Blogger templates

Pages

Labels

Sabtu, 12 April 2014

Sadar Lebih Baik………


Kehidupan memang tidak ada habinya, seperti melalui sebuah lorong panjang gelap dan kita tidak tahu ada hal apa yang menimpa diri kita selanjutnya. Terkadang hidup ini member sedikit cambukan keras agar kita semakin cepat melalui bagian demi bagian dari lorong iru, ada pula yang menjadikna lorong tersebut sebagai tantangan yang sebenarnya, dan ada pula menjadikan lorong panjang itu hanya sebagai pendamping hidup. Hidup sebagai manusia, bukan hanya sebatas kita menjalaninya, tanpa tahu akan arah dan konsekuensi. 


Hidup ini tidak hanya berkutat seputar makan minum, hura hura, sex dsb. banyak orang, yang setiap harinya hanya merenungi apa yang terjadi dan engga untuk bangkit. Ada pula yang sehari harinya terus menerus berdoa tanpa mau untuk mewujudkan doa doanya tersebut. ada pula beberapa orang yang sangat sibuk menumpuk numpuk uang, entah digunakan untuk apa yang jelas mereka telah di takdirkan untuk melakukan itu semua. 

Bagaimana seharusnya menyikapi hidup yang semakin hari seperti merenggut nyawa kita secara pelan pelan yang tanpa kita sadari sudah menjadi sebuah hal yang biasa. Berbagai masalah hidup yang sering sekali menjatuhkan kita, tak jarang member pesan kepada kita, bahwa lorong panjang tersebut belumlah usai. Ada banyak sekali bagian bagian dari lorong panjang tersebut yang kelak akan memberikan sesuatu hal yang lebih besar dari apa yang kita dapatkan sebelumnya. Namun, terkadang manusia lekas lupa, dan acuh bahwa ujian ujian yang kita alami ketika kita mulai hidup adalah salh satu kunci jawaban serta kata kunci untuk meyelesaikan ujian selanjutnya. Ujian ujian yang telah menimpa kita baik itu karena sengaja atau hanya dianggap sebagai angin lalu. 

Padahal jika kita paham, apa yang kita lakukan sekarang akan menjadi buah di masa yang akan mendatang. Di sisi lain, ujian ujian hidup yang terus menimpa kita, merupakan salah satu cara agar kita berubah untuk menghadapi yang lebih besar, jika tidak tentu kita akan mengalaminya lagi. Kesadaran memang diperlukan bagi setiap manusia di bumi ini agar hakikatnya sebagai mahkluk paling sempurna dapat terus melekat. Masalah masalah yang menimpa kita, pada umunya adalh cerminan dari masalah yang kita dapatkan pada waktu waktu sebelumnya. 

Lantas, mengapa hal tersebut menimpa kita kembali, dan mengapa kita lekas belajar dari permasalahan tersebut. entahlah, akupun juga tidak tahu. Masalah akan selalu menimpa bagi seseorang, bangsa, negara, ketika mereka sudah mulai lupa akan apa yang mereka dapatkan sebelumnya. Mengingat persoalan seperti ini, saya menjadi ingat ketika negeri ini dirundung masalah masalah yng sebetulnya masalah klasik dan seharusnya dapat terselesaikan. Berbagai permasalahan baik itu sosial, maupun politik terus menerus menghajar bangsa ini, ketika negeri ini ingin mencoba bangkit dari tidur panjangnya. Tidur panjang, akibat ter nina bobokan oleh kebahagiaan semu, yang di berikan oleh pemimpin negeri ini. masa masa keemasan orde baru menjadi sebuah romantika yang terus menerus membekas dan menjadi suatu hal yang diimpi impikan oleh seluruh orang di negeri ini. 

harga kebutuhan murah, apa apa murah dan mudah didapatkan menjadi sebuah hal dasar dari keberhasilan pemerintah yang ideal. Namuun, apakah itu yang sebenarnya di inginkan oleh masyarakat sekarang. Kita tentu masih ingat ketika era orde baru mengeluarkan program REPELITA 1 -5. Ketika program itu dimulai, hampir seluruh wilayah di negeri ini mengalami penetrasi dan progresivitas yang sangat tinggi di bidang ekonomi dan sosial. Pembangunan demi pembangunan terus menerus di gencarkan. Memang program tersebut sangat trasa sekali bagi masyarakat di negeri ini. akan tetapi, apakah hal itu berjalan lancar, tanpa hambatan, tanpa ada kebusukan di belakangnya. 

