Nasionalisme
Tidak
ada manusia di dunia ini yang tidak memiliki masalah, begitu juga dengan sebuah
bangsa atau lebih tepatnya sebuah negara. Ya, negara baik itu kecil, sedang,
besar, maju ataupun masih berkembang tentunya memiliki masalah masalah yang
sampi saat ini masih belum bisa di pecahkan dan diselesaiakan oleh pemerintah.
Permasalahan yang muncul kerap kali kita identikan sebagai buah dari kegagalan
pemerintah dalam mewujudkan program programnya yang mayoritas tidak dapat
mereka lakukan. Aneh memang, ketika beberapa elit politik negeri ini mencoba
membuat sistem sendiri, akan tetapi mereka malah tidak dapat menjalankannya
dnegan baik.
Akan tetapi, di tulisan saya kali ini tidak akan membahas tumpukan program program pemerintah, namun kita hanya membahas sebuah hal dasar, hal dasar yang melatar belakangi mengapa kita harus tetap tinggal di negara ini. NASIONALISME, sebuah kata yang mungkin beberapa orang sudah jenuh untuk mendengar bahkan mengucapkannya. Nasionalisme yang kita kenal adalah paham atau ideology yang menuntut kita untuk cinta tanah air, baik itu berupa cinta kebudayaanya maupun cinta cinta yang lainnya……hahahaha. Berbeda dengan negara Amerika yang penduduknya dengan suka rela untuk mencintai tanah air mereka, Indonesia negara kepulauan terbesar yang ada di asia bahkan di dunia rela mati matian untuk memperjuangkan ideology konyol tersebut. bagaimana tidak, negara ini bagaikan seperti negara yang isinya bukanlah manusia, melainkan robot robot yang tiap hari terus dijejali dengan moral dan formalitas tanpa esensi apapun.
Dan parahnya lagi, ketika kita melihat anak anak SD dengan semangatnya mengikuti upacara upacara yang dilakukan setiap hari senin tanpa tahu apa makna di balik ritual itu. di sisi lainnya, remaja remaja kita lebih suka “mencintai” budaya budaya asing yang mereka pahami dari berbagai media. Lantas, bagaimanakah masa depan romantika nasionalisme bangsa kita….apakah masih tetap kita jaga atau akan hanya menjadi sejarah pula. Nasionalisme, nasionalisme, dan nasionalisme itu kata kata yang digembar gemborkan oleh orang orang yang kita kenal sebagai PAHLAWAN. Tak cuma itu, orang orang yang ngaku pahlawan juga turut andil untuk mendoktrin kita agar mau berNASIONALISME. Mereke mengaggap jika nasionalisme merupakan trobosan besar agar bangsa ini mampu menjadi sebuah bangsa yang mandiri, dan berwibawa di mata internasional.
Benarkah demikian?. . . . . . beberapa ribu anak indonesia yang setiap harinya di jejali dengan ajaran nasionalisme, pertanyaanya, berapa anak yang menghayati hal tersebut? berapa anak yang dengan kesadaran pikiran dan nurani mereka mau untuk menganut itu semua? Masihkah mereka memiliki keinginan untuk terus memperjuangkan nasioanlisme mereka?. Mari kita jawab satu persatu. Sebelum kemerdekaan penuh berada di tangan bangsa indonesia, negara kepualuan ini sudah di kenal memiliki beragam budaya, beragam suku, agama, dan yang terpenting sumber daya lamnya yang melimpah, sampai sampai karena terlalu melimpah pemerintahnya menyetujui adanya post kolonialisme yang dilakukan oleh negara negara maju macam Amerika.
Keanekaragaman itulah yang menjadi cirri unik yang tidak dimiliki oleh negara manapun di dunia ini, sehingga menyebabkan indonesia menjadi incaran negara negara maju tersebut unutk dijadikan “lumbung kemakmuran” mereka sampai detik ini. Dengan berbagai cara, negara negara itu kemudian menciptakan “hiburan hiburan baru” untuk mengelabui bangsa ini agar tunduk kepada mereka. Ya, tidak lain dengan menyebarkan isu isu golbalisasi, demokrasi, HAM, dan berbagai pernak perniknya termasuk nasionalisme. Sampai saat ini, masih banyak orang orang dengan tanpa dosanya meyuarakan nasionalisme tanap sadar bahwa merekapun tidak tahu sama sekali apa esensi dari nasionalisme tersebut. sebagai negara yang memiliki beragam suku dan kepercayaan serta agama, tidaklah mudah untuk hidup dan beradaptasi di negara ini.
