Blogger templates

Pages

Labels

Sabtu, 12 April 2014

Marxisme


            Ketika membicarakan mengenai konsep Marxisme, tentu tidak dapat lepas dari teori teori Marx sendiri. Namun, perlu di garis bawahi bahwa marxisme bukan merupakan teori yang di cetuskan oleh Karl Marx sendiri, melainkan berasal dari orang orang yang memiliki pandangan dan terpengaruh oleh teori teori marx. Marxisme dapat disebut sebagai dasar atau inti dari ajaran komunisme. Pandangan marxisme sangat kental dengan konsep materialisme, yaitu menekankan pada hal atau atas dasar kebendaa. Dengan demikian marxisme dapat dikatakan sebagai filsafat yang bertolak dari realitas kongret (material) dan dirancang sebagai alat berpikir untuk melakukan perubahan dunia konkret, dunianya umat manusia. Di sisi lain marxisme juga dijadikan sebagai alat untuk membongkar tipu daya palsu yang bersembunyi di balik sistem yang konon “suci dan sopan”. Marxisme juga membantah kalim klaim moral manipulative yang konon berdasar wahyu tuhan, tetapi pada kenyataanya adalah “wahyu kerakusan” yang membuat nestapa nasib manusia karena suatu rekayasa jahat yang sangat di benci tuhan, dengan kata lain tuhan tentu tidak pernah menurunkan wahyu ketidakadilan selain karena ulah tangan tangan manusia sendiri.
                                                                                                        
Semenjak kelahirannya di akhir abad 19 sampai awal abad 21 ini, marxisme telah banyak membawa damapak yang luar biasa bagi kehidupan manusia, khususnya guna mendobrak manipulasi ideologis yang menyembunyikan penipuan missal, selain itu, marxisme juga menawarkan panduan ideology bagi rakyat yang tertindas. Menurut orang orang penganut marxis, marxisme merupakan tindakan konkret kea rah penyelamatan sosial, di sisis lain, bagi penentang ajaran marxis, marxisme dipandang sebagai momok yang menakutkan. Ia tidak hanya dikecam, melainkan juga di buru dan di kutuk oleh kaum rekasioner (penentang ajaran marxisme) yang bertahan melakukan penghisapan dan ketidak adilan orang banyak demi keuntungan segelintir orang. 

Marxisme memang menjadi sebuah pijar optimisme di tengah tengah masyarakat kapitalis yang penuh kontradiksi dan antagonism kelas, serta menjadi penentang adanya asumsi bahwa adanya keadilan merata secara nyata di masyarakat. Lantas, bagaimana sejatinya marxisme tersebut?, banyak ahli yang menganggap bahwa marxisme merupakan pemikiran ilmiah yang penuh dengan ambigu dan syarat akan manipulasi ideologi. Di lain sisi, juga ada yang menganggap bahwa marxisme merupakan ideologi yang berpihak kepada kaum tertindas (proletar), sehingga dapat disimpulkan bahwa marxisme bukanlah ilmu karena telah berpihak. Akan tetapi sebagai sebuah ideologi, marxisme mampu menyatukan filsafat, moralitas, ekonomi politik ke dalam panduan praksis untuk merombak ketimpangan tatanan structural masyarakat dunia di bawah sistem kapitalisme yang penuh dengan kebusukan.          

 Menurut penganutnya, Marxisme di bagi menjadi tiga komponen. Yang pertama yaitu filsafat. Sebagaimana yang kita telah ketahui bahwa filsafat menjadi pencetus lahirnya rasionalitas manusia yang sebelumnya terbungkus secara gelap dalam dongenng dan mitologi yang membutakan pemahaman umat manusia tentang hakikat realitas. Seperti halnya fislafat lain, marxisme mencoba menghapus konsep dongeng atau mitologi dengan menggunakan dasar materialisme (menekankan pada aspek kebendan),   

