Mungkin
masyarakat indonesia sudah pintar untuk membaca pesan pesan yang disampaikan
oleh media media mainstream negeri ini. masyarakat Indonesia juga past paham
mengapa media media tersebut terus
memberikan informasi yang sama dalam waktu yang lama, walaupun sebagian yang
lain belum menyadarinya. Ya, kita sebagai masyarakat yang tumbuh di era globalisasi
sangat akrab dengan hal hal baru yang disampaikan oleh media media, baik itu media cetak atapun media massa lainnya termasuk media media eletronik seperti televise. Kali ini saya akan sedikit membahas tentang salah satu media yang paling banyak diminati oleh para masyarakat Indonesia, yaitu televisi.
sangat akrab dengan hal hal baru yang disampaikan oleh media media, baik itu media cetak atapun media massa lainnya termasuk media media eletronik seperti televise. Kali ini saya akan sedikit membahas tentang salah satu media yang paling banyak diminati oleh para masyarakat Indonesia, yaitu televisi.
Hmmmm, siapa
yang tak kenal dengan benda yang satu ini, dulu berbentuk kotak, dan kini
berubah menjadi bentuk yang lumayan tipis dan bahkan sudah berintergrasi dengan
jaringan internet sehingga kita dapat melihatnya kapanpun kita suka. Sebagai
salah satu sarana untuk mendapatkan informasi, televise memiliki peranan
penting terkait dengan tujuan tersebut. sebelum televise di kenal di masyarakat
luas, dunia sudah terlebih dahulu didominasi oleh radio. Berbeda dengan
televise, radi hanya memberikan informasi berupa suara. Karena hanya
menampilkan informasi berupa suara, radio semakin lam menjadi minim peminat,
dan masyarakat haus akan teknologi yang lebih maju dan modern. Telivisipun muncul sebagai alternatif bagi
masyarakat yang menginginkan adanya penyampaian informasi yang lebih menarik.
Telivisi memiliki berbagai kelebihan di bandingkan dengan media media massa
lainnya seperti radio, koran karena telivisi dapat menampilkan gambaran
informasi secara visual maupun suara secara bersamaan walaupun pada awalnya
gambar yang di hasilkan hanya sebatas gambar hitam putih semata.
Seiring berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi yang pesat, telivisi kini menjadi media paling
diminati oleh masyarakat baik itu anak anak, remaja, dewasa. Hal itu terjadi
karena telivisi seperti halnya radio sangat mudah di dapatkan dan penggunaannya
yang sederhana di bandingkan dengan internet dll. Perkembangan informasi yang
semakin beragam membuat fungsi dari telivisi semakin bertambah juga.
Telivisi
tidak hanya diadikan sebagai media hiburan dan sarana untuk mendapatkan
informasi tetapi juga digunakan untuk kepentingan kepentingan yang lainnya.
yang menjadi permasalahnnya adalah ketika telivisi sebagai media yang paling
diminati oleh masyarakat menjadi alat untuk melakukan doktrin secara langsung
maupun tidak langsung, seperti halnya saat ini.
sebenarnya teknologi khusunya teknologi
informasi ataupun komunikasi bersifat netral, sehingga dapat di gunakan untuk
tujuan apapun dan tidak memiliki standarisasi apapun. Namun, kenyataannya
telivisi dari dulu sampai sekarang banyak di salahgunakan khusunya untuk
kepentingan politik. Kita tentunya tahu pada era perang dunia II telivisi
menjadi media paling efektif untuk menyebarkan rasa benci dan rasisme di antara
beberapa negara yang terlibat perang.
Kita masih
ingat ketik masa masa orde baru menggunakan satu satunya stasiun telivisi
negeri ini untuk melakukan pencitraan terhadap pemerintah yang berkuasa.
Apalagi pada era sekarang, telivisi menjadi sebuah ‘dunia’ yang sangat di
minati oleh masyarakat. hahaha, mungkin anda masih bingung apa yang saya
katakan. Hmmmmm begini telivisi dan berbagai element yang terintergrasi di
dalamnya hanya bersifat informasi dan hiburan semata. Artinya tidak semua yang
di tampilkan di media tersebut adalah benar, dan bahkan mayoritas adalah fiksi
atau rekaan belaka.
