiran Katolik Roma adalah aliran yang menganggap bahwa abad pertengahan kekuasaan gereja sangat besar, adalah periode organis, yaitu suatu periode yang secara paling baik dapat memecahkan berbagai masalah – masalah sosial. Aliran ini menentang pendapat para ahli yang menganggap bahwa abad pertengahan adalah abad di mana terjadinya stagmasi didalam ilmu pengetahuan, karena kekuasaan gereja yang demikian besar di segala lapangan kehidupan. Comte telah membaca karya – karya pemikir Theocratic dibawah pengaruh Sain– Simont sebagaimana diketahui Sain– Simont juga menganggap bahwa abad pertengahan adalah periode organic yang bersifat konstruktif.

TEORI TEORI AUGUSTE COMTE

Pada intinya, Auguste Comte membagi sosiologi menjadi dua bagian yaitu Social Statis dan Sosial Dinamis. Sosial statis memiliki pengertian sebagai suatu studi tentang hukum– hukum aksi dan reaksi antara bagian– bagian dari suatu sistem sosial. Sosial statis merupakan bagian yang paling elementer dari ilmu sosiologi, tetapi dia bukanlah bagian yang paling penting dari studi mengenai sosiologi, karena pada dasarnya sosial statis merupakan hasil dari suatu pertumbuhan. Bagian yang paling penting dari sosiologi menurut Auguste Comte adalah apa yang disebutnya dengan sosial dynamis, yang didefinisikannya sebagai teori tentang perkembangan dan kemajuan masyarakat. Karena sosial dinamis merupakan studi tentang sejarah yang akan menghilangkan filsafat yang spekulatif tentang sejarah itu sendiri.

Pembagian sosiologi kedalam dua bagian ini bukan berarti akan memisahkannya satu sama lain. Jika sosial statis merupakan suatu studi tentang masyarakat yang saling berhubungan dan akan menghasilkan pendekatan yang paling elementer terhadap sosiologi, tetapi studi tentang hubungan– hubungan sosial yang terjadi antara bagian – bagian itu tidak akan pernah dapat dipelajari tanpa memahaminya sebagai hasil dari suatu perkembangan. Oleh karena itu, Comte berpendapat bahwa tidak akan dapat diperoleh, suatu pemahaman yang layak dari suatu masalah sosial, jika tanpa mengguanakan pendekatan social dynamic atau pendekatan historis.
  
Social Dynamics

Social dinamis adalah teori tentang perkembangan manusia. Comte tidak membicarakan tentang asal usul manusia karena itu berada di luar batas ruang lingkup ilmu pengetahuan. Karena ajaran filsafat positif yang diajukannya mengatakan bahwa semua ilmu pengetahuan haruslah dapat dibuktikan dalam kenyataan. Dia berpendapat bahwa di dalam masyarakat terjadi perkembangan yang terus menerus, sekalipun dia juga menambahkan bahwa perkembangan umum dari masyarakat tidak merupakan jalan lurus. Ada banyak hal yang mengganggu perkembangan suatu masyarakat seperti faktor ras manusia sendiri, faktor iklim dan faktor tindakan politik. Comte juga berpendapat bahwa jawaban tentang perkembangan sosial harus dicari dari karakteristik yang membedakan antara manusia dengan binatang. Menurut Comte, yang membedakan manusia dengan binatang adalah perkembangan inteligensi manusia yang lebih tinggi. Kemudian, Comte melahirkan hukum tentang 3 tingkatan inteligensi manusia atau hukum 3 tahap perkembangan manusia , yaitu pemikiran yang bersifat theologis atau fictious, metaphisik atau abstrak, scientific atau positive. Sejarah umat manusia sebenarnya ditentukan oleh pertumbuhan dari pemikiran manusia, hukum tertinggi dari sosiologi haruslah hukum tentang perkembangan inteligensi manusia.

The Law of three stages ( hukum tiga tahap )
Merupakan hukum tentang perkembangan inteligensi manusia, dan yang berlaku tidak hanya terhadap perkembangan manusia, tetapi juga berlaku terhadap perkembangan individu. Hukum ini merupakan generalisasi dari tiap bagian dari pemikiran manusia yang berkembang semakin maju melalui 3 tahap pemikiran, yaitu The Telogical, or Fictitious; The Metaphysical or Abstract; dan The Scientific, or Positive.

Tahap tingkatan pemikiran yang bersifat theological atau fictious dibagi kedalam 3 bagian yaitu Fethism, adalah untuk menggambarkan tingkatan pemikiran yang menganggap bahwa semua gejala yang terjadi dan bergerak berada dibawah pengaruh dari suatu kekuatan supernatural atau suatu kekuatan ghaib. 