Hampir setiap hari kita disuguhi dengan informasi informasi yang sepertinya memberitahukan kepada kita akan adanya disintergrasi bangsa. Mulai konflik antar suku, antar agama dan antar pelajar yang akhir akhir ini sangat ngetrend. Di tambah lagi dengan kebijakan kebijakan “orang pintar” (pemerintah) negeri ini yang dari dulu sampai sekarang masih terkesan berat sebelah. Mereka menyuarakan adanya keadilan, kesejahteraan, dan bahkan kemakmuran namun alhasil di sana sini masih kita temui adanya konflik, kesenjangan semakin melebar, kemiskinan semakin menjamur, dan sepertinya bangsa ini telah menjadi bangsa yang tergantung, konsumtif tak terkecuali soal ideology. Pancasila, dengan embel embel pluralisme menjadi suguhan utama ketika kita mulai mendalami nasioanlisme tersebut. aneh memang, ketika bebeberapa suku, kepercayaan dan agama yang berbeda di paksa untuk akur dan tenteram serta hidup berdampingan di negara ini.
Cukup banyak tempat memang untuk menampung mereka semua tapi tidak cukup tempat untuk menampung aspirasi serta ideology mereka. Tak heran, ketika kita diminta untuk membuat konesnsus skala nasional kita tidak akan pernah berhasil untuk membuatnya. Di sisi lain, masyarakat kita sepertinya tidak bosan bosannya di bodohi oleh pemerintah mereka sendiri. Mereka di paksa menuruti akan program program pemerintah, padahal itu semua hanya bertujuan memperbaiki citra pemerintah yang sudah sekian lama suram. Masalah lain yang perlu kita sadari adalah budaya korupsi yang semakin lama semakin tidak terbendung. Beragam orang, beragam jabatan serta kedududkan hampir semua pernah melakukannya. Lantas jika seperti ini siapa yang perlu disalahkan, siapa yang perlu untuk menghentikannya.
Masalah masalah inilah yang sebenarnya menjadi penyebab mengapa kita tidak menasionalismekan diri kita secara sadar. Nasionalisme atau apalah itu kini hanya menjadi omong kosong di otak rakyat indonesia. Pemerintah dan bawahannya setiap hari menyuarakan hal tersebut tanpa tahu apa yang sebenarnya yang dihadapai oleh rakyatnya sendiri. Oleh sebab itu sebuah pertanyaan besar, apakah kita masih mau berjuang dengan embel embel nasionalisme? Apakah kita masih mau berjuang dengan pemerintah yang sampai detik ini hanya mengbodohi dan menghianati kita……….
Akan tetapi, di tulisan saya kali ini tidak akan membahas tumpukan program program pemerintah, namun kita hanya membahas sebuah hal dasar, hal dasar yang melatar belakangi mengapa kita harus tetap tinggal di negara ini. NASIONALISME, sebuah kata yang mungkin beberapa orang sudah jenuh untuk mendengar bahkan mengucapkannya. Nasionalisme yang kita kenal adalah paham atau ideology yang menuntut kita untuk cinta tanah air, baik itu berupa cinta kebudayaanya maupun cinta cinta yang lainnya……hahahaha. Berbeda dengan negara Amerika yang penduduknya dengan suka rela untuk mencintai tanah air mereka, Indonesia negara kepulauan terbesar yang ada di asia bahkan di dunia rela mati matian untuk memperjuangkan ideology konyol tersebut. bagaimana tidak, negara ini bagaikan seperti negara yang isinya bukanlah manusia, melainkan robot robot yang tiap hari terus dijejali dengan moral dan formalitas tanpa esensi apapun.
Dan parahnya lagi, ketika kita melihat anak anak SD dengan semangatnya mengikuti upacara upacara yang dilakukan setiap hari senin tanpa tahu apa makna di balik ritual itu. di sisi lainnya, remaja remaja kita lebih suka “mencintai” budaya budaya asing yang mereka pahami dari berbagai media. Lantas, bagaimanakah masa depan romantika nasionalisme bangsa kita….apakah masih tetap kita jaga atau akan hanya menjadi sejarah pula. Nasionalisme, nasionalisme, dan nasionalisme itu kata kata yang digembar gemborkan oleh orang orang yang kita kenal sebagai PAHLAWAN. Tak cuma itu, orang orang yang ngaku pahlawan juga turut andil untuk mendoktrin kita agar mau berNASIONALISME. Mereke mengaggap jika nasionalisme merupakan trobosan besar agar bangsa ini mampu menjadi sebuah bangsa yang mandiri, dan berwibawa di mata internasional.