Yang menjadi permasalahannya adalah ketika
masyarakat, khusunya masyarakat awam sangat mudah terpengaruh oleh hal hal yang
di sampaikan oleh telivisi tersebut. saya contohkan misal, ketika masyarakat
melihat ada iklan sebuah parfum pria yang dapat menarik perhatian banyak
wanita, mereka dengan mudah meyakininya sebagai sebuah fakta. Padahal apa yang
disampaikan tersebut hanyalah seputar iklan yang bertujuan sebagai promosi agar
dapat menarik konsumen yang banyak.
Ada
banyak hal hal lain yang tentunya lebih kompleks lagi untuk kita terima sebagai
‘sebuah informasi’. Saya menyadari bahwa manusia pada intinya lebih suka
terhadap hal hal yang bersifat visualisasi daripada hanya bersifat tulisan. Dulu
saya pernah bertanya pada teman teman saya terkait dnegan minat membaca mereka.
Dan saya menemukan fakta yang cukup mengejutkan ketika mereka lebih suka dan
meyakini informasi yang disampaikan dalam bentuk visual daripada bacaan seperti
koran, majalah atau bahkan buku.
Padahal
seperti yang sudah saya singgung tadi bahwa telivisi banyak memberikan
informasi informasi yang kurang valid kebenarannya. Lantas mengapa terjadi hal
hal yang seperti itu. yak arena itu tadi, masyarakat kita sudah terkontruksi
pikirannya untuk menyukai informasi informasi dalam bentuk visual, karena otak
kita akan lebih mudah mencerna informasi dalam bentuk gambar atau visual
daripada tulisan.
Akhir
akhri ini saya muali sadar bahwa dampak yang ditimbulkan dari informasi yang
disampikan oleh telivisi lebih banyak negative daripada positif. Telivisi
telivisi swasta yang ada di negeri ini lebih banyak memberikan informasi yang
‘diharapkan oleh masyarakat’ dan bukan menampilkan informasi yang ‘benar’.
Terbukti saat ini politikus politikus kita
suka melakukan kampanye di telivisi. Ini menjadi sebuah era baru ketika
telivisi menjadi sumber’kepercayaan’ masyarakat. era globalisasi adalah eradi
mana kita tidak lagi dapat membedakan antara realita dengan fiksi. Semua
membaur menjadi satu dan membetuk suatu tatanan baru. tak banyak masyarakat
yang mendari bahwa segala hal yang ada di masyarakat dapat dengan mudah berubah
termasuk kondisi sosial dan politik mereka.
Di era globalisasi ini, telivisi menjadi media efektif untuk
memberikan ‘pemahaman’ baru terhadap konsep baik buruk, tampan cantik, hidup
yang hakiki, gaya hidup, dan berbagai hal yang menyertainnya. Sehingga tidak
heran jika kita melihat kondisi masyarakat kita bergerak ke pada kemunduran
daripada kemajuan. Memang dari sepintas, masyarakat kita menjadi masyarakat
yang terbuka, beradab, dan modern. Tetapi dari segi pola pikir, mereka menjadi
masyarakat yang mudah terporvokasi, terintimidasi, pragmatis, hedonis, dan juga
konsumtif. Mereka seperti kumpulan binatang binatang ternak yang mudah untuk di
giring pada suatu kondisi tertentu.
Masyarakat
menjadi sebuah komunitas yang sama dan seragam, terlebih lagi ketika
kapitalisme menjadi sistem global. Banyak berita berita yang di sampaikan,
cenderung berbeda dengan realita yang ada. Hal berbahaya lain yang belum di
rasakan oleh masyarakat adalah doktrinasi terhadap ideology tertentu. Ini bukan
soal ideology bangsa, agama atau yang lain tetapi ini ideology yang merusak
secara perlahan lahan, khusunya bagi generasi muda kita. kalian yang merasa
remaja, tentu tidak asing dengan istilah pacaran.
