Blogger templates

Pages

Labels

Selasa, 10 Juni 2014

Di Balik Layar Kaca



Mungkin masyarakat indonesia sudah pintar untuk membaca pesan pesan yang disampaikan oleh media media mainstream negeri ini. masyarakat Indonesia juga past paham mengapa  media media tersebut terus memberikan informasi yang sama dalam waktu yang lama, walaupun sebagian yang lain belum menyadarinya. Ya, kita sebagai masyarakat yang tumbuh di era globalisasi
sangat akrab dengan hal hal baru yang disampaikan oleh media media, baik itu media cetak atapun media massa lainnya termasuk media media eletronik seperti televise. Kali ini saya akan sedikit membahas tentang salah satu media yang paling banyak diminati oleh para masyarakat Indonesia, yaitu televisi.                                  

 Hmmmm, siapa yang tak kenal dengan benda yang satu ini, dulu berbentuk kotak, dan kini berubah menjadi bentuk yang lumayan tipis dan bahkan sudah berintergrasi dengan jaringan internet sehingga kita dapat melihatnya kapanpun kita suka. Sebagai salah satu sarana untuk mendapatkan informasi, televise memiliki peranan penting terkait dengan tujuan tersebut. sebelum televise di kenal di masyarakat luas, dunia sudah terlebih dahulu didominasi oleh radio. Berbeda dengan televise, radi hanya memberikan informasi berupa suara. Karena hanya menampilkan informasi berupa suara, radio semakin lam menjadi minim peminat, dan masyarakat haus akan teknologi yang lebih maju dan modern.   Telivisipun muncul sebagai alternatif bagi masyarakat yang menginginkan adanya penyampaian informasi yang lebih menarik. Telivisi memiliki berbagai kelebihan di bandingkan dengan media media massa lainnya seperti radio, koran karena telivisi dapat menampilkan gambaran informasi secara visual maupun suara secara bersamaan walaupun pada awalnya gambar yang di hasilkan hanya sebatas gambar hitam putih semata.                                            
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat, telivisi kini menjadi media paling diminati oleh masyarakat baik itu anak anak, remaja, dewasa. Hal itu terjadi karena telivisi seperti halnya radio sangat mudah di dapatkan dan penggunaannya yang sederhana di bandingkan dengan internet dll. Perkembangan informasi yang semakin beragam membuat fungsi dari telivisi semakin bertambah juga.                                          

Telivisi tidak hanya diadikan sebagai media hiburan dan sarana untuk mendapatkan informasi tetapi juga digunakan untuk kepentingan kepentingan yang lainnya. yang menjadi permasalahnnya adalah ketika telivisi sebagai media yang paling diminati oleh masyarakat menjadi alat untuk melakukan doktrin secara langsung maupun tidak langsung, seperti halnya saat ini. 
                              
sebenarnya teknologi khusunya teknologi informasi ataupun komunikasi bersifat netral, sehingga dapat di gunakan untuk tujuan apapun dan tidak memiliki standarisasi apapun. Namun, kenyataannya telivisi dari dulu sampai sekarang banyak di salahgunakan khusunya untuk kepentingan politik. Kita tentunya tahu pada era perang dunia II telivisi menjadi media paling efektif untuk menyebarkan rasa benci dan rasisme di antara beberapa negara yang terlibat perang.  
                                                                     
 Kita masih ingat ketik masa masa orde baru menggunakan satu satunya stasiun telivisi negeri ini untuk melakukan pencitraan terhadap pemerintah yang berkuasa. Apalagi pada era sekarang, telivisi menjadi sebuah ‘dunia’ yang sangat di minati oleh masyarakat. hahaha, mungkin anda masih bingung apa yang saya katakan. Hmmmmm begini telivisi dan berbagai element yang terintergrasi di dalamnya hanya bersifat informasi dan hiburan semata. Artinya tidak semua yang di tampilkan di media tersebut adalah benar, dan bahkan mayoritas adalah fiksi atau rekaan belaka.                                          