Oww tidak, hal itu tidak berlangsung lama, ketika rakyat sudah mulai bosan dan tahu bahwa semua yang dilakukan hanya untuk kepentingan para birokrat negeri ini. keuntungan memang di rasakan rakyat, namun itu tidak seberapa jika di bandingkan dengan apa yang sudah mereka sembunyikan. Ahhh, sudahlah, itu jaman dulu, bukan sekarang, sekarang beda. Beda apanya, ya beda. Dan saya masih sempat bingung dan bimbang ketika membandingkan kinerja pemerintah dulu dengan sekarang. Ada yang bilang, jika di era orde baru, harga barang sangat trjangkau, sedangkan hari ini kita mencoba bertahan dengan kondisi yang tidak pasti. 

Saya terkadang ingin tertawa, melihat orang orang yang sedang berdemo menuntut penurunan harga suatu kebutuhan pokok, misal BBM. Memang, harga BBM terus menerus bertambah akan tetapi mengapa mereka mereka juga terus menerus menambah kendaraan bermotor mereka, mengapa mereka lebih suka menggunakan kendaraan pribadi meskipun kondisi jalanan macet. Itulah yang sebenarnya harus di benahi. Pola pikir kita masih jauh dnegan negara negara lain yan tentunya lebih beradab. Masyarakat negeri ini lebih suka mencemooh pemerintah daripada memberikan solusi dan membenahi kondisi pola pikir mereka. 

Hal lain yang tak kalah anehnya adalah soal korupsi. Siapapu orangnya, baik itu artis, ataupun pejabat jika melakukan korupis terus menerus di beritakan dan di ekspose secara berlebihan tanpa paham akan privasi seseorang. Kalau memang mereka terbukti melakukan korupsi yang sudah, adili yang seadil adilnya. Namun, di negeri ini aneh, ketika mereka ramai ramai menyalahkan para koruptor tersebut, sedangkan budaya hidup mereka adalah dasar dari perilaku korupsi itu sendiri. Ingin bukti, coba lihat masyarakat kita khusunya masyarakat jawa yang kental dengan sikap anti transparan, opportunis, dan tidak memiliki budaya orientasi waktu. 

Dan yang menjadi permasalahan adalah mengapa orang orang tersebut dapat duduk di kursi jabatan, yang sebenarnya sama sekali cocok bagi mereka. Yahh, tak lain dan tak bukan karena memang kondisi sosial kita sudah sejak lama membusuk. Saya tidak akan menyalahkan siapapun, baik mereka yang sudah sekian triliyun atau para pendemo yang sok menuntut perubahan, namun cuma omong kosong. Saya tahu pemerintahan kita sudah busuk, akan tetapi mengapa masyarakatnya ikut ikutan membusuk, mengapa mereka tidak lekas sadar akan sikap dan budaya mereka. 

Dalam beberapa waktu terakhir sedang hangat diberitakan tentang pemilu yang baru saja kita mulai beberapa hari yang lalu. Saya tahu dan paham, bahwa kandidat dari maisng maisng partai tersebut sebenarnya memiliki maksuda dan tujuan yang sama, yaitu mementingkan golongan, meskipun partai tersebut berlatar belakang agama. Yang menjadi persoalan adalah mengapa mereka masih bisa bisanya mengangkat isu isu kesejahteraan dsb yang syarat akan visi misi pro rakyat itu. bukan apa apa memang, mengumbar iklan seperti itu. 