Media kita setiap hari, setiap saat
menuguhkan akan sinetron dan ftv yang syarat akan penyampaian informasi tentang
hal itu. kita dapat melihat sinetron sinetron yang memberikan gambaran kepada
kita bahwa masa masa remaja ini harus di nikmati maksimal.oleh karena itu,
pacaran lah salah satu alternatifnya. Remaja remaja kita tentu belum menyadari
akan hal tersebut. yang mereka tahu bahwa masa remaja, ya harus pacaran.
Hmmmmm, pacaran
dalam dunia remaja kita adalah sebuah kontruksi yang wajib di ikuti oleh mereka
mereka yang mengaku remaja, dan kalian tidak akan mungkin untuk mengelak dari
hal itu. kalian yang pada saat remaja tentu tidak aka pernah berpikir mengapa
saya harus meyakininya sebagai sebuah ‘ajaran’. Masa remaja adalah masa masa
rentan, ketika hal ha baru dapat kita terima secara mentah mentah tanpa ada
pertimbangan berarti, begitu juga dengan pacaran. Di tambah lagi dengan media
media yang menyuguhkan akan legalisasi dari pacaran itu sendiri.
Di
telivisi, kita sering melihat bahwa pacaran seakan akan menjadi hal yang wajar
dan harus diikuti oleh masyarakat. ini menjadi sebuah kontradiksi ketika
masyarakat indonesia didominasi oleh umat muslim yang ajarannya sangat bertolak
belakang dan menolak adanya pacaran. Tetapi apa daya, ketika informasi yang
sangat berlawanan dengan agama di masyarakat terus menerus di berikan maka yang
terjadi adalah informasi tersebut menjadi sebuah keyakinan. Ketika hal sepele itu menjadi sebuah
keyakinan, maka yang terjadi adalah perbahan perbuahan besar juga ikut
menyertainya, seperti sex, hedonism, pergaulan bebas, dan berbagai atribut
lainnya. ketika duduk di bangku SMA saya juga merasa mengapa hidup saya menjadi
lebih kosumtif dan hedonis. Apalagi ketika saya belajar di SMA yang sangat
mendukung akan hal hal seperti itu. praktis, tanpa pikir panjang akupun mengikutinya.
Hahaha,lucu itu hanya
secuil kejadian yang saya alami, dan masih banyak lagi hal hal seperti itu.
konsep keindahan juga ada dalam telivisi yang kita tonton setiap harinya.
Pernah anda berpikir, mengapa yang tampil di telivisi adalah mereka mereka yang
memiliki wajah yang rupawan alias tampan dan cantik nan sexy. Hahahaha, jika
belum saya akan membahasnya untuk anda. Apa yang ditampilkan oleh media di
telivisi adalah bentuk dari pemikiran pemikiran yang utopis dan tidak mungkin
di wujudkan.
Tetapi, ketika telivisi adalah sumber informasi
yang sangat digemari masyarakat, mejadikan hal hal yang disampaikan itu seolah
olah adalah hal yang benar dan ideal. Alhasil masyarakatpun menjadikan hal itu
adalah sebuah kepastian, dan bukan rekaan. Fiksi menjadi realita, dan
sebaliknya realita adalah fiski. Oleh karena itu tak heran ketika kita melihat
remaja remaja dan bahkan seluruh masyarakat kita memiliki ‘wajah dan rupa’ yang
sama dan seragam. Telivisi menurut saya, adalah alat doktrinasi efektif yang
pernah ada. Bagi kalian yang suka menonton acara acara telivisi, tentu tidak
asing dengan acara YKS (Yuk Kita Smile).
Acara tersebut
menjadi andalan dari sebuah stasiun telivisi swasta negeri ini. saya sempat
terheran heran mengapa acara acara sampah seperti ini memiliki banyak peminat. Padahal,
menurut saya acara ini sama sekali tidak mendidik. Selain itu, jika kita
melihat secara mendalam ada beberapa hal yang terus menerus disampaikan oleh
acara tersebut. antara lain adalah mudahnya untuk menjatuhkan harga diri
seseorang dengan candaan, mengajarkan kita untuk bepikir pragmatis atau instan.
Dengan embel embel musik dangdut acara tersebut semakin meriah ditambah lagi
dengan sederet artis yang turut meramaikan.