Yang menjadi permasalahannya adalah ketika masyarakat, khusunya masyarakat awam sangat mudah terpengaruh oleh hal hal yang di sampaikan oleh telivisi tersebut. saya contohkan misal, ketika masyarakat melihat ada iklan sebuah parfum pria yang dapat menarik perhatian banyak wanita, mereka dengan mudah meyakininya sebagai sebuah fakta. Padahal apa yang disampaikan tersebut hanyalah seputar iklan yang bertujuan sebagai promosi agar dapat menarik konsumen yang banyak.                                                          

Ada banyak hal hal lain yang tentunya lebih kompleks lagi untuk kita terima sebagai ‘sebuah informasi’. Saya menyadari bahwa manusia pada intinya lebih suka terhadap hal hal yang bersifat visualisasi daripada hanya bersifat tulisan. Dulu saya pernah bertanya pada teman teman saya terkait dnegan minat membaca mereka. Dan saya menemukan fakta yang cukup mengejutkan ketika mereka lebih suka dan meyakini informasi yang disampaikan dalam bentuk visual daripada bacaan seperti koran, majalah atau bahkan buku.                          

 Padahal seperti yang sudah saya singgung tadi bahwa telivisi banyak memberikan informasi informasi yang kurang valid kebenarannya. Lantas mengapa terjadi hal hal yang seperti itu. yak arena itu tadi, masyarakat kita sudah terkontruksi pikirannya untuk menyukai informasi informasi dalam bentuk visual, karena otak kita akan lebih mudah mencerna informasi dalam bentuk gambar atau visual daripada tulisan. 

 Akhir akhri ini saya muali sadar bahwa dampak yang ditimbulkan dari informasi yang disampikan oleh telivisi lebih banyak negative daripada positif. Telivisi telivisi swasta yang ada di negeri ini lebih banyak memberikan informasi yang ‘diharapkan oleh masyarakat’ dan bukan menampilkan informasi yang ‘benar’.  
                                                 
Terbukti saat ini politikus politikus kita suka melakukan kampanye di telivisi. Ini menjadi sebuah era baru ketika telivisi menjadi sumber’kepercayaan’ masyarakat. era globalisasi adalah eradi mana kita tidak lagi dapat membedakan antara realita dengan fiksi. Semua membaur menjadi satu dan membetuk suatu tatanan baru. tak banyak masyarakat yang mendari bahwa segala hal yang ada di masyarakat dapat dengan mudah berubah termasuk kondisi sosial dan politik mereka.                                                          

Di era globalisasi ini, telivisi menjadi media efektif untuk memberikan ‘pemahaman’ baru terhadap konsep baik buruk, tampan cantik, hidup yang hakiki, gaya hidup, dan berbagai hal yang menyertainnya. Sehingga tidak heran jika kita melihat kondisi masyarakat kita bergerak ke pada kemunduran daripada kemajuan. Memang dari sepintas, masyarakat kita menjadi masyarakat yang terbuka, beradab, dan modern. Tetapi dari segi pola pikir, mereka menjadi masyarakat yang mudah terporvokasi, terintimidasi, pragmatis, hedonis, dan juga konsumtif. Mereka seperti kumpulan binatang binatang ternak yang mudah untuk di giring pada suatu kondisi tertentu.                                          

 Masyarakat menjadi sebuah komunitas yang sama dan seragam, terlebih lagi ketika kapitalisme menjadi sistem global. Banyak berita berita yang di sampaikan, cenderung berbeda dengan realita yang ada. Hal berbahaya lain yang belum di rasakan oleh masyarakat adalah doktrinasi terhadap ideology tertentu. Ini bukan soal ideology bangsa, agama atau yang lain tetapi ini ideology yang merusak secara perlahan lahan, khusunya bagi generasi muda kita. kalian yang merasa remaja, tentu tidak asing dengan istilah pacaran.                              