Dalam pemikiran ini, manusia menginterpretasikan ( menuangkan ) segala hal sebagai karya (hasil tindakan) dari supernatural being. Oleh para ahli bidang agama dianggap sebagai tahap perkembangan agama pada tingkatan yang animisme. Tetapi evolusi pemikiran manusia berlangsung terus. Melalui suatu proses atau daya imajinasi, manusia mulai menyederhanakan daripada kekuatan-kekuatan gaib yang dianggap menguasai segala benda-benda dan sesuatu yang bergerak itu. Proses penyederhanaan ini menuju ke arah tahap pemikiran yang bersifat politheisme. Politheisme, yaitu tingkat pemikiran bahwa segala sesuatu yang di alam ini dikemudikan oleh kemauan dewa-dewa. Dalam ini timbulah anggapan bahwa dewalah yang menguasai gejala-gejala tertentu, dimana masing-masing dewa itu hanya mengatur suatu kekuatan atau bagian khusus tertentu. Dari tahap pemikiran politheisme, terjadilah hal-hal yang bersifat kontradiktif, terutama mengenai kekuatan dari berbagai dewa. Ada semacam kekayaan yang timbul dan manusia akhirnya tiba pada suatu kesimpulan, bahwa dari berbagai dewa-dewa tersebut, pastilah ada suatu dewa yang dianggap memiliki kedudukan tertinggi, dibandingkan dengan dewa yang lain. Tahap ini kemudian menjurus kearah strukturisasi dari para dewa tersebut, yaitu anggapan atau pengakuan terhadap adanya dewa yang tertinggi yang mengatur dewa-dewa yang lain. Dari pemikiran penyederhanaan dewa-dewa tersebut, sampailah manusia pada tingkat pemikiran yang menganggap bahwa hanya ada satu Tuhan yang mengendalikan alam ini, yang disebut dengan monotheisme.


The Law of the hierarchie of the sciencies (hierarki dari ilmu pengetahuan)

Di dalam menyusun susunan ilmu pengetahuan, Comte menyadarkan diri kepada tingkat perkembangan pemikiran manusia dengan segala tingkah laku yang terdapat didalamnya. Sehingga sering kali terjadi didalam pemikiran manusia, kita menemukan suatu tingkat pemikiran yang bersifat scientific. Sekaligus pemikiran yang bersifat teologi didalam melihat gejala-gejala atau kenyataan-kenyataan.

The Law of the correlation of practical activities
Comte yakin bahwa ada hubungan yang bersifat natural antara cara berfikir yang teologi dengan militerisme. Cara berfikir teologi mendorong timbulnya usaha-usaha untuk menjawab semua persoalan melalui kekuatan(force). Karena itu, kekuasaan dan kemenangan selalu menjadi tujuan daripada masyarakat primitif dalam hubungan satu sama lain.

Pada tahap yang bersifat metafisika, prinsip-prinsip hukum (khususnya hukum alam) menjadi dasar daripada organisasi kemasyarakatan dan hubungan antara manusia. Tahap metafisika yang bersifat legalistik demikian ini merupakan tahap transisi menuju ke tahap yang bersifat positif.

The Law of the correlation of the feelings
Comte menganggap bahwa masyarakat hanya dapat dipersatukan oleh feelings. Demikian, bahwa sejarah telah memperlihatkan adanya korelasi ( hubungan ) antara perkembangan pemikiran manusia dengan perkembangan dari social sentiment. Didalam tahap yang teologis, sentiment sosial dan rasa simpati hanya terbatas dalam masyarakat lokal atau terbatas dalam city state. Tetapi dalam abad pertengahan, sosial sentiment berkembang semakin meluas seiring dengan perkembangan agama Kristen. Abad pertengahan adalah abad yang oleh Comte dianggap sebagai abad dalam tahap metafisis. Tetapi dalam tahap yang positif/ scientific, simpati sosial berkembang menjadi semakin universal. Comte yakin bahwa sikap positif dan scientific pikiraan manusia akan mampu memperkembangkan semangat perasaan sosial(social simpati).


Social statics
Dengan social statis dimaksudkan Comte sebagai teori tentang dasar masyarakat. Comte membagi sosiologi kedalam dua bagian yang memiliki kedudukan yang tidak sama. Sekalipun social statics adalah bagian yang lebih elememter didalam sosiologi tetapi kedudukannya tidak begitu penting dibandingkan dengan social dynamics. Fungsi dari sosial statics adalah untuk mencari hukum – hukum tentang aksi dan reaksi dari pada berbagai bagian didalam suatu sistem sosial. Sedangkan dalam sosial statics mencari hukum – hukum tentang gejala – gejala sosial yang bersamaan waktu terjadinya. Didalam sosial statics, terdapat 4 doktrin yaitu doktrin tentang individu, keluarga, masyarakat dan negara.

0 komentar:

Posting Komentar