Jika
kalian sadar ada satu hal aneh dan janggal yang disampaikan oleh acara tersebut.
ya, seperti yang kita tahu music dangdut adalah music yang sangat jarang
ditampilkan oleh media media mainstream kita, tapi entah mengapa akhir aikhir
ini lebih sering di ekspose dengan berbagai bentuk penyampaian. Masyarakat kita
dulu menganggap bahwa music dangdut adalah music murahan, kampungan dan terlalu
vulgar.
Tetapi mengapa sekarang banyak masyarakat
yang menyukainnya, terlebih setelah acara tersebut muncul dan mendominasi.
Masyarakat memang tidak suka terhadap music dangdut, telebih lagi pada
masyarakat metropolitan seperti Jakarta. Namun jika masyarakat terus menerus di
jejali dengan dangdut pada , maka cepat atau lambat masyarakat akan
menyukainnya juga. Praktis music dangdut kini dapat bersanding di antara music
music lain seperti pop dsb.
apa
yang saya ungkapkan tadi adalah contoh doktrinasi yang dilakukan oleh telivisi
kepada masyarakat. tentu ada banyak doktrin doktrin yang terus menerus kita
terima dari layar kaca kita. mayoritas kita tentu banyak yang belum sadar akan
hal hal semacam ini, mengingat kondisi intelektual dan daya kritis masyarakat
kita semakin rendah. Selain itu, masyarakat kita adalah masyarakat yang mudah
diprovokasi oleh sebuah informasi. Kerena acuan mereka hanyalah telivisi.
Masyarakat kita seakan
akan terus menerus di paksa untuk melihat drama dari kebusukan yang teru
menerus membodohi mereka. Lalu bagaimana kita menyikapi adanya hal hal semacam
ini. tak lain dan tak bukan adalah bersikap kritis dan selektif terhadap apa
yang kita terima, kit abaca, dan kita lihat. Sebenanrya media doktrinasi tidak
hanya sebatas telivisi, majalah, buku, koran dan media cetak lainnya juga
berperan dalam doktrinasi tersebut, tetapi telivisilah yang terbutki ampuh dan
efektif untuk menularkan ‘ajaran ajaran baru’ dalam masyarakat kita.
jangan
pernah merasa pintar, jika yang kalian lihat sehari hari adalah telivisi.
Telivisi tidak akan menjamin bahwa anda menjad orang yang beradab atau modern.
Yang ada adalah telivisi menjadi media yang berfungsi memfragmentasi kehidupan
kita menjadi beberapa jalur. Maka dari itu, lekaslah untuk menyadarkan diri
kita akan hal hal semu yang mulai mempengaruhi hidup kita.
jika tidak maka percayalah cepat
atau lambat hidup anda akan semakin terpengaruh oleh media media menyesatkan
tersebut. anda tidak akan lagi dapat membedakan antara realita dan fiksi. Anda
akan semakin takut untuk menjalani kehidupan anda yang sebenarnya. Dan kemudian
anda akan berlari kepada dumia kahayalan yang saat ini mulai diciptakan, sebut
saja facebook, twitter, instagram, dan berbagai jenis media sosial lainnya. kembalilah
kepada kehidupan anda yang sebenarnya.
Ingat
apa yang ditampilkan oleh telivisi adalah apa yang kita inginkan, dan bukan kebenaran
yang kita dapat. Kita mungkin bisa mempercayainya, namun di sisi lain anda
tidak akan mendapatkan kebenaran. Kebenaran akan menjauh dari anda, ketika
telivisi anda jadikan sebagai Tuhan baru dalam hidup anda. Saaat ini pilihan
ada pada diri anda, apakah anda keluar dari ‘cangkang ‘ itu, atau memilih untuk
di dalamnya. Yang jelas keduanya memiliki konsekuensi tersendiri. Kritis dan
selektiflah anda dalam memilih informasi. Bahwa semua informasi yang kita
terima akan membentuk paradigma kita dalam berpikir, bertindak dan menentukan kemana hidup ini akan
mengalir, apakah kita akan terus menjadi ‘domba’ atau menjadi seorang manusia.
0 komentar:
Posting Komentar