Media kita setiap hari, setiap saat menuguhkan akan sinetron dan ftv yang syarat akan penyampaian informasi tentang hal itu. kita dapat melihat sinetron sinetron yang memberikan gambaran kepada kita bahwa masa masa remaja ini harus di nikmati maksimal.oleh karena itu, pacaran lah salah satu alternatifnya. Remaja remaja kita tentu belum menyadari akan hal tersebut. yang mereka tahu bahwa masa remaja, ya harus pacaran.    
                         
 Hmmmmm, pacaran dalam dunia remaja kita adalah sebuah kontruksi yang wajib di ikuti oleh mereka mereka yang mengaku remaja, dan kalian tidak akan mungkin untuk mengelak dari hal itu. kalian yang pada saat remaja tentu tidak aka pernah berpikir mengapa saya harus meyakininya sebagai sebuah ‘ajaran’. Masa remaja adalah masa masa rentan, ketika hal ha baru dapat kita terima secara mentah mentah tanpa ada pertimbangan berarti, begitu juga dengan pacaran. Di tambah lagi dengan media media yang menyuguhkan akan legalisasi dari pacaran itu sendiri.                                                              
Di telivisi, kita sering melihat bahwa pacaran seakan akan menjadi hal yang wajar dan harus diikuti oleh masyarakat. ini menjadi sebuah kontradiksi ketika masyarakat indonesia didominasi oleh umat muslim yang ajarannya sangat bertolak belakang dan menolak adanya pacaran. Tetapi apa daya, ketika informasi yang sangat berlawanan dengan agama di masyarakat terus menerus di berikan maka yang terjadi adalah informasi tersebut menjadi sebuah keyakinan.   Ketika hal sepele itu menjadi sebuah keyakinan, maka yang terjadi adalah perbahan perbuahan besar juga ikut menyertainya, seperti sex, hedonism, pergaulan bebas, dan berbagai atribut lainnya. ketika duduk di bangku SMA saya juga merasa mengapa hidup saya menjadi lebih kosumtif dan hedonis. Apalagi ketika saya belajar di SMA yang sangat mendukung akan hal hal seperti itu. praktis, tanpa pikir panjang akupun mengikutinya.
                      
 Hahaha,lucu itu hanya secuil kejadian yang saya alami, dan masih banyak lagi hal hal seperti itu. konsep keindahan juga ada dalam telivisi yang kita tonton setiap harinya. Pernah anda berpikir, mengapa yang tampil di telivisi adalah mereka mereka yang memiliki wajah yang rupawan alias tampan dan cantik nan sexy. Hahahaha, jika belum saya akan membahasnya untuk anda. Apa yang ditampilkan oleh media di telivisi adalah bentuk dari pemikiran pemikiran yang utopis dan tidak mungkin di wujudkan.                                             

 Tetapi, ketika telivisi adalah sumber informasi yang sangat digemari masyarakat, mejadikan hal hal yang disampaikan itu seolah olah adalah hal yang benar dan ideal. Alhasil masyarakatpun menjadikan hal itu adalah sebuah kepastian, dan bukan rekaan. Fiksi menjadi realita, dan sebaliknya realita adalah fiski. Oleh karena itu tak heran ketika kita melihat remaja remaja dan bahkan seluruh masyarakat kita memiliki ‘wajah dan rupa’ yang sama dan seragam. Telivisi menurut saya, adalah alat doktrinasi efektif yang pernah ada. Bagi kalian yang suka menonton acara acara telivisi, tentu tidak asing dengan acara YKS (Yuk Kita Smile).   
                 

 Acara tersebut menjadi andalan dari sebuah stasiun telivisi swasta negeri ini. saya sempat terheran heran mengapa acara acara sampah seperti ini memiliki banyak peminat. Padahal, menurut saya acara ini sama sekali tidak mendidik. Selain itu, jika kita melihat secara mendalam ada beberapa hal yang terus menerus disampaikan oleh acara tersebut. antara lain adalah mudahnya untuk menjatuhkan harga diri seseorang dengan candaan, mengajarkan kita untuk bepikir pragmatis atau instan. Dengan embel embel musik dangdut acara tersebut semakin meriah ditambah lagi dengan sederet artis yang turut meramaikan. 