Di samping itu, filsafat materialisme merupakan filsafat yang menyangkal kenyataan roh sebagai pencipta kenyataan. Filsafat materialisme berlandaskan pada pengakuan eksistensi alam, matahari, bumi, bulan, dan manusia yang diberkati dengan kesadaran dalam kemampuan berpikir, selain itu materialisme tidak mengakui adanya hal hal ghaib termasuk menyakini eksistensi adanya tuhan maupun dewa sebabhal tersebut dianggap menyimpang dari pemikiran rasional. Menurut Marx, "Bukan kesadaran sosial yang menentukan kenyataan sosial, melainkan kenyataan sosial yang menentukan kesadaran." Makanya untuk mengerti dan mendefinisikan sebuah filfasat, teori ataupun ideologi, terutama kita perlu menganalisis "kenyataan sosial" yang merupakan dasar filsafat itu. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa hal yang mendasari filsafat marxime adalah bentuk lain dari materialisme, yaitu atheisme. Dasar tersebut diambil dari pengamatan Marx ketika ia memandang bahwa adanya kegagalan gereja Kristen protestan merespon dan menghadapai tantangan tantangan global dan social yang terjadi pada abad ke 19. Atheisme bukan merupakan hasil dari konteks social politik, melainkan merupakan ideologi anti agama.                                                                                                          
 Komponen yang kedua yaitu ekonomi politik. Terdapat dua hal yang melatarbelakangi konsep ekonomi politik tersebut yaitu (1) dia tidak berkembang dalam tertib social yang terdahulu, melainkan lahir sebagai sebuah aktivitas yang sadar dari suatu negara revolusioner yang mengenut rancangan yang telah dipahami sebelumnya. (2) system yang ditumbuhkan sedemikian diharapkan akan berjalan dengan cara yang direncanakan, dalam pengertian tujuan tujuan yang terpilih, dan dalam arti cara cara yang ditentukan melalui suatu proses pengawasan dari alokasi sumber sumber manusia dan materi pada skala nasional. Peranan factor ekonomi dalam teori marxis tentang perkembangan masyarakat hanya dapat dimengerti dengan baik apabila isi khusus dari gagasan ekonomi marxis di kuasai secara utuh. Marxisme merangkum keseluruhan hubungan manusia dalam proses produksi dan distribusi serta jasa. “Marxisme tidak mempunyai kepentingan dalam pemilihan ekonomi atau distribusi dari sumber sumber yang langka antara tujuan tujuan yang bersaing. Tetapi, dalam ekonomi politik marxis, tekanan tidak diletakkan pada logika pilihan yang abstrak, melainkan pada situasi social yang menentukan logika logika ini dan tingkah laku agen agen ekonomi. Sehingga dapat dikatakan Marxisme menolak asumsi konvesional tentang kesamaan seluruh partisispan dalam pertukaran pasar, dan berusaha menemukan dasar dasar kekuatan relatif dalam pasar, terutama karena penjual dan pembeli buruh yang berkepentingan. Menurut teori marxis, penetu penentu akhir dari kekuatan relative ini harus dicari dalam pemilihan alat alat produksi, yang merupakan elemen utama hubungan produksi. Mekanisme pembangunan social ekonomi yang membentuk sasaran utama kepentingan bagi Marxisme digambarkan dalam istilah interaksi dialektis antara kekuatan dan hubungan hubungan produksi.                                                                           

Dan komponen yang terakhir yaitu sosialisme. Dengan melihat bahwa teori teori marxis menghendaki adanya masyarakat yang memiliki keadilan dan kesejahteraan secara merata, ia kemudian memiliki gagasan bahwa masyarakat merupakan kelompok kelompok yang sebenarnya tidak memiliki kelas atau strata sehingga dapat dimungkinkan terciptanya keadilan. Menurut pandangan marxis, bahwa factor factor ekonomi dan produksi tidak di pegang oleh para kaum borjuis melainkan di bagi dan dipegang oleh masyarakat kelas bawah, sehingga sosialisme dapat diartikan sebagai suatu system social ekonomi yang menghendaki adanya perekonomian yang di pegang oleh masyarakat kelas bawah dan bukan kaum borjuis.















Daftar pustaka
1.      Ebenstein, Wiliam dan Fogelman, Edwin. 1994. Isme Isme Dewasa Ini. Jakarta: ERLANGGA.
2.      Lloyd, Christopher. 1986. Teori Ssosial dan Praktek Politik. Jakarta: CV Rajawali.
3.      Prabowo, Hary. 2002. Perspektif Marxisme Tan Malaka: Teori dan Praksis Menuju Republik. Yogyakarta: Jendela.

0 komentar:

Posting Komentar