Sebetulnya, apakah demokrasi idealnya seperti ini, mengumbar sejuta janji tanpa paham akan semua konsekuensi.
Menentukan pemimpin dari voting atau pemungutan hasil suara terbayak menurut saya bukanlah hal benar, dan tidak dapat dibenarkan. Pergantian pemimpin di negeri ini, menurut saya seperti pergantian pemimpin ketua kelas. apa artinya, ya…hanya sebagai symbol semata. Jika kita jeli untuk melihat, bahwa partai partai politik yang ada sebenarnya sangat berhubungan erat, dan bukan sebagai rival sebagaimana yang diberitakan oleh media. 

Dan contoh yang jelas adalah yang digembar gemborkan saat ini. hahahahahaha, kita tentu sudah tahu kan orangnya, ya…yang suka pake baju kotak kotak merah itu. sekilas memang terlihat baik, namun itu kan hanya tampilan luarnya. Masyarakat kita tidak butuh pemimpin cakep kok, tidak butuh pemimpin yang cantik, namun masyarakat negeri ini butuh pemimpin yang dapat membuktikan apa yang kita anggap sebagai baik dan benar itu. sebagai salah satu mahasiswa, saya sempat terkejut ketika ada orang yang begitu di puja puja layaknya seorang Tuhan.
Bagaimana tidak terpilih dua kali menjadi walikota solo, adalah modal paling konyol untuk menduduki posisi yang lebih tinggi. Padahal, menurut pemahaman saya kota yang sebelumnya ia pimpin dan sekaligus menjadi tempat saya kuliah, tidaklah seperti apa yang diberitakan oleh media. Banyak sekali masalah masalah serius, mulai pengangguran dan tingginya pelacuran yang belum di selesaikan oleh ‘si baju kotak’ itu. apalagi kota ini semakin hari semakin sempit dan padat, karena banyak didirikan mall dan hotel. 

Lantas, mengapa ‘si baju kotak’ dapat menjadi Tuhan baru di masyarakat. pertanyaan cerdas, sekaligus membingungkan. Terkadang, untuk membuat jalan yang dapat dilewati truk truk besar butuh alat alat yang juga besar dan cerdas. Begitu juga dengan pencalonan ‘si baju kotak’. Sosok yang terkesan kalem, ramah dan gemar blusukan ternyata menjadi senjata ampuh agar truk truk besat itu dapat lalu lalang dengan lancar. Pencalonan jokowi sebagai presiden sebenarnya sudah direncakan jauh jauh hari sebelum ia duduk sebagai gubernur DKI. Citra yang terus menerus diberikan oleh media media, menjadi cara ampun untuk mendoktrin masyarakat. 

karena seperti yang kita tahu, masyarakat kita masih terlalu dini untuk melihat hal hal semacam ini. mereka terlalu cepat mencerna apa yang disampikan oleh media, meskipun itu adalah kebohongan terbesar yang pernah ada. Kasus jokowi sebenarnya hampir sama dengan presiden kita SBY. Dulu, ketika beliau belum memimpin negeri ini, media juga sangat rajin untuk mengiklankan slogan slogan partai mereka yang anti korupsi. Namun, itu kan hanya iklan dan benar saja ketika mereka berhasil mendapatkan suara terbanyak, semua sudah tahu siapa koruptor sebenarnya. Nahh, yang saya takutkan adalah ketika hal tersebut menjadi dejavu yang akan lebih merugikan masyarakat.

Seharusnya masyarakat harus paham dan sadar bahwa sistem yang busuk juga akan melahirkan pemimpin yang busuk pula, dan itu pasti terjadi. Oleh karena itu, di awal saya tadi sudah mengatakan jika masyarakat di negeri ini tidak sadar apa yang sudah menimpa diri mereka, maka hal itu akan kembali menimpa diri mereka, jauh lebih besar, jauh lebih buruk. Mengikuti sistem yang ditetapkan oleh pemerintah, memang tidak salah akan tetapi lebih baik jika kita selalu paham dan selektif serta waspada terhadap kemungkinan apa saja yang akan terjadi

0 komentar:

Posting Komentar