Benarkah demikian?. . . . . . beberapa ribu anak indonesia yang setiap harinya di jejali dengan ajaran nasionalisme, pertanyaanya, berapa anak yang menghayati hal tersebut? berapa anak yang dengan kesadaran pikiran dan nurani mereka mau untuk menganut itu semua? Masihkah mereka memiliki keinginan untuk terus memperjuangkan nasioanlisme mereka?. Mari kita jawab satu persatu. Sebelum kemerdekaan penuh berada di tangan bangsa indonesia, negara kepualuan ini sudah di kenal memiliki beragam budaya, beragam suku, agama, dan yang terpenting sumber daya lamnya yang melimpah, sampai sampai karena terlalu melimpah pemerintahnya menyetujui adanya post kolonialisme yang dilakukan oleh negara negara maju macam Amerika.
Keanekaragaman itulah yang menjadi cirri unik yang tidak dimiliki oleh negara manapun di dunia ini, sehingga menyebabkan indonesia menjadi incaran negara negara maju tersebut unutk dijadikan “lumbung kemakmuran” mereka sampai detik ini. Dengan berbagai cara, negara negara itu kemudian menciptakan “hiburan hiburan baru” untuk mengelabui bangsa ini agar tunduk kepada mereka. Ya, tidak lain dengan menyebarkan isu isu golbalisasi, demokrasi, HAM, dan berbagai pernak perniknya termasuk nasionalisme. Sampai saat ini, masih banyak orang orang dengan tanpa dosanya meyuarakan nasionalisme tanap sadar bahwa merekapun tidak tahu sama sekali apa esensi dari nasionalisme tersebut. sebagai negara yang memiliki beragam suku dan kepercayaan serta agama, tidaklah mudah untuk hidup dan beradaptasi di negara ini.
Hampir setiap hari kita disuguhi dengan informasi informasi yang sepertinya memberitahukan kepada kita akan adanya disintergrasi bangsa. Mulai konflik antar suku, antar agama dan antar pelajar yang akhir akhir ini sangat ngetrend. Di tambah lagi dengan kebijakan kebijakan “orang pintar” (pemerintah) negeri ini yang dari dulu sampai sekarang masih terkesan berat sebelah. Mereka menyuarakan adanya keadilan, kesejahteraan, dan bahkan kemakmuran namun alhasil di sana sini masih kita temui adanya konflik, kesenjangan semakin melebar, kemiskinan semakin menjamur, dan sepertinya bangsa ini telah menjadi bangsa yang tergantung, konsumtif tak terkecuali soal ideology. Pancasila, dengan embel embel pluralisme menjadi suguhan utama ketika kita mulai mendalami nasioanlisme tersebut. aneh memang, ketika bebeberapa suku, kepercayaan dan agama yang berbeda di paksa untuk akur dan tenteram serta hidup berdampingan di negara ini.
Cukup banyak tempat memang untuk menampung mereka semua tapi tidak cukup tempat untuk menampung aspirasi serta ideology mereka. Tak heran, ketika kita diminta untuk membuat konesnsus skala nasional kita tidak akan pernah berhasil untuk membuatnya. Di sisi lain, masyarakat kita sepertinya tidak bosan bosannya di bodohi oleh pemerintah mereka sendiri. Mereka di paksa menuruti akan program program pemerintah, padahal itu semua hanya bertujuan memperbaiki citra pemerintah yang sudah sekian lama suram. Masalah lain yang perlu kita sadari adalah budaya korupsi yang semakin lama semakin tidak terbendung. Beragam orang, beragam jabatan serta kedududkan hampir semua pernah melakukannya. Lantas jika seperti ini siapa yang perlu disalahkan, siapa yang perlu untuk menghentikannya.
Masalah masalah inilah yang sebenarnya menjadi penyebab mengapa kita tidak menasionalismekan diri kita secara sadar. Nasionalisme atau apalah itu kini hanya menjadi omong kosong di otak rakyat indonesia. Pemerintah dan bawahannya setiap hari menyuarakan hal tersebut tanpa tahu apa yang sebenarnya yang dihadapai oleh rakyatnya sendiri. Oleh sebab itu sebuah pertanyaan besar, apakah kita masih mau berjuang dengan embel embel nasionalisme? Apakah kita masih mau berjuang dengan pemerintah yang sampai detik ini hanya mengbodohi dan menghianati kita……….
0 komentar:
Posting Komentar