          Jika kalian sadar ada satu hal aneh dan janggal yang disampaikan oleh acara tersebut. ya, seperti yang kita tahu music dangdut adalah music yang sangat jarang ditampilkan oleh media media mainstream kita, tapi entah mengapa akhir aikhir ini lebih sering di ekspose dengan berbagai bentuk penyampaian. Masyarakat kita dulu menganggap bahwa music dangdut adalah music murahan, kampungan dan terlalu vulgar.                                              

Tetapi mengapa sekarang banyak masyarakat yang menyukainnya, terlebih setelah acara tersebut muncul dan mendominasi. Masyarakat memang tidak suka terhadap music dangdut, telebih lagi pada masyarakat metropolitan seperti Jakarta. Namun jika masyarakat terus menerus di jejali dengan dangdut pada , maka cepat atau lambat masyarakat akan menyukainnya juga. Praktis music dangdut kini dapat bersanding di antara music music lain seperti pop dsb.        

 apa yang saya ungkapkan tadi adalah contoh doktrinasi yang dilakukan oleh telivisi kepada masyarakat. tentu ada banyak doktrin doktrin yang terus menerus kita terima dari layar kaca kita. mayoritas kita tentu banyak yang belum sadar akan hal hal semacam ini, mengingat kondisi intelektual dan daya kritis masyarakat kita semakin rendah. Selain itu, masyarakat kita adalah masyarakat yang mudah diprovokasi oleh sebuah informasi. Kerena acuan mereka hanyalah telivisi.                                                         
 Masyarakat kita seakan akan terus menerus di paksa untuk melihat drama dari kebusukan yang teru menerus membodohi mereka. Lalu bagaimana kita menyikapi adanya hal hal semacam ini. tak lain dan tak bukan adalah bersikap kritis dan selektif terhadap apa yang kita terima, kit abaca, dan kita lihat. Sebenanrya media doktrinasi tidak hanya sebatas telivisi, majalah, buku, koran dan media cetak lainnya juga berperan dalam doktrinasi tersebut, tetapi telivisilah yang terbutki ampuh dan efektif untuk menularkan ‘ajaran ajaran baru’ dalam masyarakat kita.
                                                 
 jangan pernah merasa pintar, jika yang kalian lihat sehari hari adalah telivisi. Telivisi tidak akan menjamin bahwa anda menjad orang yang beradab atau modern. Yang ada adalah telivisi menjadi media yang berfungsi memfragmentasi kehidupan kita menjadi beberapa jalur. Maka dari itu, lekaslah untuk menyadarkan diri kita akan hal hal semu yang mulai mempengaruhi hidup kita.                                                                        
 jika tidak maka percayalah cepat atau lambat hidup anda akan semakin terpengaruh oleh media media menyesatkan tersebut. anda tidak akan lagi dapat membedakan antara realita dan fiksi. Anda akan semakin takut untuk menjalani kehidupan anda yang sebenarnya. Dan kemudian anda akan berlari kepada dumia kahayalan yang saat ini mulai diciptakan, sebut saja facebook, twitter, instagram, dan berbagai jenis media sosial lainnya. kembalilah kepada kehidupan anda yang sebenarnya.                                            
 Ingat apa yang ditampilkan oleh telivisi adalah apa yang kita inginkan, dan bukan kebenaran yang kita dapat. Kita mungkin bisa mempercayainya, namun di sisi lain anda tidak akan mendapatkan kebenaran. Kebenaran akan menjauh dari anda, ketika telivisi anda jadikan sebagai Tuhan baru dalam hidup anda. Saaat ini pilihan ada pada diri anda, apakah anda keluar dari ‘cangkang ‘ itu, atau memilih untuk di dalamnya. Yang jelas keduanya memiliki konsekuensi tersendiri. Kritis dan selektiflah anda dalam memilih informasi. Bahwa semua informasi yang kita terima akan membentuk paradigma kita dalam berpikir, bertindak  dan menentukan kemana hidup ini akan mengalir, apakah kita akan terus menjadi ‘domba’ atau menjadi seorang manusia.

0 komentar:

Posting Komentar